hunshine delight
ㅡpresentㅡ「amor noster: septem」
"Bayimu dalam keadaan sehat, tidak ada yang aneh," jelas Park Jinyoung selaku Dokter Kandungan Felix.
Felix yang duduk dihadapannya terlihat tidak nyamanㅡgelisah, ia terus mengeratkan cardingan sweaternya pada tubuhnya. Bahkan Felix tidak menanggapi perkataan dokternya, pikirannya telah melayang entah kemana sejak ia masuk ke ruangan ini dan melakukan pemeriksaan. Jinyoung yang telah menyadari keanehan itu tentu merasakan ada sesuatu yang mungkin baru saja terjadi pada pasien kecilnya itu.
"Felix-ssi," panggil Jinyoung untuk mendapatkan perhatian pemuda dihadapannya.
Masih tidak ada tanggapan, Jinyoung menghela napas lemah sebelum mencoba memanggilnya lagi dengan nada suara lebih tinggi.
"U-uh? Ne?" Felix yang akhirnya mendapatkan kesadarannya langsung memberikan tatapan bingung pada Jinyoung.
"Sesuatu terjadi hari ini?" tanya Jinyoung tanpa basa-basi.
Felix terdiam beberapa saat. "Ah..., iya, dok."
"Sangat menganggu pikiranmu?" tanya Jinyoung lagi, kali ini dengan lebih lembut. Ia tidak boleh membuat pasiennya merasa terintimidasi.
"Sedikit...," jawab Felix pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Kalau begitu jangan terlalu memikirkannya, okay?" saran Jinyoung sebelum ia kembali mengingatkan Felix hal yang selalu ia katakan. "Kamu tidak boleh stress, Felix. Itu berbahaya untuk adik kecil di perutmu."
"Aku mengerti itu, dok." Felix mengangguk lemah.
Jinyoung menunjukkan raut iba, ia sudah mengenal dan menjadi dokter untuk Felix sejak pertama kali pemuda itu mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung. Seorang pemuda yang baru saja lulus sekolah menengah atas harus menerima konsekuensi dari perbuatan tidak bertanggung jawab yang dialaminya seorang diri. Sejak awal, Jinyoung memang tidak pernah mempertanyakan siapa ayah dari anak yang ada di dalam perut Felix. Bukan karena ia tidak peduli, tapi karena Felix yang terlihat sama sekali tidak ingin membicarakannya.
Hal yang Jinyoung tahu, bayi itu ada karena kecelakaan dengan kedua pihakㅡayah dan ibuㅡyang sama-sama bersalah. Sang ayah yang tidak terkendali dan Felix yang berada di tempat yang salah. Jinyoung pun pernah menawarkan aborsi pada Felix meski itu melanggar kode etiknya, tapi itu karena ia merasa iba. Felix masih muda, masa depannya pun cerah tapi kehadiran anak itu bisa menghancurkannya.
Hanya saja jawaban Felix atas tawaran itu sangat menampar wajah sekaligus menghangatkan hati Jinyoung.
"Tidak perlu, dok. Aku akan merawat dan melindungi anak ini dengan baik. Dia tidak salah, dia tidak berdosa. Aku yang salah, aku yang berdosa. Lagipula, Tuhan baru saja mengambil satu-satunya keluargaku. Tapi, Tuhan dengan segala kemurahan hati-Nya segera memberikan aku keluarga baru padahal aku seorang pendosa."
"Bagaimana dengan keadaan ekonomimu, baik-baik saja?" Jinyoung mengalihkan pembicaraanya. Dirinya memang seorang dokter kandungan Felix tapi ia juga memiliki tanggung jawabㅡyang dia proklamasikan secara sepihakㅡuntuk memastikan Felix baik-baik saja.
Mendengar pertanyaan Jinyoung, Felix tidak bisa menahan senyum dan menatap dokternya. "Jika tidak baik-baik saja, aku tidak bisa kemari untuk membayar check-up rutinanku, dok."
"Aku sudah bilang kamu tidak perlu melakukan itu." Jinyoung menbalas senyuman Felix.
"Tidak. Aku tidak bisa menerima tawaranmu untuk mendapatkan pelayanan gratis. Aku bisa membuat dokter bangkrut." Felix tersenyum, menenangkan Jinyoung bahwa uang bukan masalah baginya.
"Selama kamu bahagia dan merasa nyaman dengan itu, Felix. Ingat, jangan terlalu memikirkan hal yang bisa membuatmu sedih atau bahkan stress." Jinyoung sungguh tidak pernah lelah mengingatkan Felix agar tidak stress berlebihan.
"Tentu aku bahagia. Aku punya dokter yang luar biasa dan bayi terbaik di sisiku. Tuhan begitu mengasihiku dengan ini semua, dan aku sangat bersyukur akan hal itu."
.
.
.
❇
❇amor noster❇
❇
.
.
.
Begitu mengucapkan selamat tingga dan menerima buku perkembanga kandungannya, Felix langsung pergi ke sebuah supermarket sebelum pulang ke rumah. Karena jarak rumah dan tempat praktek Jinyoung yang tidak terlalu jauh, Felix lebih memilih untuk berjalan kaki dari pada menggunakan bis. Lagipula, berjalan saat tengah hamil memiliki banyak manfaat, itu juga yang di katakan Jinyoung saat memberikan opsi pilihan olahraga untuk Felix begitu ia tahu betapa jarangnya pemuda itu berolahraga.
Sampai di supermarket, Felix tidak lupa mengambil troli karena ia tidak akan kuat mengangkat keranjang dengan beban lain di perutnya dan langsung menuju corner khusus bayi. Setelah melihat list barang yang harus dibelinya, Felix mendongak untuk melihat harga pada rak di sampingnya. Ia baru saja kehabisan susu ibu hamil, dan sskarang susu itu sedang mengalami kenaikan harga. Dalam sekejab, Felix merasakan sakit di kepalanya.
Akhirnya dengan ragu, Felix mengambil satu kotak susu dan meletakkannya di dalam troli. Felix juga tidak lupa membeli suplemen kehamilan yang ia temukan sebelum pergi ke pojok khusus buah-buahan dan sayuran. Langkah kaki Felix terhenti saat ia melewati tumpukan buah semangka yang ada di sana.
Felix memang bukan tipe yang pilih-pilih makananan, tapi ia sama sekali tidak berniat untuk membeli semangka hari ini. Selain berat untuk dibawa, Felix tidak yakin ia akan memakan satu semangka utuh hingga habus sebelum menjadi tidak layak makan. Hanya saja, ia tiba-tiba ingin merasakan manisnya semangka. Memutari kotak yang penuh semangka, akhirnya Felix menemukan semangka yang telah di potong menjadi beberapa bagian. Ia mengambil potongan seperempat semangka dan memasukannya ke dalam troli.
Sebelum ia melanjutkan belanjanya, Felix menunduk dan menatap perutnya lalu mengelusnya lembut. Dengan pelan ia berbisik, "Tadi, pagi kamu ingin pizza dan sekarang semangka. Sangat sulit memuaskanmu, baby."
Tak lama kemudian, Felix akhirnya menyelesaikan waktu belanjanya selama satu jam kurang. Ia segera membawa trolinya menuju kasir dan siap untuk membayar. Sama sekali tidak menyadari bahwa tidak jauh dari tempatnya terlihat beberapa orang yang ia kenal baru saja memasuki supermarket dan Jeongin adalah salah satu dari kelompok orang itu.
Jeongin yang sangat menyukai Felix tentu langsung menyadari bahwa hyung favoritnya itu berada tidak jauh darinya. Meskipun ia tengah bersama dengan hyungdeulnya yang lain, itu tidak akan menghentikan.Jeongin untuk berlari menuju Felix dan menyapanya dengan bersemangat.
Tapi, baru saja Jeongin akan meneriakkan nama Felix. Ia terdiam saat melihat bawa Felix mengangkat kotak susu ibu hamil dari trolinya ke meja kasir dilanjutkan dengan suplemen khusus ibu hamil. Jeongin terdiam, seketika pikirannya berkecamuk.
"Yaaa! Yang Jeongin!!" seru Jisung saat menyadari bahwa Jeongin berada sekitar dua meter dibelakang mereka. "Apa yang kamu lakukan?"
Jeongin yang tersentak menoleh pada Jisung sebelum dengan kaku ia menoleh kembali pada Felix yang tengah membayar barang belanjaannya.
"Yang Jeongin! Hurry up!" Kali ini Changbin yang berteriak pada Jeongin.
Melirik kembali pada Felix yang sudah selesai membayar, Jeongin dengan ragu mendekati para hyungdeulnya. "Arraseo."
• amor noster: septem ㅡ finis •
Happy sunday, guys! Hope you guys have a great weekend!
I don't really have things to say today, just please be healthy guys (っ´▽')っ
Thank you for reading! See ya.
xoxo,
hunshinedelight
KAMU SEDANG MEMBACA
amor noster; hyunlix
FanfictionAmor noster (latin) means our love. Kita tahu bahwa cinta adalah hal yang kasat mata, lalu menurutmu bagaimana seseorang bisa menunjukkan wujud dari perkataan 'cinta kita'? Sudah mendapatkan jawabannya? Maka itulah jawaban yang benar untukmu. Tida...