III. Runyam

13 0 0
                                    

Nah, sebenarnya sih iseng bikin cerita ini. Tapi kayaknya berkesan deh ya. Secara, menyandingkan badboy dengan calm girl. Kita lanjut baca!

Suara burung yang setiap kali berkicau dipagi hari seakan membuat lelaki itu membuka mata. Tak jarang ibu tercintanya menyapa saat ia bangun. Dengan secangkir susu hangat, sepiring nasi goreng kesukaan Ben. Keluarga kecil yang harmonis. Namun, sering kali Ben merasa berkecil hati melihat keadaan keluarganya. Tak jarang ia berfikir melanjutkan pendidikan diluar negeri dengan kerja keras sendiri. Ada beberapa teman yang jauh lebih dewasa darinya menawarkan pekerjaan di Jepang. Tapi, Ben selalu memantapkan fikirannya. Walau ia mau berangkat, Ben tidak enak hati meninggalkan keluarganya.

"Nak, udah jam 7 ini," saut ibunya dari ruang tamu.

"Iya, Bu, ni udah beres," sembari melangkah ke ruang tamu sesekali melihat arlojinya.

"Ben, fokus belajar ya. Jangan buat ayah banyak fikiran dan jangan lagi berantem. Apalagi gara-gara cewek," tegur ibunya.

"Astaga, Bu, anak ibu ini gak akan rebutan cewek. Siapa juga yang suka sama Ben? Ibu kan, tau," jelas Ben.

"Iya, cepet sana, jemput Rendi mungkin dia belum berangkat," lanjut ibunya.
"Siap, Bu. Ben berangkat. Assalamu'alaykum,"

"Wa'alaykumussalam,"

Tak lupa pesan ibunya, Ben mampir ke rumah Rendi sahabat karibnya sejak kecil. Namun, Rendi trlah berangkat lebih dulu darinya. Rendi terbilang sahabat paling setia yang pernah Ben temui. Betapa tidak, lebih dari sekian tahun lamanya ia bersama Rendi. Suka duka mereka lewati bersama tak menghiraukan pandangan orang terhadap mereka. Kini mereka hampir dipenghujung semester. Rendi dan Ben akan segera menghadapi Ujian Nasional.

"Ren, gimana ya, gue gak pernah paham soal matematika?" tanya Ben bingung.

"Ya lo jawab aja Ben, sinis banget sii," tegas Rendi yang sedari tadi menerawang raut muka Ben yang semakin tidak bisa ia prediksi.

"Astaga Ren, berapa ya nilai ujian gue entar?"

"Lo pikir aja, emang lo pernah belajar?" ledek Rendi. Ben diam seribu membisu mendengar perkataan Rendi.

" Gue belajar sama siapa ya? Gue kan begok bisanya cuma nyontek. Masa iya, gue bikin semua contekan atau bawa semua buku pas ujian? Ahh, jangan gila deh. Ehmm ... Eh, iya, kan ada Ara. Minta bantuan dia aja, kali?" kesana kemari seakan pikiran Ben kacau hingga ia meminta Ara untuk belajar bersama.
***

Cintaku Menolak LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang