II. Kesan Si Gadis Pujaan

12 2 0
                                    

Disini gue mau ceritain pengalaman Ara si gadis pujaan pertama kalinya diajak badboy keliaran tengah malam. Yuklah...

Mau bagaimana pun orang menilai Ben, ia tetaplah sulit untuk di deskripsikan dengan kata-kata. Ia adalah orang yang paling sulit ditebak. Setiap langkahnya banyak sekali pemikiran yang sulit di mengerti orang banyak. Sifatnya yang spontan terkadang membuat ornag disekitarnya enggan mendekat. Bahkan, Ara sekali pun cuek kepadanya.

Ben menelpon Ara tengah malam.
Drrrrtt.. Hah? Ben? Ngapain dia telpon tengah malam begini. Ada apa dengan Ben?
Celoteh Ara dalam hatinya seakan malas untuk menerima telpon darinya. Pesan whatsapp pun masuk.

Ra, aku didepan rumah kamu. Aku mohon angkat telpon aku.

Seakan tak percaya, Ara pun mengintip di sela-sela gorden.
Ben? Dia kenapa? Apa yang mau dia lakukan tengah malam begini.

Ben, kamu pulang ya. Aku juga ngantuk, mau tidur lagi.

Whatsapp Ben pun berbunyi. Ara merasa terganggu dengan kedatangan Ben. Tetapi, Ben tidak mau pergi begitu saja.

Ra, pleas ... Mau ya nemenin aku? Rendi sakit.

Nemenin kemana, Ben?

Ikut aja, pokoknya kamu pakai jaket sama sepatu.

Iya, tunggu sebentar.

Ara pun berganti pakaian. Yang sedari tadi memakai baju tidur bermotif doraemon sekarang berganti penampilan jeans panjang dan tubuhnya dibalut jaket merah.

Pesan Whatsapp
Ra, kamu gak dimarahin kan keluar malam?

Gak lah Ben. Tadi aku cerita tentang kamu sama orang tua aku. Kamu tunggu aja dibawah. Aku turun.

Mereka pun berlalu pergi dari rumahnya Ara. Jalanan yang begitu gelap dan sunyi seakan menantang nyali Ara yang baru pertama kali keluar tengah malam. Tak ada satu pun kendaraan lewat. Ara hanya tertegun dan berusaha tidak berfikiran kosong. Ara hanya heran, kenapa ada laki-laki seberani Iben? Celotehnya dalam hati.

"Ra, kita lewat jalan pintas ya?" tanya Ben memecah keheningan.

"Lewat mana, Ben?" lanjut Ara.

"Nanti juga kamu tau, Ra. Biar cepat sampai" teriak Ben tengah malam sepanjang jalan. Lalu Ben menarik gas motornya.

Tak disangka, jalan pintas yang Ben katakan itu jalan tengah kuburan. Sumpah, demi apa itu Iben. Orang yang paling mendung disekolah. Tapi, mengapa dia seberani ini. Sunggu aku takut, tapi aku malu memeluknya. Ya sudahlah, aku memang ingin memelukmya saat momemt seperti ini. Ia begitu keliahatan gagah dimataku.

Selang beberapa menit, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Arena balapan liar yang biasa menjadi tempat Ben menguji motornya. Disinilah ia mendapat teman baru. Didampingi Ara, Ben menyuruhnya untuk turun dan sedikit menjauh dari arena. Karena pernah ada kejadian penonton ditabrak pembalap.

"Ra, kamu disini ya. Jangan dekat-dekat, nonton disini aja," ucap Ben.

"Tapi, Ben, aku pengen ikut kamu," balas Ara dengan perasaan cemas.

"Udah sini aja, bawel banget," ketus Ben seakan memecah kecemasan Ara.

Begitulah Ben, tidak pernah bisa ditebak. Sulit di deskripsikan bagaimana watak sebenarnya dia.

Melihat hobi Ben, Ara seakan tak percaya, laki-laki paling nyebelin disekolah mengajak dia jalan larut malam. Ditambah pengalaman Ara melintasi kuburan tengah malam. Hingga sampai waktu subuh. Tiba-tiba Ben datang menghampiri Ara untuk mengajaknya pergi dari sana.

"Hey. Yuk kita pergi," ajak Ben sambil mengulurkan tangannya.

Ben dan Ara beranjak melangkahkan kaki meninggalkan arena balapan non permanen itu. Betapa terkejutnya Ara, seorang badboy sekaligus laki-laki paling nyebelin disekolah rajin beribadah. Terbukti, tanpa basa basi ia mematikan mesin motor dan mendorong motornya setelah hampir dekat dengan masjid. Terenyuh hati Ara melihat kelakuan Ben.

Sumpah, ini Ben atau siapa yang menjelma jadi dirinya? Ini bukan Ben, dia nggak gini.

Sepanjang Ben mendorong motor, sepanjang itu pula Ara kebingungan.
Sesampainya dimasjid, Ben bertemu pak ustadz yang biasa ia sapa ustadz Vinz. Ben banyak belajar darinya.

"Ben, kamu bawa pacarmu, ya?" tanya Vinz.

"Ehh, itu, Ara pak ustadz. Dia bukan pacar Ben. Cuma temen Ben doang. Ben sengaja ngajak dia. Habisnya Rendi sakit, hehehe," cekikik Ben melihat Ara bingung.

"Kamu, ajak dia shalat, ya," lanjut Vinz.

Pengalaman paling berkesan bagi Ara. Bersama Badboy kelas atas ia pergi tengah malam. Ara baru tahu Ben bisa serajin itu. Bahkan, terlihat akrab dengan Vinz ustadz yang sering menjadi tempat Ben sharing. Mereka seakan ada hubungan darah. Di mata Ara, Ben cowok paling nyebelin disekolah tapi paling hangat untuk sebuah perhatian. Mungkin berbeda sikap dinginnya dia terhadap semua orang. Nyatanya, dengan Ara dia sangat hangat.

***

Cintaku Menolak LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang