CHAPTER 5 - Hope

1.6K 190 9
                                    


Jantung Gun berdetak dengan cepat ketika suara lagu The 1975 menyergap pendengarannya saat ia baru membuka pintu apartemennya. Suara Matthew Healy yang tengah menyanyikan lagu Love As We Made It semakin nyaring tat kala Gun memercepat langkahnya ke ruang tengah.

Aroma kopi hangat menggelitik hidungnya dan ia melihat sosok Off yang tengah membelakanginya di dapur. Gun menjatuhkan tasnya dengan cepat dan berlari untuk memeluk lelaki tinggi itu.

"Papi!" teriaknya riang.

"Hey Gun aku sedang memegang segelas air panas," ujar Off.

Gun bersungut saat ia harus melepas pelukannya sebentar dan membiarkan Off meletakkan gelas kopinya ke atas meja. Gun langsung memutar tubuh Off dan menghujani leher Off dengan kecupan-kecupan kecil.

"Ai Gun," protes Off.

Gun tak peduli. Ia sudah tak bertemu Off selama 2 minggu. Lelaki itu bilang ia hanya akan pergi selama 1 minggu namun perjalanan bisnisnya malah diperpanjang 1 minggu lagi. Gun tak puas hanya melihat wajah Off dari layar ponselnya selama 2 minggu. Ia ingin menyentuhnya dan merasakan kehangatan tubuh Off.

Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya saat Gun meletakkan wajahnya di ceruk leher Off dan mencium aroma tubuh Off dalam-dalam. Gun sudah sangat rindu dan ia ingin Off tahu itu. Ia semakin memperat pelukannya dan membenamkan wajahnya di dada Off.

"Hey aku tidak bisa bernapas," kata Off sambil mencoba melepaskan rangkulan tangan Gun di punggungnya. Gun menggelengkan kepalanya dengan cepat dan mengangkat wajahnya untuk menatap Off. Lelaki itu juga menatapnya dengan tatapan datarnya dan Gun mendengus. Off bahkan tak membalas pelukannya.

"Papi, peluk," rengek Gun manja.

Gun tersenyum saat ia mendengar suara tawa renyah Off dan ia bisa merasakan saat kedua tangan Off merangkul penuh tubuhnya. Gun semakin membenamkan wajahnya ke dada Off tatkala lelaki itu menciumi kepalanya berkali-kali. Momen-momen seperti inilah yang dirindukan oleh Gun.

"Gun kau belum keramas ya?"

Pertanyaan Off sontak membuat Gun melepas pelukan mereka dan mencubit perut Off dengan kesal. Ia berjalan pergi meninggalkan pria itu saat Off mengaduh kesakitan. Apakah Off tidak bisa untuk tidak merusak momen manis mereka?, pikir Gun kesal. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah menghabiskan waktu seharian di kampusnya.

***

Gun melompat naik ke atas kasur setelah ia selesai mengeringkan rambutnya. Ia segera memeluk Off yang tengah memainkan iPadnya di atas kasur dan meletakkan kepalanya di dada Off untuk ikut melihat apa yang tengah dikerjakan Off. Lelaki itu tengah menatap angka-angka di dalam tabel dan juga berbagai macam grafik berwarna-warni yang Gun tak mengerti maksudnya.

Gun mengangkat wajahnya dan melihat wajah serius Off. Gun baru saja menyadari jika lelaki itu tidak mendorongnya menjauh. Gun ingat wajah tak suka Off dulu setiap ia melakukan ini padanya. Off akan mendorong tubuh Gun menjauh dan menyuruhnya untuk tidak menganggunya dengan nada kesal. Gun akan menuruti Off dengan kesal dan menolak berbicara dengannya hingga ia tertidur. Gun juga akan mendiami Off besok paginya dan pergi ke kampus tanpa memberikan kecupan di lehernya. Sudah beberapa bulan belakangan ini, Off sepertinya menyerah dan membiarkan Gun melakukan apapun yang ia mau.

Bilang saja Gun egois atau manja, Gun tak peduli. Ia merasa kesal karena mereka sudah tak bertemu selama 2 minggu dan Off malah kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Gun menarik tangan Off yang tengah memegang iPadnya dan segera duduk di atas perut Off. Gun menindih tubuh Off dan membenamkan wajahnya ke leher Off. Gun menggunakan kesempatan ini berhubung Off sama sekali tak protes, ia juga belum puas menghirup aroma tubuh Off yang sangat ia rindukan.

DayflyWhere stories live. Discover now