#6

587 76 12
                                    


         Milhya menjalani aktivitas paginya seperti biasa, membuat sarapan untuk dirinya dan Dewa, membereskan rumah sebelum berangkat kerja, dan tentu saja menyiapkan segala sesuatu keperluan bayi Eza selama ia bawa kerja.

"Eza nya di rumah aja sama kakak, soalnya hari ini dapet shift malam."

Milhya yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja itu menoleh ke arah Dewa yang menghampiri dirinya sembari membawa sebotol susu milik Eza.

"Gak apa-apa kak, biar ikut aku aja. Lagian kan kakak katanya mau benerin genteng sama saluran air, daripada nanti Eza nggak ada yang jagain." Sahut Milhya sekaligus membawa bayi yang pagi ini membuka lebar matanya itu ke atas gendongnya.

Dewa menghela napas pelan, lantas tersenyum tipis sembari mengusak surai legam Milhya yang telah tertata rapi. Mengundang dengkusan dari yang lebih muda.

"Yaudah kalo gitu, kakak anterin ya? Biar sekalian hemat ongkos."

Milhya mengangguk setuju, lagipula kapan lagi sang kakak akan menggonceng nya naik motor seperti sekarang. Karena Dewa itu selalu sibuk di tempat kerjanya yang memang tak bisa ditinggal.

"Siap bos, aku tunggu di depan ya."

🐧

      "Nanti kalo udah pulang, bilang ya. Biar  kakak jemput."

Dewa membantu melepas helm di kepala Milhya, kemudian menata kembali rambut sang adik yang sedikit berantakan.

"Iya, pulang sana. Bentar lagi jam pelajaran mulai, aku rada telat."

Dewa terkekeh, mengingat tadi dijalan Milhya sempat mengomel karena ia mengendarai motor begitu pelan hingga nyaris sang adik terlambat. Lantas ia menaruh pandang pada Eza, bayi kecil yang sudah lebih ia anggap sebagai anaknya sendiri. Bayi itu terlelap, seperti biasa.

"Eza jangan nakal ya ikut kak Mily kerja." Menyentuh pelan hidung mungil si bayi, Milhya tersenyum gemas saat Eza sedikit terusak tidurnya berkat sentuhan yang diberikan oleh Dewa.

"Kakak balik ya, kamu kerja yang bener. Jagain anak kita yang bener juga."

Milhya mendengkus, kemudian mencubit pelan perut Dewa hingga sang kakak tertawa kecil dan sedikit melangkah mundur.

"Pulang sana cepetan, enek aku liat muka kakak lama-lama."

"Halah, awas aja kalo nanti kangen."

Setelah berhasil membuat sang adik sedikit pundung dan melihatnya masuk ke dalam lingkungan sekolah tempat Milhya bekerja,  Dewa kembali menaiki motornya.

Namun ia tidak berniat untuk langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi ke suatu tempat terlebih dahulu. Dengan perasaan khawatir sekaligus takut, dengan berat hati ia mulai mengendarai motornya ke tempat tujuan.

🐧

        "Dia belum mau ngaku, tapi kita yakin kalo dia ibunya."

Dewa mendengarkan sang rekan sesama polisi berbicara sembari memandang seorang wanita muda dengan pandangan sendu dan kosong yang tengah berada di dalam sel sementara.

"Menurut saksi dia ketahuan ngelakuin hal gak senonoh sama pacarnya dan berakhir ditinggalin. Mungkin tekanan lingkungan, makanya pas lahir anaknya di buang."

Dewa menoleh pada sang rekan disertai helaan napas pelan, sesaat ia mengigit bagian dalam pipinya.

"Hukum pidananya?"

"Mungkin 3 bulan penjara, sesuai pasal 308 KUHP. Soalnya si anak masih dalam keadaan hidup dan dibuang persis setelah habis dilahirkan."

Tiga bulan bukan waktu yang lama, dan itu memberikan kemungkinan besar bagi  Eza untuk kembali pada ibu biologis nya. Jika mau.

[19]Orang Tua Asuh | TAEBIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang