PROLOG

2.8K 372 42
                                    

“Suatu hari nanti, aku bakalan buat satu robot yang persis banget sama manusia dan punya daya pikir seperti manusia.”

Silvia memutar mata, mulai bosan dengan bualan dari kakak perempuannya yang berusia 14 tahun tersebut.

“Kak, buat robot itu nggak gampang. Apalagi yang persis dan punya pikiran kaya manusia. Pikiran manusia itu nyeremin, Kak. Bisa bahaya banget kalau ditaruh di robot.” Balasnya yang masih 13 tahun.

“Kan dia robot buatanku, aku bisa setting dia jadi manusia robot yang baik.”

“Tetep aja, Kak. Mustahil.”

“Awas loh ya, sepuluh atau dua puluh tahun lagi aku pasti bisa buat satu robot yang aku mau! Oh iya, kamu ada saran muka robotnya kaya gimana nggak?”

“Duh, Kak...”

“Ya kan siapa tau kamu ada saran.”

“Gak. Kakak cari sendiri aja. Aku mau lanjut ngerjain PR.”

“Hish!”









▫ ▫ ▫ ▪ ▫ ▫ ▫










15 tahun kemudian...

“Dek, besok kamu ulang tahun, kan?”

Silvia menghela napas. Dia sendiri saja malas untuk mengingat ulang tahunnya sendiri.

“Iya. Kenapa?”

“Besok kamu di rumah, kan?”

“Iyalah. Kan weekend.”

“Kamu tunggu paket dari aku ya?”

“Kakak kirim paket dari Jerman?”

Hohohoo... Iya dooong~ pokoknya harus kamu tunggu ya?”

“Hm, ya.”









▫ ▫ ▫ ▪ ▫ ▫ ▫









“Kak Wendy ngirimin paket apa mayat sih? Kenapa kaya kotak jenazah begini bentuknya?!” Gerutunya setelah membuat dua orang kurir membawa masuk paket dari kakaknya yang besarnya beneran mirip peti jenazah.

Buzz... Buzz...

Silvia mengerang, dengan agak gusar berjalan menuju sofa untuk mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di sana.

“Kebetulan banget telpon, Kakak kirimin mayat ya?!” Bentaknya setelah menjawab si telpon.

“Santuy dong~ bukan lah, bukan mayat. Eh? Paketnya udah sampai?”

“Udah.”

“Udah kamu buka?”

“Ya belum.”

“Ooh... Hehehe... Buku panduannya jangan lupa dibaca.” Kekeh Wendy.

“Kakak kirim apa sih?!”

“Cari tau sendiri dong~ kan itu kado~ harus surpriseee~”

“Halah.”

“Nanti Kakak telpon lagi ya?”

“Hm.”

“Daaah~”

Hidung Silvia kembang kempis. Dia buang ponselnya ke sofa lalu kembali mendekati si kotak raksasa.

“Harus aku buka nih?” Tanyanya ke diri sendiri, sebenarnya lumayan malas sekali buka-buka kotak kayu begini. Disegel begini pula.

“Oh iya, buka kotak yang satunya tadi aja dulu. Ukurannya juga nggak seberapa.” Katanya mengambil satu kotak kayu yang tadi dia angkat sendiri, kayanya sih satu pasang dengan si kotak besar, soalnya dua-duanya sama-sama dikirim oleh Wendy.

“Buku Panduan Evan?” Kernyitnya saat membaca judul sebuah buku yang lumayan tebal. Hampir mirip dengan buku novel seratus halaman sih.

“Evan apaan? Siapa?” Bingungnya, lalu menoleh melihat si kotak raksasa dengan lamat.

Dia lihat lagi si buku, lalu membukanya dan mendapat kata sambutan yang tak begitu panjang.

Evan, robot AI buat kamu yang jomblo. Kamu masih jomblo, kan? Iya kan? Jujur aja deh, gak usah sungkan~

Kalau kalimatnya begini sih sudah jelas yang buat buku ini Kakaknya. Karena malas membaca lanjutan dari si kalimat sambutan, dia pun pindah ke halaman berikutnya, halaman yang di sebelah kanan ada foto muka seorang laki-laki berwajah oriental dan sedangkan di sebelah kiri ada panduan untuk mengaktifkan "Evan".

1. Untuk mengaktifkan Evan, anda cukup tampar saja pipinya sekeras mungkin. Jika tak bangun, coba isi ulang dayanya terlebih dahulu kurang lebih lima jam hingga dayanya terisi penuh.

Iki opoooo??? Mbak Wendy kirim opooooooooooooooooo?!!”

Frustasi, Silvia pun dengan agak gusar kembali mendekati si kotak raksasa. Membuka segelnya dan membuka penutup si kotak dan menemukan sesosok manusia tanpa busana di dalam si kotak.

Bisa dibayangkan, Wendy yang masih ada di Jerman itu sekarang sedang cekikikan menertawai adiknya.
























Bisa dibayangkan, Wendy yang masih ada di Jerman itu sekarang sedang cekikikan menertawai adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















Disclaimer

Seluruh isi cerita berikut hanyalah karangan penulis semata. Seluruhnya berasal dari imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama, tempat atau apapun, itu hanya kebetulan semata.

Dilarang keras menulis kembali cerita ini ke dalam media apapun; karena menulis cerita itu butuh kerja keras otak, bukannya asal salin. Terima kasih.




























STARTED:

26 FEBRUARI 2020

Copyright © shilaviox 2020

Evan - Pindah Ke JoyladaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang