CHAPTER 6 - Can't Be Sure

1.5K 183 24
                                    

Sudah hampir seminggu Gun menghindari Off. Ia tidak kembali ke apartemennya setelah dari Nadao Gallery dan memilih untuk tinggal di studionya sekarang. Gun bahkan mengabaikan Jing yang selalu berusaha membujuknya untuk menceritakan padanya apa yang sedang terjadi. Jing khawatir karena berita bahwa Off dan Mook Worranit sudah resmi bertunangan di Swiss telah tersebar luas. Gun bahkan menolak untuk bertemu Off saat lelaki itu mengunjunginya di cafe Jing. Gun menyuruh Jing untuk mengatakan pada Off jika ia tak ada di studionya. Sekarang Gun menyadarinya, perjalanan bisnis yang dikatakan Off bukanlah perjalanan bisnis, melainkan acara pertunangannya dengan Mook dan hanya dihadiri oleh para kerabat dekat.

Gun sendiri memilih untuk menghindari Off karena ia ingin menata hidupnya saat ini. Disaat ia menyadari perasaannya kepada Off, Gun tahu ia sudah berada dalam masalah besar. Ia tahu ia seharusnya tidak jatuh cinta pada Off. Ia seharusnya tidak menaruh harapan sama sekali. Tapi Gun terlalu lemah untuk tidak jatuh cinta pada Off – tidak saat lelaki itu mencurahkan perhatiaan yang selama ini Gun inginkan.

Satu hal yang Gun tahu, ia menginginkan Off. Ia ingin mengklaim lelaki itu sebagai miliknya. Walaupun ia sendiri sadar bahwa ia sama sekali bukan siapa-siapa dalam skenario ini. Ibaratnya sebuah soap opera, Gun adalah sang antagonis yang menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan. Ia adalah karakter yang semua penonton benci karena menjadi penghalang bagi kedua pemeran utama untuk bersama. Gun adalah sang pemeran pembantu yang jika didepak keluar dari skenario pun tak akan memberikan efek apapun pada sang pemeran utama. Para penonton malah menginginkannya untuk tak ada dalam skenario ini agar kisah sang pemeran utama berakhir bahagia.

Selama perenungannya, Gun menyadari ia merindukan dirinya yang dulu. Dirinya yang selalu yakin dengan keputusan yang diambilnya. Salah satu keputusan terbesar dalam hidupnya yang tak pernah ia sesali ialah saat ia coming out kepada keluarganya. Setelahnya ia tahu apa yang ia harus lakukan. Ia akan menjadi pelukis, seperti impiannya. Keluar dari rumah yang terasa seperti nereka dan menjadi dirinya sendiri sepenuhnya. Tetapi setelah bersama Off, Gun terlalu menikmati kenyamanan yang diberikan oleh Off. Lelaki itu membuatnya merasa Gun ia bisa menjadi dirinya sendiri tapi Gun tersadar itu hanyalah ilusi yang ia bangun sebagai alasan untuk terus bersama Off.

Gun selalu tahu apa yang ia inginkan. Ia selalu yakin dengan semua keputusan yang ia ambil. Ia selalu siap dengan konsekuensi dari setiap keputusan yang diambilnya. Bersama Off membuat Gun tidak yakin dengan apa yang ia inginkan. Ia ingin bersama Off, tetapi ia tentu harus menanggung resiko berada dalam bayang. Sekarang lelaki itu telah bertunangan, lalu di posisi mana Gun harus meletakkan dirinya?

Satu hal yang pasti, Gun tidak sanggup jika ia harus berbagi dengan Mook. Ia harus mengambil satu keputusan pasti untuk memperjelas semuanya. Gun selalu melakukannya, dan kali ini ia sudah lelah dengan permainan yang ia mulai. Mungkin ini adalah saat itu kalah dan menghentikan permainan yang membuatnya lelah secara batin dan fisik.

Hari ini Gun menghabiskan waktunya di studio umum kampus. Sudah satu setengah jam lebih ia menatap kanvas putih di depannya namun ia sama sekali tidak mendapatkan inspirasi. Ia merasakan kebuntuan akhir-akhir ini. Walaupun ia tinggal di studionya sekarang, Gun sama sekali tidak produktif. Ia hanya tidur, bermain ponselnya, menonton serial tv, makan, dan kembali tidur. Bahkan ia harus meminta waktu tambahan untuk mengumpulkan tugas kelas Estetika Timurnya karena Gun sama sekali tidak mendapatkan ide.

Memilih menyerah, Gun segera mengemasi peralatannya dan berjalan meninggalkan gedung kampus. Matanya tanpa sengaja menatap mobil Off di parkiran fakultasnya dan Gun segera mengalihkan pandangannya. Ia memilih berjalan kembali kedalam gedung karena ia tahu Off pasti tidak akan mengikutinya masuk ke dalam.

Ini sudah kesekian kalinya Off menungguinya di depan gedung fakultasnya. Gun selalu berpura-pura tidak melihat mobil Off, bahkan saat lelaki itu jelas-jelas membunyikan klakson mobilnya. Biasanya Gun langsung bergabung bersama gerombolan teman-temannya dan berjalan bersama mereka. Dengan begini Off pasti tidak akan menghampirinya karena menunjukkan bahwa keduanya saling mengenal jauh lebih berbahaya. Tapi kali ini Gun memilih tidak mengikuti teman-temannya dan bertahan di kampus hingga sore. Tak disangkanya Off sudah menunggunya didepan kampus dan persembunyian Gun kali ini hanyalah gedung kampusnya. Ia menghela napasnya kesal dan berharap Off segera beranjak pergi.

DayflyWhere stories live. Discover now