[3]

192 71 7
                                    


Aku sungguh tak percaya. Dunia ini membantu mempertemukanku kembali dengan orang-orang itu. Kupikir aku tak akan pernah bertemu dengan Muxi lagi.

Dia juga tampak terkejut saat melihatku duduk berhadapan dengan kakaknya.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu untuk mengalihkan perhatian Muxi.

"Mana sepatuku?" sergahku sebelum dia menanyakan hal yang tak ingin kudengar.

"Mengapa kau bisa ada disini?"

Ya, akhirnya pertanyaan itu berhasil kudengar. Aku menatap mimik wajahnya yang penuh rasa intimidasi kepadaku.

"Ah-begini, sebenarnya panjang ceritanya-"

Aku benar-benar malu untuk mengakui bahwa aku kemari hanya karena tergiur pada onigiri.

"Oppa, Yoojung Oppa bilang tidak akan mengencani wanita sebelum aku menikah?" Muxi tampak mengabaikanku dan meminta jawaban pada Ahjusshi yang sedari tadi berdiri di belakangku.

"Oppa janji."

"Lalu?"

Bagaimana mungkin? Kedua hazel cantik Muxi tampak berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagaimana mungkin? Kedua hazel cantik Muxi tampak berkaca-kaca.

"Aku dan Oppa-mu itu tidak berkencan. Aku hanya-yaa-aku hanya ingin memakan onigiri, " sahutku penuh rasa sesak.

Sesak karena malu untuk mengatakannya.

Muxi menatapku penuh rasa kurang meyakinkan. Aku mengembuskan napas. Mana mungkin aku keluar dari ruangan apartemen ini dalam kondisi mereka sedang berada pada titik kesalahpahaman.

Muxi mengempaskan dua kantung plastik putih yang entah apa isinya ke sembarang arah. Ia terlihat sangat marah.

Sebenarnya aku sangat ingin mengintip isi dua kantung plastik itu. Aku ingin mengetahui keberadaan sepatuku itu. Mana tahu salah satu kantung tersebut berisi sepasang sepatuku. Aku tak mempunyai simpanan sepatu lagi di rumah. Bora Eonni sudah masuk perguruan tinggi sementara sepatu lamanya sudah ia jual.

Muxi keluar dan membanting pintu apartemen dengan keras.

Aku dan Ahjusshi itu saling pandang.

"Maafkan aku, Ahjuss-"

"Tak perlu. Ia akan sembuh sendiri nantinya."

"Sembuh?"

"Ia mempunyai sifat itu sedari kecil dan aku bisa memakluminya. Salah satu cara paling ampuh adalah hanya mendiamkannya selama beberapa jam, setelah itu ia akan merengek kepadaku. Siapa lagi orang di dunia ini yang masih peduli padanya?"

"Ah, benar. Aku hanya tidak enak melihat kalian berdua tadi," ucapku dengan tawa renyah.

"Lupakan," ujarnya. "Masih ingin makan?"

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang