#1

2.2K 154 55
                                    


        Malam itu hujan deras turun secara serentak membasahi bumi. Di kawal oleh kencangnya angin yang menciptakan badai, pula gemuruh petir dengan kilat menyambar. Dipertengahan bulan Januari memang cuaca makin sering labil, tak menentu kapan cerah pula kapan marah. Banjir tak lagi jadi kehebohan kota, namun tetap saja membuat mulut sering berkeluh kesah lantaran harus bersusah payah memindahkan barang-barang perabotan rumah yang tidak terbayangkan berapa jumlahnya.

Dan mirisnya, disaat semesta sedang meratakan rezekinya ada saja orang-orang tak bertanggung jawab berulah. Rela basah-basahan di antara sibuknya alam melakukan perkejaan. Menelantarkan anugerah Tuhan yang indah dengan kilah bahwa ia tak ingin menjadikan suci nya ternista. Padahal itu hanyalah sebuah kedok demi menutupi rasa bersalah akibat sikap pengecut lari dari masalah.

"Maafin ibu, nak."

Tidak ada yang bisa dimaafkan dari orang yang tak bisa bertanggung jawab akan tindakan yang diperbuat.

🐧

       Pagi menjadi tenang setelah malam yang mengguncang, butiran embun jatuh menitik indah pada dedaunan. Meskipun tinggal di perkotaan, rasa damai dan tentram serta segarnya udara pagi masih bisa dirasa dengan sesuka hati. Walau tak ayal sejak malam masih temaram gelagar kendaraan berlalu lalang sering menghadirkan umpatan.

"Miilll, banguunnn. Udah jam berapa inii?? Telat loh kamuu"

Gedoran dari luar kamarnya itu membuat pemuda yang masih bergelung dalam selimut itu mendengkus kesal. Ini sudah ketiga kalinya ia diganggu dalam tidur nyenyak nya dan ia tak suka itu.

Selimutnya di lempar kasar, tubuh dipaksa bangun demi melancarkan niat untuk memberi sedikit pelajaran yang di sertai dendam pada orang yang kini masih berdiri di depan pintu kamarnya menunggu si pemilik untuk membuka nya.

Meski kelopak masih saling lengket, langkah beraninya di bawa paksa menuju pintu kamar. Segala umpatan telah berada di ujung lidah, siap untuk diluncurkan kapan saja. Dan ketika lembar pintu itu dibuka lebar, seseorang yang dengan tenangnya mengupil di hadapan memasang wajah tak berdosa.

"INII TANGGAL MERAHH YA MALEENN!! LIBURR WOII LIBURR!!"

Lega, dengan dada memompa cepat setelah meneriakkan segala yang mengganjal sekaligus latihan vokal. Pria lainnya yang telah berpakaian rapi benar-benar terjungkal akibat teriakan menggelegar itu.

"Kakak tuh tau tanggal gak sih?? Udah tau ini hari raya Imlek masih aja bangunin! Ganggu aja."

Ya jika ditanya tahu tanggal atau tidak jelas jawabannya tidak, bahkan untuk sekedar mengingat hari saja lupa. Pekerja keras sepertinya terlalu sibuk melakukan kewajiban sebagai manusia hingga kehidupan yang selalu berjalan saja tak tahu sudah sampai mana.

"Ya mana inget. Abisnya kamu gak bilang."

"Aku semaleman koar-koar kakak ngapain?"

"Lupa--"

Ucapan itu dicekal oleh sebuah suara tangis tak asing yang membuat perhatian dua lelaki tadi tersita. Keduanya saling bersitatap untuk menyakinkan bahwa mereka mendengar hal yang sama.

"Sejak kapan alarm kamu suara bayi nangis?"

"Kak alarm aku lagunya Twice."

"Terus itu bayi siapa yang nangis?"

Suara tangisan bayi yang makin terdengar jelas itu membuat dua lelaki tadi pergi ke ruang tengah rumah kontrakan mereka, dan dari sana suara yang sama makin terdengar jelas. Seakan memang berasal dari sana.

"Kak aku merinding. Masa pagi-pagi ada setan, sih."

Yang lebih muda memilih untuk berjalan di belakang sang kakak yang dimana sama sekali tidak terlihat takut seperti dirinya. Ya memangnya apa yang perlu ditakutkan dari seorang anak bayi.

"Bentar, aku cek keluar dulu." Tanpa keraguan kakinya menapak menuju pintu depan rumah kecil itu, ingin segera memastikan bahwa apa yang mereka dengar bukan sekedar imajinasi semata.

"Hati-hati kak, aku nunggu disini aja yaaa."

Ketika tangannya memutar kenop pintu, lembar kayu itu dibuka pelan. Dan tanpa sadar kepalanya langsung dibawa untuk menunduk hingga bertemu dengan objek sumber suara.

Didapati seorang bayi yang dibedungi kain tengah menangis dengan wajah memerah. Atau bisa dibilang masih merah. Seperti bayi yang baru saja dibiarkan untuk menyapa dunia. Ditempatkan pada sebuah kardus bekas mi instan yang dilapisi kain serta bantal kecil. Hatinya mencelos kala melihat sang anak bayi mengiba.

"Kaaakk beneran setan bukaann?? Perlu aku panggil dukuun??"

"Mil, ganti baju cepet. Ikut kakak ke kantor polisi."

"Polisi bisa ngusir setan?"

"Millhyaaaa cepetan!"

🐧

"Kebiasaan sih orang-orang jaman sekarang. Belum nikah udah jebol-jebolan aja, tanam sperma seenaknya. Giliran berbuah dibuang gitu aja. Kan kasian anak gak berdosa gini jadi korban."

Omelan yang hadir dari bibir Milhya itu mengisi keheningan yang sebelumnya terjadi akibat sibuk meratapi nasib bayi yang kini berada di gendongan sang kakak.

"Kita coba cari orang tua biologisnya, siapa tau mereka ada di sekitar lingkungan kamu. Sementara ini bayi kita titipin ke panti asuhan dulu."

Setelah melaporkan kejadian penemuan bayi dirumahnya, Dewa yang notabenenya adalah seorang polisi juga itu sedikit tak tega akan keputusan untuk menitipkan anak bayi yang berada di gendongannya ini pada panti asuhan.

"Pak, gimana kalo ini bayi saya yang jagain. Kalo di panti takutnya gak bisa dipantau dengan baik."

Daripada sang atasan, malah Milhya yang bereaksi dengan mata melotot tak terima. "Loohh kak!!! Mana bisa gituu!! Bukan urusan kita kali, ngapain kita yang jagain!!"

"Ini anak bayi dibawa pulang ke rumah atau kamu yang kakak balikin ke panti?"

"KAKK DEWAA MAHH GITUUUU!!"

Dewa tidak mau ambil pusing, ini adalah perasan yang sama ketika ia menemukan Milhya pada kondisi yang tak jauh beda. Dan tentu saja Dewa tidak akan bisa mengabaikan begitu saja.




Starting with

Kim Taehyung as Dirga Dewana as Dewa

Seo Changbin as Milhya Kahitna as Milhya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seo Changbin as Milhya Kahitna as Milhya

Seo Changbin as Milhya Kahitna as Milhya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Another crack pair....
Coming soon/Delete soon

Nah....
😏

[19]Orang Tua Asuh | TAEBIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang