BAGIAN 6 : RINDU TAK BERSUARA

19 1 0
                                    


Setelah lama aku terdiam menerima tamparan dan pukulannya, kini tanganku mulai bergerak. Dengan cepat kedua tanganku menggenggam pergelangan kedua tangannya. Dan mendorongnya ke permukaan ranjang. Membuat Bulan yang tadinya terbangun untuk memukulku, menjadi terjatuh dengan posisi tidur diatas ranjang.

Wajahku kembali mendekat pada wajahnya, dan aku pun mengucapkan sesuatu..

" Oke kalo mau lu emang gitu. Sekarang juga lu bakal tau sebrengsek apa gua. Dan lu bakalan nyesel pernah cinta sama gua.." ucapku berbisik padanya.

Setelah ucapan itu, aku pun mencium bibirnya, dan terjadi sesuatu yang diluar perhitunganku.. sesuatu yang membuatku menyesal hingga kini.. membuatku dihantui perasaan berdosa yang membuatku hampir gila, atau bahkan aku sudah pernah gila dibuatnya.

Malam itu kami benar-benar terbawa suasana, kami tak pernah membayangkan tentang masa depan apa yang akan kami hadapi kelak.. tidak pernah sama sekali..

Kemudian, setelah kami melakukan itu, kami pun tertidur..

Cahaya pagi pun datang. Menandakan hari telah berganti. Aku pun terbangun dari tidurku. Kepalaku terasa sedikit sakit ketika itu. Ingatan tentang semalam masih terasa samar-samar oleh rasa sakit di kepalaku.

Aku pun hanya bisa memegang kepala sembari berusaha mengingat-ingat kembali apa yang terjadi semalam. Kulihat disampingku, seorang wanita cantik yang kukenal masih tertidur dengan lelap. "Apa yang terjadi?" tanyaku dalam benakku. Setelah beberapa saat, kini ingatanku yang samar-samar mulai nampak jelas.

Perlahan-perlahan aku mengingat semuanya. Seiring dengan ingatanku yang mulai jelas itu, keringat dinginku keluar, mataku melebar. Seketika itu juga aku menjadi depresi. Aku mulai memikirkan berbagai hal buruk yang akan terjadi padaku. Rasa dosaku mulai memuncak ketika aku teringat keluargaku. Bagaimana mungkin? Apa ekspresi mereka jika hal itu terjadi? Keluargaku saat ini sedang dalam kondisi yang buruk, namun aku malah memperburuk segalanya. Dan seharusnya, akulah yang menjadi harapan terakhir orang tuaku, karena aku adalah anak terakhir, lantas bagaimana ini? aku malah menghancurkan harapan mereka.

Lalu, bagaimana ini? nama keluargaku akan semakin hancur. Mereka akan jadi topik pembicaraan negatif para tetangga. Tuhan, apa yang kulakukan? Orang tuaku melakukan segalanya demi membuatku menjadi orang yang baik tapi aku malah melakukan yang sebaliknya.. tidak! tidak! Apa yang kulakukan?! Kenapa malah begini?!

Dan bagaimana dengan keluarga Bulan? Mereka adalah keluarga yang dipandang, orang tua-nya adalah seorang politikus. Bagaimana ini? apakah mereka bisa memaafkanku dan menerimaku? Tidak, itu mustahil. Karena akulah yang mengotori nama keluarga mereka, mereka takkan tinggal diam begitu saja! lalu bagaimana ini? apa yang harus kulakukan? Aku takkan bisa menghadapi keluarganya! Tuhan, apa yang harus kulakukan?

Pemikiran-pemikiran seperti itu selalu berputar-putar dalam benakku, terus menerus. Otakku terganggu, yang terpikir hanya tentang pemikiran-pemikiran itu saja, selalu!

Ketika aku sedang dalam depresiku itu, Bulan yang tadinya masih terlelap kini mulai bangun. Dia menatapku, melihatku yang sedang depresi itu. Lantas dia pun mendekatt padaku, seraya memelukku dari belakang. Mengucapkan berbagai kata-kata untuk menenangkanku.

" Kenapa? Bukannya kita bakal ngadepin ini bareng? Kenapa takut?" ucap dia.

Namun aku hanya terdiam, karena aku masih sibuk memikirkan pemikiran-pemikiran yang muncul di benakku.

" Aku ga bakal ninggalin kamu, aku bakal selalu ada buat kamu baik disaat susah maupun seneng. Kamu juga harus janji ya. Jangan tinggalin aku." ucapnya yang kini lebih lembut dengan gaya bicaranya yang mulai berubah demi menenangkanku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FUCKBOY DADDYWhere stories live. Discover now