Last Chapter

2.3K 163 22
                                    

Media: Blackpink - Hope Not

🌌🌌🌌

Dini hari, Rose terbangun. Memar-memar di wajahnya mulai terasa nyeri dan sakit. Jari-jemarinya bergerak mengusap memar itu dengan lembut dan pelan. Semula dia mengaduh, menahan perih. Tapi begitu dia ingat kenapa dia mengalami semua itu, segenap derita yang dia rasakan saat itu juga seketika lenyap dan berubah menjadi suatu perasaan bahagia yang tiada terkira. Bahkan sudah dirasa sebagai sebuah kebahagiaan yang sempurna.

Semburat senyum manis mengembang tulus menghiasi bibirnya yang tebal dan ranum. Dia bahagia menerima rasa sakit itu. Dan mengucapkan kata-kata syukur pada Tuhan, karena diberi kesempatan menyelamatkan kesucian gadis yang sangat dia cintai. Kejadian yang dia alami beberapa jam yang lalu semakin kuat menguasai alam pikirannya. Sebuah peristiwa yang cukup menegangkan dan melelahkan dia rasa.

Namun semua itu berujung pada bibirnya yang semakin manis melontar senyum. Benar. Itu terjadi karena diingatannya sedang terbayang saat Jennie memeluknya dalam tangisan. Erat dan begitu hangat. Lembut penuh biasan rasa takut seorang kekasih. Sempat membuat dia tidak ingin melepaskan pelukan itu.

"Jennie...!" desahnya halus penuh perasaan. "Oh, Jennie...! Aku sangat mencintaimu... Aku tak kuat jauh darimu. Tentu kau tahu, di dunia ini sungguh banyak sekali hal yang indah. Tapi bagiku keindahanmu melebihi segenap keindahan itu meskipun disatukan. Kaulah yang terindah. Kaulah karya Tuhan yang paling sempurna di mataku. Dan selamanya paling sempurna. Ooh, Jennie...! Kuingin kau tahu, sejak melihatmu dan kita berkenalan sampai menjadi sahabat, di semua detik dan tarikan napasku itu, aku merasa tak memiliki hatiku lagi. Kau telah merampasnya, membuat aku tak mampu hidup tanpa dirimu. Kaulah separuh jiwaku." gumam Rose sepenuh hati.

Langit-langit ditatapnya lekat-lekat. Bagai di langit-langit itu, tergambar jelas seraut wajah Jennie yang manis dan menggemaskan. Malam itu benar-benar sunyi. Perlahan kerinduan mulai berteluk direlung hatinya. Rose ingin memejamkan mata, tapi selalu saja dia rasa matanya itu tak mau dipejamkan seolah tak rela melenyapkan bayangan Jennie walau hanya satu kedipan.

Kesunyian perlahan menyiksanya dalam kerinduan yang mendalam. Perlahan berubah menjadi kegelisahan yang membunuh dengan kejam segenap ketenangan. Meski sunyi, namun malam tidak sepi. Di kejauhan sayup-sayup terdengar lantunan suara hewan-hewan malam. Dan suara jangkriklah yang paling jelas terdengar melengking nyaring, tapi terkesan menyakitkan. Mungkin saja itu lengkingan jangkrik, yang didera kerinduan sama seperti Rose.

Gadis cantik itu menarik napas berat. Bayangan Lisa tiba-tiba berkelebat di benaknya. Hal itu cukup membuat perhatiannya teralihkan. Dalam waktu singkat saja bayangan teman sejurusannya itu menguasai alam lamunannya. Tiba-tiba matanya menyorot garang dikuasai api kebencian. Dia harus membuat perhitungan. Rose menyimpulkan, kejadian malam itu pasti ada hubungannya dengan Lisa. Tepatnya tunangan saingannya itu. Besok, dia harus membuat perhitungan. Rose menggeram marah. Tangan kanannya terkepal. Tak sabar ingin melampiaskan kemarahan yang kini sedang tumbuh subur di hatinya. Sudah menjadi janjinya, jika tunangan Lisa itu berani melakukan hal yang akan mencelakakan Jennie, maka orang itu akan berberhadapan dengannya.

Bahkan dia tidak segan-segan untuk membunuh tunangan Lisa itu bila nekad mencelakakan Jennie. Perlahan, sejalan dengan waktu yang terus berputar, Rose pun mulai dihinggapi rasa kantuk. Dan ketika dia mencoba memejamkan mata, tak lama diapun terbuai dalam alam mimpi. Sampai-sampai dia mendengkur. 

🏙🏙🏙

Pagi datang begitu cepat. Mentari terbit cukup cerah. Meski para mahasiswi masih tampak jarang di lingkungan kampus, entah mengapa suasana sungguh hiruk-pikuk. Itu terjadi di halaman tengah kampus. Sebuah pertengkaran yang menurut para mahasiswi cukup unik dan menggemparkan. Bagaimana tidak, pertengkaran itu melibatkan dua mahasiswi yang selama ini mereka tahu sangat akrab bersahabat. Di antara mereka ada beberapa orang yang mencoba melerai, namun jumlah orang yang mensupport pertengkaran itu jauh lebih banyak. Pertengkaran pun terus berlangsung sengit, hingga akhirnya pak Seungri datang. Dia langsung melerai dan membubarkan kerumunan para mahasiswi itu dan membawa dua mahasiswi yang bertengkar itu ke ruangan dosen.

Fractura Hepatica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang