Lahirnya Kehidupan Baru (Prolog)

29 0 0
                                    


Hidup ini memang seperti air mengalir, tapi jangan lupakan harus kemana air mengalir itu berakhir.

__________________________________________

Hari Jumat, di sebuah rumah sakit swasta di kota besar. Di ruangan bersalin, tempat dimana lahirnya sebuah kehidupan baru. Seorang ibu sedang berusaha mengeluarkan seorang anak dari dalam rahimnya. Perasaannya tercampur aduk, dia sangat senang karena akan memiliki seorang penerus yang bisa menjadi harapannya kelak. Di sisi lain, dia takut akan kematian. Dan ketakutannya itu sukses membuat tekanan darahnya tinggi. Dia mengalami pendarahan hebat, dokter berusaha untuk menenangkannya tetapi sang ibu tidak bisa melawan ketakutannya sendiri. Dia menangis kesakitan, dia berkata "Tolong, operasi saja saya, saya tidak bisa melahirkannya secara normal".

Dokter mulai panik melihat keadaan sang ibu, mereka berusaha menenangkan sang ibu agar tekanan darahnya menurun ke batas normal. Berbagai cara telah dilakukan namun itu semua tidak berhasil membuat sang ibu menjadi tenang. Melihat kondisi pendarahannya yang makin parah, sang dokter pun menyuruh asistennya untuk menyiapkan alat bedah caesar secepatnya.


Sang ayah menunggu diluar ruangan dengan bibir komat-kamit berdoa untuk istrinya tercinta. Berdoa agar proses persalinannya dilancarkan. Mendengar teriakan-teriakan istrinya yang sampai diluar ruangan, tentu saja sang ayah pasti sangat khawatir. Dia tidak ingin kehilangan pasangan hidupnya serta harapan hidupnya untuk selamanya. Sejak lama dia memimpikan punya keluarga kecil dirumah, seorang ibu yang perhatian dan seorang anak yang cekatan, cerdas, dan baik hati. Sebuah mimpi yang indah.

Tak lama setelah itu, dokter keluar dari ruangan dan menemui sang ayah. Dokter menunjukkan wajah yang lesu dan sedih, membuat sang ayah makin khawatir. Sang ayah kemudian berdiri dan bertanya ke dokter.

"Dok, bagaimana istri saya? apakah persalinannya lancar? Apakah dia bisa melahirkan secara normal?"

Dokter masih menunjukkan wajah lesunya, dia seakan tidak sanggup menjawab pertanyaan sang ayah, dia takut itu akan membuat perasaan sang ayah makin bercampur aduk dan itu tidak akan membuat dia tenang. Meskipun begitu, dia adalah dokter, dan sebagai dokter yang baik. Dia harus mengatakan hal yang memang benar-benar terjadi di dalam.

"Pak, istri bapak mengalami pendarahan saat mencoba melahirkan normal. Tekanan darahnya sangat tinggi dan itu membuat pendarahannya makin parah, dia sudah banyak kehabisan darah. Jika proses nya tetap dilanjutkan, dia akan kehabisan darah dan resiko kematian pun pasti sangat tinggi"

Sang ayah terdiam seketika, dia seakan terkena halilintar dari langit. Air matanya mulai keluar dari matanya, dia menangis. Dia mulai pasrah dengan keadaan. Dia bertanya kepada dokter.

"Apakah istri saya bisa selamat jika di operasi dok?"

"Dalam kondisi seperti ini, Istri bapak punya kemungkinan selamat lebih besar jika dioperasi ketimbang harus melahirkan normal. Saya juga menyarankan cara seperti itu agar istri dan anak anda bisa selamat"

"Kalau saya boleh tau, berapa biayanya dok?"

"Biayanya 21 juta, bapak bisa ke meja administrasi untuk membayar biaya operasi tersebut. Kalau begitu saya masuk dulu pak, saya harus melihat kondisi pasien"

21 juta bukanlah angka yang sedikit pada saat itu. untuk orang yang hidup pas-pasan seperti mereka, tentu saja itu sangatlah berat. Sang Ayah berpikir sejenak, "Bagaimana aku bisa mendapat uang sebanyak itu, harta terbesar yang aku punya hanyalah Motor kesayangan ku". terlintas di pikirannya untuk menggadaikannya di rentenir. Walau resikonya sangat besar, Sang Ayah tidak punya pilihan lain, di pikirannya saat ini hanyalah cara agar istri dan anaknya selamat dan mereka bisa pulang, berkumpul kembali di rumah yang sederhana.

Adzan pertanda Waktu Jumat tiba berkumandang, Sang Ayah bergegas melangkahkan kakinya ke masjid dengan pikiran yang bercampur aduk. Dia berusaha menahan tangisannya agar orang-orang tidak memandanginya. Di dalam masjid, tatapannya kosong. Kepalanya masih memikirkan kondisi istrinya. Dia tidak mendengarkan khutbah dengan baik. Saat sholat dimulai, dia tidak bisa membendung air matanya, dia menangis sekali lagi. Pipi Sang Ayah basah karena air mata, terus menetes sampai sholat selesai. Saat masjid mulai sepi, dia menengadahkan tangannya. Dia berdoa dalam keadaan sangat sedih.

"Ya Allah, tolong hambamu ini, Berikanlah kemudahan untuk istri hamba agar dia bisa melahirkan dengan baik. Aku mohon kepadamu Ya Allah, Aku tidak ingin kehilangan mereka Ya Allah, Aku sangat memimpikan punya keluarga kecil dirumah Ya Allah. Aku mohon kepadamu Ya Allah, Engkau maha pengasih lagi maha penyayang. Aku tidak tau kemana lagi aku harus berharap selain kepada-Mu Ya Allah. Aamiin Yaa Rabbal Alamin"

Sang Ayah dengan keadaan lesu kembali ke ruangan bersalin, dia kembali ingin menanyakan kondisi istrinya saat itu, saat dia telah sampai di depan ruangan. Seketika dokter keluar ruangan dan bergegas menemui Sang Ayah. Raut wajah dokter menunjukkan wajah yang lega dan senang. Itu membuat pikiran Sang Ayah sedikit lebih baik walaupun tetap saja raut mukanya terlihat lesu dan sedih. Dokter spontan berkata.

"Pak, proses persalinannya sudah selesai, anak bapak lahir dalam kondisi sehat"

"Benarkah pak!? Anak saya sudah lahir? Apakah dia Laki-Laki Atau Perempuan?"

"Anak bapak laki-laki, dia gagah sama seperti ayahnya. Sungguh ini adalah mukjizat dari yang maha kuasa. Saya hampir berpikir bahwa persalinannya tidak akan berhasil dengan cara normal"

Raut muka Sang Ayah berubah, dia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia akhirnya mempunyai seorang anak dan sebentar lagi kehidupannya akan lebih berwarna. Tak lama setelah itu, dia kembali bertanya.

"Tetapi bagaimana dengan istriku? Apa dia baik-baik saja?"

"Dia kehilangan banyak darah, tetapi saat ini kondisinya stabil. Dia harus beristirahat total selama seminggu ini"

"Apakah saya bisa masuk melihat istri dan anak saya dok?"

"Silahkan pak, bapak bisa masuk untuk melihat mereka. Selamat ya pak, hari ini bapak resmi menjadi seorang ayah"

Dia tidak menjawab dokter tadi, dia langsung berlari ke dalam ruangan bersalin, menemui istri dan anaknya. Saat melihat mereka, dia tidak bisa membendung air mata harunya. Dia menangis bahagia dan langsung menemui istrinya. Sang ibu sangat terharu melihat suaminya terlihat bahagia. Dia berkata dengan lirih.

"Akhirnya, kamu menjadi seorang ayah. Aku pasti membuatmu khawatir kan? Maafkan aku, Aku terlalu berlebihan"

"Kau tidak perlu meminta maaf bodoh. Kau benar-benar membuatku khawatir diluar sana hahaha, aku bahkan menangis karena itu. Tetapi hari ini, kau memberikanku hadiah istimewa yang tak terlupakan. Terima kasih"

"Hahaha, entah kapan terakhir kali kau memanggilku bodoh"

"Jadi, anak kita laki-laki ya. Dia akan tumbuh menjadi anak yang kuat seperti dirimu"

"Aku harap seperti itu, dia juga memiliki rupa yang tampan sepertimu. Jadi apa nama yang akan kau berikan?"

"Aku sudah menyiapkan nama untuknya. Namanya adalah Avilash. Dia akan tumbuh menjadi anak yang setia dan jujur, Sama seperti arti namanya"

"Well, kau selalu saja membuat nama-nama yang aneh"

"Tapi bagus kan? Jarang ada nama seperti itu hahaha"

"Yah, aku tidak bisa bilang tidak untuk itu. Namanya cukup unik"

Dan sejak saat itu seorang anak yang bernama Avilash mulai tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cekatan dan baik hati. Rasa ingin tahunya sangat tinggi dan dia adalah tipe orang yang tidak akan pernah berhenti mencari tahu sampai dia mendapat apa yang dicarinya.

______________________________________

Prolog telah selesai, terima kasih telah membaca cerita ini, jangan lupa vote agar saya semakin bersemangat untuk update ceritanya

HidupWhere stories live. Discover now