undēvīgintī

2.1K 341 44
                                    

Hunshine Delight

ㅡpresentㅡ

• amor noster: dēvīgintī

Jisung sama sekali mengabaikan teriakan Jeongin yang tertuju padanya, kedua matanya masih menatap lurus ke arah Felix yang terlihat sedikit gemetar. Tanpa sadar cengkramannya pada lengan Felix mengencang, membuat pemuda di hadapannya itu sedikit meringis kesakitan.

"JAWAB FELIX! SIAPA AYAHNYA!?" Sekali lagi Jisung bertanya.

"Hyung! Hentikan!" Jeongin langsung mengapai Jisung dan berusaha untuk melepaskan cengkraman Jisung dari Felix.

"Jangan menganggu, Yang Jeongin!!"

"Jisung-hyung!!" 

Felix menutup kedua telinganya, ia benar-benar tidak bisa menghadapi ini dan mendengar suara-suara nyaring itu lebih lama.

"Hyung, hentikan. Lepaskan Felix-hyung...," kata Jeongin pelan sambil mencengkram erat kerah Jisung dari samping. Kedua matanya menatap tajam Jisung yang tengah meliriknya.

Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan itu dan yang terdengar hanyalah suara rintik hujan yang semakin deras. Woong masih berdiri di tempatnya, menjadi saksi bisu dari semuanya karena ia sendiri bingung harus berbuat apa. Ini di luar kuasanya dan satu tindakan gegabahnya bisa saja menghancurkan segalanya, karena itu ia memilih untuk diam dan memperhatikan semuanya sambil terus fokus pada Felix jikalau sesuatu terjadi pada pemuda itu.

"Jisung-hyung, hajima...," Jeongin kembali berucap pelan. "Tidakkah kamu lihat kondisi Felix-hyung sekarang?" sambungnya.

Kedua mata Jisung kembali menatap Felix yang tengah menundukkan kepala dengan kedua tangan yang menutup telinganya, tubuh pemuda yang saat ini tengah mengenakan kaos kebesaran berwarna hitam itu juga bergetar kecil karena stimulus yang baru saja ia terima. Jisung terdiam, dia sama sekali tidak bermaksud untuk membuat Felix ketakutanㅡkarena dirinya sendiri tengah merasa takut.

"J-Jisung-ah, b-bajumu basah. Ka-kamu bisa s-sakit...," kata Felix hati-hati dan sedikit terengah-engah karena ia berusaha keras untuk menahan isak tangisnya.

Seolah-olah wajahnya baru saja di tampar, Jisung langsung menutup kedua matanya saat mendengar perkataan Felix yang masih begitu peduli padanya. Perlahan ia melepaskan cengkramannya pada kedua lengan Felix dan melangkah mundur. Melihat itu, Jeongin pun melakukan hal yang sama. Tapi, ia memilih untuk berdiri di antara Jisung dan Felix sebagai tindakan pencegahan jika tiba-tiba Jisung kembali hendak 'menyerang'.

Felix mengangkat kepalanya untuk melihat Jisung yang tengah berdiri dengan kepala yang sepenuhnya tertunduk ke bawah. Kedua matanya berkaca-kaca dan kakinya sudah tidak sanggup menahan berat tubuhnya lebih lama sehingga secara bertahap Felix jatuh terduduk di lantai dengan Woong yang bergegas membantunya. Felix lalu menatap Jisung, Jeongin, dan Woong secara bergantian.

Dia sudah membuat masalah untuk banyak orang.

"Mi-Mianhaeyo, Jisung-ah...," kata Felix saat kembali menatap ke arah Jisung yang masih tertunduk. Tanpa diharapkan, air mata mulai mengalir di pipi Felix dan ia buru-buru menghapusnya. "Mianhae...,"

"Hah!" Jisung langsung melirik Felix sekilas lalu menunjukkan senyuman miris sebelum ia mengangkat kepalanya ke atas dan menatap langit-langitㅡmenghalangi air matanya agar tidak tumpah seperti Felix.

Ruangan itu menjadi hening kembali, tapi kali ini bukan hanya suara hujan yang terdengar tapi juga suara isak tangis Felix yang entah mengapa tidak mau berhenti meski pemuda itu sudah berusaha keras untuk menghentikkannya. Woong juga sudah berusaha untuk menenangkannya, tapi itu sia-sia. Jeongin sendiri berada dalam dilemma terbesar di mana ia benar-benar merasa bahwa apapun langkah yang ia ambil bisa berdampak buruk bagi kedua hyungnya, jadi ia hanya tetap diam di tempatnya sambil terus memperhatikan Jisung. Sedangkan yang diperhatikan oleh Jeongin, Jisung, ia perlahan mulai kembali tenang dan terus berusaha untuk mendinginkan kepalanya.

amor noster; hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang