VIII

9.1K 821 428
                                    


It Is

"Ketika pada akhirnya dirimua telah benar-benar mengetahui siapa diriku yang sebenarnya."














































"Anak dari ayahku."

Haechan menatapnya dengan lamat. Lalu menganggukkan kepalanya dengan paham.

"Jadi, dia kakakmu? Tunggu, jika dia anak dari ayahmu, jadi hyung itu anaknya wali kota? Iya?" Haechan membuat spekulasi. Memikirkan perkataan dari Mark dengan sebaik mungkin. Kepalanya meneleng ke kanan, menanti pembenaran dari Mark pasal pernyataannya barusan.

Mark diam di tempat. Duduk santai sambil menatap Haechan dengan tatapan main-main miliknya. Bibirnya berseringai, sebelum gelengan pelan itu ia berikan pada Haechan.

"Bukan. Dia bukan kakakku." Ucap Mark pelan. Meraih tangan milik Haechan, dan menarik tubuh itu agar jatuh ke dalam pelukannya. Memeluk Haechan dengan sangat erat hanya untuk meluapkan seluruh perasaan rindu yang selama ini disimpannya hanya untuk anak itu.

Haechan mengerang pelan, saat Mark membawa tubuh mereka agar jatuh berbaring di ranjang. Tubuhnya mengikuti keinginan dari Mark, terdekap dalam pelukan erat itu, dan terpenjara dalam kungkungan kedua tangan yang melingkar di kedua pinggangnya. Dapat Haechan rasakan Mark juga mendaratkan banyak kecupan di wajahnya, membuatnya merasa risih namun juga nyaman, ada euforia senang di sana. Tersemat dengan malu-malu karena merasa jika perlakuan dari Mark sangatlah manis juga membuatnya merasa terbuai.

"Kenapa bisa begitu? Katanya anak ayahmu, jika begitu jelas dia juga kakakmu." Ucap Haechan, meletakkan tangannya di bahu milik Mark, sebagai pertahanan jika sewaktu-waktu pria ini ingin melakukan perbuatan yang di luar batas, sehingga nanti dia bisa mendorong pria itu dengan keras agar menjauh darinya.

"Dia hanya anak dari ayahku, seseorang yang keberadaannya bahkan sudah kuanggap tidak ada." Begitu ucap Mark, mengusap-usap belakang kepala milik Haechan pelan sebelum tangannya terulur untuk meraih jari-jemari kecil yang bersarang di bahunya. Mengajaknya untuk saling menggenggam, menautkan jemari mereka dengan seerat mungkin dengan sambil bertatapan, menyelami iris mata satu sama lain.

Haechan mengerutkan alisnya. Terdiam sejenak di tempatnya. Menatap Mark dengan perasaan ragu-ragu. Mulai merasakan jika Mark hanya memutar kalimatnya, menjawabnya dengan kalimat itu-itu saja yang membuat dirinya jadi merasa ragu untuk kembali melayangkan pertanyaan pada pria tersebut. Begini, mungkin ini terlalu privasi bagi Mark, hingga menyebabkan pria itu jadi terkesan tidak mau memberikan jawaban pasti kepadanya. Hanya bermain-main kata belaka. Membuat Haechan secara perlahan mulai berpikir untuk lebih baik menahan diri saja agar tidak menanyai pria itu lebih dalam, takut jika nanti pertanyaannya bisa-bisa menyinggung perasaan pria ini.

"Kenapa diam saja? Sudah tidak ada yang ditanyakan?" Mark menatap Haechan semakin dalam, mengerutkan dahinya sambil jari yang ada di genggamannya itu ia usap dengan halus. Melayangkan afeksi kepadanya, menyalurkan rasa sayang itu padanya dengan terlampau tulus.

Haechan menggeleng pelan. Membiarkan jemarinya dimainkan dengan sesukanya oleh Mark, dan hanya balas menatap Mark dengan sorot tidak yakin miliknya.

"Jawabannya begitu-begitu terus. Seperti tidak tulus mau cerita, jadi sudahlah, tak apa jika Hyung masih belum ingin cerita." Ucap Haechan pelan. Kalimatnya terdengar seperti protesan tapi sebenarnya itu hanya ungkapan sebenarnya dari apa yang dirasakannya saat ini.

Mark terkekeh pelan. Haechan sedang memasang muka masam di depannya. Sedikit melirik sinis pada dirinya sambil mukanya dibuang tak acuh ke samping. Gemas, ia daratkan satu kecupan lamanya di puncak hidung milik anak itu, mengecupnya lama sebelum dengan jahil malah berubah menjadi mengigitnya.

DONT LET ME FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang