Part 4

81 6 3
                                    


Zilla POV

Tes...tes..
Tak terasa air mataku menetes begitu saja setelah mengingat masa laluku. Aku sadar aku tidak boleh egois. Bagaimanapun kehidupan Revan bergantung dengan keputusanku. Dia anakku. Aku tak masalah jika harus membesarkannya sendiri tanpa Rafa disisiku. Aku yakin aku bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk anakku. Dan aku berjanji akan selalu melindungi keluarga ku dari wanita rubah itu.

Ya, mungkin dia sekarang sedang merencanakan pernikahannya bersama Rafa. Aku tak masalah dengan semua itu. Asal meraka tak mengusik lagi kehidupanku dan keluarga kecilku.

Author POV

Tokk tokk tokk...

Tiba-tiba terdengar suara pintu rumah Zilla diketuk kencang oleh seseorang. Zilla yang mendengarnya pun bergegas membukanya.

"Fey??, Ada apa? Kenapa kau terlihat gelisah seperti itu?", tukas Zilla.
"Zil, maafkan aku. Sepertinya beberapa hari ini aku tak bisa menemani Revan. Aku ada kerjaan di luar kota dan sangat tidak memungkinkan kalau sekertarisku yang menggantikannya.", ucap Fey dengan nada memelas.
"Hey, tak apa. Aku bisa menelpon Bi Berta untuk menjaga Revan nantinya. Kau juga tak harus menjaganya setiap hari kan?", sahut Zilla.
"Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang dulu ya!! Aku harus packing untuk besok. Salam untuk Revan, dan tetap jaga kesehatanmu Zil. Bye...bye..."

Setelah Fey pamit pulang, Zilla beranjak membersihkan diri karena hari sudah mulai petang. Sedangkan Revan masih tertidur dengan pulasnya di sofa ruang tamu. Zilla tak memindahkan Revan ke kamar karena ia akan terbangun jika terusik sedikit saja.

Selesai mandi, Zilla langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam sederhana untuk Revan dan dirinya. Malam ini ia memutuskan untuk membuat tumis kentang dan ayam goreng. Setelah semuanya siap ia segera menata hidangannya di meja makan dan membangunkan Revan untuk segera mandi karena hari sudah mulai petang.

Mereka pun akhirnya makan malam dengan tenang karena Zilla sudah mengajarkan Revan untuk tidak berbicara ketika makan sejak kecil.

Setelah selesai makan Zilla melanjutkan tugasnya sebagai seorang guru untuk menyiapkan pembelajaran esok hari. Sedangkan Revan asik bermain dengan legonya.

Malam semakin larut, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Zilla membopong Revan yang sudah tertidur di ruang keluarga untuk dipindah ke kamar. Kemudian Zilla memutuskan untuk menyusul Revan tidur.

ʕ•ﻌ•ʔ

Zilla POV

Pagi ini kuputuskan untuk bangun lebih pagi agar dapat menyiapkan sarapan untuk Revan sembari menunggu Bi Berta datang untuk menemani Revan hari ini.

Tokk...tokk...tok

"Pagi mbak...", sapa Bi Berti seraya melenggang masuk.

"Pagi juga Bi..."

Kenapa Bi Berti memanggilku mbak? Karena aku sendiri yang menyuruhnya. Aku merasa jauh lebih tua jika dia memanggilku nyonya. Aku hanya tidak ingin ada perbedaan derajat dengan Bi Berti.

Aku memutuskan untuk beranjak mandi dan menyuruh Bi Berti membangunkan Revan untuk sarapan.

Setelah selesai mandi aku pergi ke ruang makan untuk sarapan. Ternyata Revan sudah bangun dan sedang sarapan ditemani oleh Bi Berti.

"Mommy!! Kenapa aunty Fey tidak kemari?"

"Sayang, aunty Fey ada pekerjaan di luar kota. Jadi dia tidak bisa menemani Revan untuk sementara waktu ini. Revan ditemani Bi Berti dulu nggak papa kan?"

"Yaahhh, yaudah deh mom nggak papa. Tapi nanti tolong sampaikan aunty untuk membelikan oleh-oleh yaa!!"

"Iya sayang, nanti mommy sampaikan. Sudah sekarang lanjut sarapannya, nanti setelah sarapan langsung mandi yaa!!"

"Siappp mom!!!"

Setelah sarapan akupun berpamitan kepada Revan dan Bi Berti untuk berangkat mengajar.

Setelah sampai di sekolah tempatku mengajar aku segera menuju mejaku di ruang guru untuk menyiapkan buku yang akan kubawa ke kelas nanti. Bel masuk pun berbunyi dan aku begegas menuju ke kelas untuk memberikan materi pembelajaran untuk anak-anak.

Tak terasa bel pergantian jam sudah berbunyi. Dan ini saatnya aku bergantian dengan guru yang lain untuk mengajar di kelas ini.

Karena di jam ke-2 ini aku tidak ada jam mengajar, maka kuputuskan untuk meneruskan membuat soal ulangan harian untuk anak-anak.

Tak terasa jam pulang sekolah pun berbunyi. Tapi naas hari ini diadakan rapat para guru untuk membahas acara tahunan yang rutin diadakan setahun sekali.

Anehnya tahun ini sang pemilik sekolah bersedia menghadiri acara ini. Karena di tahun sebelum-sebelumnya dia tidak mau repot-repot menghadiri acara tahunan sekolah seperti ini. Bahkan kepala sekolah berpesan untuk memberitahu anak-anak untuk mempersiapkan penampilan bakat mereka.

Kepala sekolah berencana menampilkan pertunjukan bakat dari anak-anak agar bisa menunjukkan kepada pemilik sekolah bahwa anak-anak tidak hanya pintar di bidang akademis tapi juga di bidang non akademis.

Setelah selesai rapat aku segera pulang ke rumah, karena kupastikan Revan akan mengomel karena mommynya ini pulang terlambat.

ʕ•ﻌ•ʔ

Author POV

Setelah sampai rumah beruntungnya Zilla tak harus mendengar omelan Revan karena ia tertidur sejak setelah selesai mandi tadi. Bi Berti pun segera pamit pulang setelah Zilla pulang.

Kini hanya menyisakan Zilla dengan segala kesunyiannya. Tiba-tiba dia teringat jika harus memberitahu Fey untuk membelikan oleh-oleh titipan Revan tadi pagi.

Tuutt...tutt...tut

"Hallo?", terdengar sahutan dari Fey.

"Fey..., apa kau masih sibuk?", tanya Zilla sembari mengambil air minum untuknya.

"Tidak, ada apa? Kau baik-baik saja?"

"Tak apa, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Revan saja. Ia ingin oleh-oleh darimu Fey.", terdengar suara ribut-ribut dari telepon Zilla.

"O..Ooh, ba..baiklah aku akan mengingatnya. Setelah selesai bekerja akan kubelikan oleh-oleh untuknya.", jawab Fey dengan terbata-bata.

"Ada apa Fey? Apakah ada sesuatu yang salah. Aku mendengar ada keributan dan pertengkaran disana. Apa kau baik-baik saja?", khawatir Zilla.

"Ti..tidak apa-apa kok Zil, hanya beberapa orang mabuk yang diringkus oleh polisi setempat.", sahut Fey yang lagi-lagi membuat Zilla kembali merasa curiga.

"Baiklah, kalau begitu kututup ya!! Jaga kesehatan disana dan jangan mencari keributan dengan orang. Okay??", tanya Zilla memastikan.

"Iyaaa Zil. Kuapastikan untuk mengingat perkataanmu. Byeee!!!"

Tutt

Panggilan pun diakhiri dan Zilla masih di rasa penasarannya. Sebenarnya ia mendengar suara kakaknya disana. Seperti sedang memaki dan marah dengan seseorang. Tapi siapa? Tidak mungkin Fey kan... Apalagi dengan statusnya sebagai tunangan kakaknya itu. Tapi kenapa Fey menutup-nutupi dan berbohong kepada Zilla?

Zilla semakin merasa benar jika itu suara kakaknya karena ia sangat familiar dengan suara kakaknya. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

TBC
See You Soon

Sorry for the late post 🙏
Enjoy it 😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be PatientTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang