Awal Mula

98 17 10
                                    


Terhitung kini hubungan Andra dan Evan telah memasuki bulan ketiga.

Hubungan mereka berjalan sebagaimana pasangan biasa.
Tanpa ada yang tahu,
satu orang pun.


Meski terkadang selalu saja ada masalah yang menerjang,
seperti halnya Evan terlalu cemburuan dan menyebabkan terjadinya pertengkaran,
meski kecil-kecilan.

Tidak parah,
karena pasti akan berujung kepada berbaikan.

Andra selalu maklumi,
beranggapan Evan begitu karena takut kehilangan.

Seperti sekarang ini,
Evan tengah mengomel padanya sebab tadi lihat dirinya diberi surat oleh seorang wanita yang katanya cinta.


"Jangan coba ngelak ya! Tadi gue liat cewe itu ngasih surat ke kakak! Mana pake senyum-senyum lagi! Kakaknya juga kenapa malah ikutan senyum,hah?! Pokoknya Evan marah sama kakak!!!" jerit Evan beruntung rumahnya sedang sepi,karena Bunda tengah pergi arisan dan Ayah yang masih belum pulang.


Andra hanya tersenyum,sudah biasa dengan pertengkaran ini.
Evannya hanya sedang kesal,karena tak mau miliknya didekati lain orang.

"Iya kakak salah. Maafin kakak, ya?" bujuk Andra halus.

"Gak mau! Evan gak mau maafin kakak! Kakak nyebelin!" Kukuhnya.

Evan beranjak menuju ranjangnya dan duduk membelakangi Andra.

Melihat itu Andra pun berinisiatif untuk ikut duduk disana dan memeluk tubuh kekasihnya dari belakang.

Evan diam karena terlalu kaget dengan pergerakan Andra yang
tiba-tiba.

Sebab jujur,selama mereka berpacaran Andra selalu meminta izin padanya pada saat ingin kontak fisik.
Baik itu pelukan atau pun berpegangan tangan.

"Hey, dengerin kakak. Kakak gak akan ninggalin cinta kakak ini hanya karena sebuah surat. Bukannya dari awal udah kakak bilang,mari kita lewatin semuanya. Apapun itu kakak janji bakal perjuangin cinta kakak. Kakak rela berdosa,Van. Dihadapan Allah kakak udah pasrah akan nerima apapun hukuman-Nya,karena buta dunia, karena kecintaan kakak terhadap seseorang yang bernama Evan Andrea Pratama, kakak mempertaruhkan segalanya. Apakah itu tidak cukup?" Jelas Andra sembari membenamkan kepalanya dileher Evan,seakan meyakinkan tak ada keraguan atas apa yang diucapkan.

Evan menangis.


Mengapa ia bodoh?! mengapa ia meragukan Andra yang jelas-jelas telah mengambil resiko bahkan dari awal penyataan perasaan?!


"Hikss..hikss.. maafin gue kak karena udah ragu sama lo..hikss..hikss" ucap Evan menangis dan membalikan badan balas memeluk tubuh yang sedikit lebih besar darinya itu.


"Jangan nangis,gakpapa. Kakak ngerti dengan hubungan yang memang sulit diterima ini pasti bakal banyak rintangan pula. Apa lagi kita nentang aturan Allah. Susahnya akan bertambah dua kali lipat. Walau misal terkadang mulus,cobaan atas apa yang kita perbuat tak akan bisa kita elak, pasti akan ada yang terberat"


Andra mengelus punggung Evan yang bergetar karena tangisan yang tak bisa ia tahan.


"HUAAAAA.. EVAN SAYANG KAKAK!" teriak Evan tertahan karena berada dalam pelukan.


Andra terkekeh,menggemaskan sekali kekasihnya ini.





















Setelah beberapa menit,Evan masih betah dipeluk.

Hangat katanya.

Mereka berdua sama-sama terdiam,
menikmati afeksi dalam sentuhan sederhana berupa rengkuhan.

"Kak?" tiba-tiba Evan memecah keheningan.

"Hmm?" guamam Andra sebagai jawaban.

Evan melepaskan diri dari pelukan sang kekasih dan mulai menatap obsidian hitam itu lekat lamat.

Andra menatap Evan heran,seakan memberikan isyarat 'ada apa?'.

"E-eh.. gak jadi deh,hehehe"

"Kenapa?"

"Gue ragu kak,gue sebenernya masih takut. Tapi gue juga orang biasa yang punya rasa penasaran layak manusia lainnya" batin Evan entah apa maksudnya.

Lama bertatap,
Evan yang masih enggan melepas kontak,
dan Andra yang masih mencari sebuah kebohongan atas apa yang diucap.


Tidak tahu siapa yang memulai terlebih dahulu,


Mereka berdua pelan-pelan mendekatkan kepala hingga kembali terjadinya dosa,
-mungkin lebih berat dari sebelumnya.










Cup!







Terlena nikmatnya dunia hingga lupa,

ah tidak!

Mereka sadar sepenuhnya,
hanya bukankah nafsu memang selalu menang melawan sadarnya logika akan dosa?


Semakin lama ciuman itu semakin intens,
lengan Evan yang mengalung apik di leher sang dominan serta tak lupa jari mungilnya yang sesekali meremas pelan rambut Andra sebab kenikmatan tiada tara.


Andra semakin memperdalam ciuman,
melupakan segalanya,
melupakan pasti akan ada rencana,
-cobaan
dari kenekatan yang membuatnya semakin jauh dari jangkauan,
-jangkauan sebuah jalan kebenaran.
































Cklek!













"EVAN! ANDRA!"




























TBC

Hehehehe.. apakah ada yang kangen cerita ini?

Nyanyian Surau [ Ryeonseung // Seungzz ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang