BGI. 02. Calon Santri

1K 65 5
                                    

"Mih.. emang harus banget ya Lita masuk pesantren?"

Talita menatap sang mami, yang sedang sibuk memilih dan melipat baju muslim yang baru ia beli untuk Talita bawa nanti.

Dua hari lagi Talita pergi ke pesantren, sesuai keingian sang mami. Talita sedang berusaha meyakinkan Amor— mami Talita. Agar tidak jadi memasukannya kedalam pesantren.

Oh ayolah, seorang Talita tau apa tentang agama? Bahkan bentuk kitab suci Al-Qur'an saja ia tak tau. Apa yang akan ia lakukan disana?

"Ini demi kebaikan kamu sayang. Mami ingin kamu berubah!"
Amor menoleh ke arah Talita menatapnya serius.

"Tapi gak perlu masuk pesantren juga kali, Mih! Lita yakin Lita pasti bisa berubah, kok. Tanpa harus masuk kesana! Atau mami bisa kirim Lita ke New York! Nanti Lita tinggal sama nenek!"

"Kalo mami kirim kamu kesana, yang ada kamu semakin menjadi-jadi! Pergaluan disana lebih buruk dari pada disini! Mami gak mau mati muda! Keputusan mami sudah bulat! Setuju atau tidak! Kamu akan tetap pergi kesana!" Kata mami tegas. Talila mengerjap tak percaya.

"Mami tega! Kenapa cuma Lita aja yang dimasukin kesana! Sedangkan bang Vino? Ini gak adil buat Lita, Mamiiii!" Rengek Talita kesal.

Amor menghela napas, anaknya yang satu ini emang keras kepala! "Lita ini semua demi kebaikan kamu, mami lakuin ini demi kamu! Mami udah gak sanggup liat kelakuan kamu yang beganjulan! Mami pengen liat kamu ada manis-manisnya gitu lho! Gak asem kaya gini! Abang kamu masih bisa mami toleransi, lah kamu?"

Talita mendengus, lalu menghela napas lelah. Percuma ia merengek seperti apapun juga. Ia yakin hasilnya akan tetap nihil.

Jadi Talita mencoba untuk pasrah akan nasibnya nanti, apa yang bisa Talita lakukan? Ia hanya seorang anak! Meskipun ia terkenal akan kenakalannya, ia akan tetap menuruti kemauan orang tuanya. Talita takut dikutuk jadi batu!

Talita bangkit dari duduknya, meninggalkan Amor. "Eh! Eh! Mau kemana kamu?"

"Nonton drama korea, Mih. Lita butuh pencerahan!" Talita melangkahkan kakinya menuju lantai dua, yang mengarah pada kamarnya.

"Gak mau dicobain dulu ini bajunya?" Tanya mami setengah berteriak.

"Besok aja, Talita males!"

Talita merebahkan tubuhnya diatas kasur. Memikirkan nasibnya yang entah akan seperti apa nanti.

"Sumpah ini diluar dugaan gue! Gue gak nyangka mami sampe mau masukin gue ke pesantren. Apa coba yang bakal gue lakuin disana?! Yakin gue pasti disana ngebosenin! OH GOD INDAH BANGET HIDUP LO LITAA! UDAH JOMBLO! BEGANJULAN! DIKATAIN CEWEK KEABANG-ABANGAN! SEKARANG LO MASUK PESANTREN? GILA BAKAL JADI APA LO DISANA?! TAULAH BANGSAT PUSING GUE!"

Drtt.. drttt.. drtt...

Dering telpon mengintrupsi kedumelan Talita, dilihat nama Dimas tertera disana. Cewek itu mengangkatnya dengan ogah-ogahan.

"Apa?!"

"Sayang, hani, babi, switi, lo dimana? Ngumpul kuy! Kita ngopi!"

Talita memutar bola matanya malas. Mendengar panggilan sayang menjijikan dari sahabat sekaligus sepupunya itu. Berasa pengen muntah pelangi!

"Gue otewe!" Kata Talita, kemudian memutuskan sambungan telponnya sepihak.

Mengganti baju cewek itu segera mengambil kunci mobil, saat membuka pintu Talita dikejutkan oleh Vino yang berdiri didepan pintu kamarnya dengan cengengesan.

"Mau kemana, dek? Abang pinjem kamar, yaa.."

"Main, bang. Gue pergi dulu, bye!"

Vino menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakukan adiknya yang memang ajaib itu, kemudian masuk kedalam kamar Talita, tidak lupa sebuah kotak tisu beserta laptop ditangannya. Jangan tanya Vino mau apa jawabannya pasti- ngebokep sambil ngocok!

*****

"Yaelah, Ta. Kenapa sih lo kenapa? Lemes amat! KEMANA SEMANGAT MASA MUDAA LO LITAAAA!"

Dimas terkekeh geli melihat Talita, sahabat yang merangkap sebagai sepupunya itu seperti kehilangan gairah hidup!

"Lo bacot mulu anjir! Diem kenapa! Pusing gue denger lo bacot mulu!" Talita mencibir kesal mendengar ocehan Dimas yang tiada habisnya.

"Ya lu diem-diem bae. Gue mah takut lo kesambet! Ngeri coeg, liat lu kesurupan sambil bilang sia saha aing maung huahaahaha.." dengan tanpa dosanya Dimas mentertawakan Talita.

PLAK!

Dan langsung mendapatkan tamparan sayang dari cewek itu.

"Aduh.. sakit Litaa!" Dimas mengusap bekas tamparan Talita dipipinya.

"Seneng banget perasaan lo liat gue menderita!" Ucap Talita sinis.

Dimas nyengir kuda, "Lo tau kata pepatahkan? Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang!"

BUG!

Dan sekarang bukan hanya sebuah tamparan melainkan pukulan sayang yang Dimas dapatkan!

"Bacot anjing!"

****

Yeah ada yang kangen saya? Hehe

Bad Girl InsapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang