Prologue

56 7 0
                                    

Namanya Lilly. Seorang perempuan muda kelahiran bulan Mei ini, memiliki keinginan untuk hidup normal layaknya orang biasa.

Kata Bunda Lilly, waktu Lilly lahir ayahnya baru saja datang dengan membawa bunga Lily ditangannya.
Sekedar informasi, Bunga ini dilambangkan sebagai lambang kesucian, kemurnian, ketulusan, kemuliaan, pengabdian juga persahabatan.

Itulah asal usul dari nama Lilly. Orang tua Lilly menaruh harapan yang sangat besar kepada Lilly, mereka ingin Lilly menjadi orang yang mulia, suci, tulus dan memiliki banyak sahabat. Ya, sesederhana itu.

Lilly gak mau dianggap sebagai orang yang berbeda, jadi dia bersikap biasa saja dengan kemampuannya.

Tidak seperti kebanyakan orang, yang kalau memiliki indra ke-enam yang terbuka, mereka akan mencari tahu lebih banyak. Penasaran. Dan akhirnya melakukan penelitian. Seperti paranormal.

Meskipun Lilly tidak mendalaminya, tapi Lilly tidak ada maksud untuk menutupnya. Dia membiarkan anugrah itu tetap ada di dalam dirinya. Sampai akhirnya mata itu tertutup dengan sendirinya.

👻👻👻

Di kamar itu, saat aku duduk sendiri tiba-tiba potret di dinding yang mirip sekali dengan wajah sahabatku jatuh. Ketika aku hendak mengambilnya...

👻👻👻

"Lilly! Apa kabar!" Panggil seorang perempuan yang berpenampilan tua. Dengan rambut yang lurus dan dikuncir ke belakang, perempuan itu mengenakan kemeja. Perempuan itu berjalan mendekati Lilly yang sedang duduk di kursi taman yang ada di belakang rumah Lilly sendiri.

Lilly dengan Laptop dan lembaran kertas yang tidak lepas dari tangannya langsung berdiri, seraya memeluk sahabatnya.

"Ya ampun, Agatha!" Ya, perempuan itu adalah Agatha, salah satu sahabatnya.

"Kemana aja lo, datang-datang udah berubah aja." Lilly mengajak Agatha untuk duduk.

"Gimana bisnis lo, lancar?" Tanya Lilly. Ada kerinduan yang sangat dalam kepada para sahabatnya, apalagi dengan yang satu ini.

"Lancar dong," Jawabnya dengan senyum sumringah.

"Ciee yang udah jadi Bu CEO," Goda Lilly sambil menyenggol lengan Agatha. Tidak bisa dipungkiri Lilly kangen beribu ribu kangen dengan senda gurau dan kebersamaannya bersama para sahabatnya.

"Belum, Belum jadi."

"Ya tapi kan bentar lagi jadi."

"Do'ain!"

"Aamiin."

Masih dengan perasaan yang sama, rasa yang dulu kembali lagi, Lilly yang merasa sempat kesepian karena jarak dengan para sahabatnya dan mata yang menutup seolah sirna.

Lilly yang dulu bangkit lagi.

"Terus sekarang kesibukan lo apa?" Tanya Agatha.

"Gue ya gini gini aja." Sambil tersenyum, "seperti yang lo lihat. Gue ngabisin waktu buat nulis."

"Bukannya lo pernah direkrut buat main sinetron ya?"

"Ga jadi."

"Loh, kenapa?"

Lilly diam sejenak, lalu menatap langit biru yang cerah karena kala itu masih pagi "seperti pepatah.. Akan ada rencana Tuhan yang lebih indah. Gue dapet tawaran buat main film."

"Gila! Film? Film layar lebar Ly, maksud lo!?" Sergap Agatha.

Lilly mengangguk, tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Ya.. Walaupun gak dapet peran utama tapi masih mending daripada peran figuran."

Agatha menengadahkan kepalanya, matanya menatap tajam kearah depan, tampak berfikir, sedangkan Lilly lanjut meneruskan tulisannya.

Agatha mengintip tulisan Lilly, "Lo masih bikin cerita horor Ly?"

Lilly berhenti mengetik, "Itu kan passion gue."

"Kenapa lo gak coba bikin cerita yang romantis gitu?"

"Ya kali Tha.. Nanti malah yang ada suasana horornya. Gimana coba kalau waktu adegan pacaran gue kepikiran tentang wewe gombel, masa mau pacaran sama.." Tawa Lilly pecah, begitu juga Agatha.

Sudah lama sekali, semenjak mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, jarang ada tawa dan obrolan yang lama seperti itu. Palingan hanya sapa lewat telepon.

"Becanda.. Becanda~ gue cuma mau fokus aja ke genre horor, biar kesannya tuh punya nama tetap. Lilly si penulis cerita horor!"

"Nanti kalo ganti-ganti kan kayak player wkwk."

"Iyain deh, terserah lo!"

"Lo gak kepikiran buat bikin film sendiri Ly? Naskah sudah ada kan, tinggal bikin tim. Dulu kan lo pernah ada rencana buat bikin salah satu cerita lo jadi film. Lo bilang, lo sendiri yang akan jadi sutradaranya."

Lilly termenung, kembali menerawang ingatan-ingatan pada masa itu.

"Ada sih. Gue juga udah dapet produsernya. Tapi..."

"Kita bakal bantu lo. Kita bikin film sama-sama, oke?" Dengan semangat Agatha langsung memotong ucapan Lilly.

Dengan senyum lebar Lilly mengiyakan ajakan sahabatnya.

"Oke!"

🎃🎃🎃

Di suatu tempat. Setelah melalui perbincangan dan perjanjian yang cukup panjang, akhirnya Lilly dan semua sahabat-sahabatnya berkumpul di sebuah tempat yang terkesan unik. Tempat itu adalah base camp mereka.

Disana mereka membicarakan tentang film yang akan dibuat oleh Lilly.

"Semuanya akan dijelaskan oleh Bu Sutradara kita~" Ucap Agatha sambil menunjuk Lilly.

Lilly mengambil napas lalu menjelaskan dengan pelan-pelan.

"Jadi gini. Gue mau bikin film dari kisah kita di Vila tiga tahun yang lalu."

Ada salah satu tanggapan dari sahabatnya yang bikin jadi pertimbangan.

"Bagus sih, ceritanya. Di sana banyak kejutan-kejutan yang menarik buat dijadikan film. Tapi alangkah baiknya kita minta izin dulu sama warga disana demi kelancaran film dan kebaikan kita semua."

"Ga perlu. Gue rasa tanpa izin pun, mereka mengizinkan kok. Lagipula lokasinya kan jauh. Buat apa kesana lagi, cuma mau minta izin?" Ucap Agatha.

"Gini ya. Kita kan gak punya banyak waktu kosong. Kalian juga tau kan? Kita masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jadi kita harus bisa menyiasati waktu. Dan juga, Vila disana kan udah gak ada, gak mungkin kan kita syuting disana." Dengan panjang lebar Agatha menjelaskan maksudnya.

"Bener juga," Jawab Lilly.

"Kalo gitu, untuk lokasi gue serahin sama Jessi."

Sambil menatap mata Jessi, "Jes lo kan suka travel nih, cariin ya vila yang cocok buat lokasi syuting!"

"Siap!" Jessi mengacungkan kedua jempolnya, menandakan kalau dia sangat siap.

"Jangan kayak Agatha. Cari vila gak bener, malah dapet sial kita." Timpal Tj, Laki-laki yang suka ngoceh diantara laki-laki yang lain.

🎃🎃🎃

Ini adalah cerita tiga tahun yang lalu. ketika gue, sahabat-sahabat gue berencana hangout ke sebuah vila yang ada di pulau terpencil di Kalimantan.

💖

Fyi

Cerita ini sudah berpindah lapak ke Joylada dengan judul yang sama.

Behind The VillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang