Verse 001; Metanoia

26 5 0
                                    

Metanoia (n) journey of changing one's mind, heart, self, or way of life, spiritual conversion.

Metanoia (n) journey of changing one's mind, heart, self, or way of life, spiritual conversion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juni 19 2017

Gadis itu menatap foto seorang lelaki yang sedang tersenyum. Gurat lelaki itu nampak jelas pada usia setengah baya. Senyuman yang menenangkan milik lelaki itu selalu dirindukannya. Ia berani menukar apapun demi melihat senyuman itu lagi. Tapi dunia bukan dogeng tempat orang mati bisa dihidupkan kembali. Ia mengecup foto itu untuk terakhir kalinya. Tekadnya ia tidak akan membawa foto tersebut dan meninggalkan jejak kesedihannya. Naif meski foto itu ditinggalkan nyata kenangan tidak bisa dilepaskan begitu saja.

"tidak ada menyuruhmu untuk meninggalkan rumah Hanin" suara lembut yang senantiasa ia dengar itu bernada luka.

Gadis itu menatap orang yang memanggilnya, "hati Hanin yang meminta Hanin pergi Ibu".

"kita bisa hidup dengan bahagia. Kita semua akan memulai kehidupan yang sama lagi" tangan yang kini keriput termakan usia menyentuh tangan Hanin, mengengam erat tidak ingin melepaskan seperkian detik pun. Hanin menatap tangan Ibunya penuh emosional, keputusannya sudah bulat. Tidak bisa dirubahnya lagi. Ia memilih pergi.

"Tidak akan sama tanpa Ayah. Hanin tidak bisa berhenti Bu, Hanin akan berusaha melawan semuanya. jika semuanya sudah baik Hanin akan kembali –" mata hazel Hanin menatap Ibunya lalu mengalihkan pandangannya pada makhluk kecil yang sedang tertidur pulas, "Hanin akan pulang bersama Jenar, Hanin pastikan itu".

Hanin melepaskan gengaman tangannya pada Ibu kemudian mengendong mahkluk kecilnya. Bayi kecil yang membawa kekuatannya dalam satu tahun terakhir ini. Ia pun berjalan keluar dari rumah dengan berat hati. Rumah ini, rumah yang sudah menjadi bagian dari masa kecilnya. Dimana ia sering bersembunyi saat bermain petak umpet, saat ia diam-diam keluar rumah pada waktu tidur siang, atau saat suara tangisannya yang hebat karena tidak bisa ranking 1 dikelasnya. Dulu ia berharap bahwa jika anaknya juga bisa merasakan masa kecil yang sama di rumah ini. Yah manusia hanya berharap tapi Khaliq yang memutuskan.

"Hanin!" panggil seorang pria lantang membuat Hanin menengok.

"lo nggak bisa tinggalin gue gini aja! Lo harapan Ayah di perusahaan. Lo nggak bisa nggak bisa kaya gini!" suara Hamish yang berat dirasakan nada marah bercampur sedihnya.

Hanin tersenyum, "Lo sama gue cuman beda 5 menit Ham. Meski gue duluan lahir, lo tetap anak lelaki Ayah dan kedudukan itu tidak bisa gue ganggu. Gue titip Ibu dan yang lain ya" Hanin menepuk pundak Hamish dengan tangan yang bergetar. Selama ini ia dan Hamish tidak bisa dipisahkan. Hanin adalah kakak yang berharga untuk Hamish dan Hamish adalah adik yang selalu bisa diandalkan.

Hamish menghela napas tidak bisa percaya. Ia memeluk Hanin seperti pelukan terakhirnya. Ia juga mengecup kening Jenar sambil membacakan doa. Sekali Hanin memutuskan sesuatu, Hamish tidak bisa merubahnya meskipun mereka adalah saudara kembar.

MEMO[RY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang