Nine - Une Vérité

62 14 38
                                    

"Kau tahu? Aku sudah menyusun kata-kata ini sejak lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tahu? Aku sudah menyusun kata-kata ini sejak lama. Mungkin terdengar lucu, tapi aku bersumpah bahwa ini begitu tulus dan mendalam. Lagipula, rasanya seolah sia-sia jika terus kusimpan sendiri."

"Benarkah? Kalau begitu, kau pasti tahu bahwa aku bukan orang yang suka dibuat penasaran."

"Tentu. Ini hanya boleh di dengar olehmu."

"Apa itu, Mr. Knight?"

.

"Aku mencintaimu."

🌊🌊🌊🌊🌊🌊

🌗—Fate—🌓 

       Deg!

       .

       Tak!

       "Akh!" tetesan darah mulai merembes keluar dari ujung jari lentik itu. Tersentak, Lamia meringis perih tatkala ujung pisau yang barusan ia gunakan untuk memotong bawang malah mengiris telunjuknya.

       Tak berapa lama, seseorang datang dari belakang Lamia dengan panik. Rupanya suara Lamia sempat menyapu rungunya hingga ruang tengah. "Ada apa?" tanyanya.

       Yoongi semakin mendekat kala tak ada jawaban dari Lamia, ia malah terlihat sedang mencari sesuatu dari pantry. Lamia menghela saat Yoongi sudah berdiri tepat di belakangnya, ia melirik malas melalui ekor matanya. "Pergilah Yoon, aku bisa mengatasi ini." jawabnya segan.

       Tapi Yoongi tak mengindahkan jawaban itu dan langsung menarik Lamia menuju Parlour, tempat biasa mereka mengobrol di temani hangatnya perapian. Dengan perlahan, ia mendudukkan Lamia ke sofa. Lalu, ia juga mengambil duduk di samping wanita itu. Entah sejak kapan sebelah tangannya yang lain sudah menggenggam sekotak putih berisi serangkaian alat medis—P3K.

       Melihat itu, Lamia kembali menghela pelan. Yoongi memang selalu membesarkan masalah kecil, pikirnya. "Sudahlah Yoon, ini hanya goresan kecil. Ditekan dengan serbet juga sembuh." ucapnya saat Yoongi meletakkan kota P3K ke meja dan mulai mengoperasikan kotak itu. Ia mulai mengoleskan sedikit alkohol pada jari Lamia setelah sebelumnya menghentikan darah yang mengalir dengan kapas. Ia seakan tuli mendengar ucapan Lamia barusan dan terus melanjutkan pengobatannya.

       "Kau tidak boleh menganggap enteng apapun, Mia. Siapa yang tahu jika ini bisa infeksi di kemudian hari, hem?" tukas Yoongi tenang. Ia lalu mengambil sebuah plaster transparan dan membalutnya di jari Lamia dengan hati-hati.

       Melihat betapa seriusnya Yoongi, Lamia pun terkekeh geli. "Padahal tadi itu kesempatanmu untuk mencicipi darahku, loh Yoon. Itu yang selama ini kau inginkan, bukan?"

FATE || Taehyung ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang