Part 4

37 3 1
                                    

Itu Ares gengs. Duhh meleleh adek bang😘. Gmna2 cocok gak??

🍃🍃🍃🍃🍃
  Author POV

Para mahasiswa pagi ini kelabakan dengan menghilngnya Anjani, beberapa orang mencoba menghubungi poselnya, tapi hasilnya berakhir sama. Tidak ada jawaban.

"Jar lo coba telpon mas Ares gih" perintah Rian yang merupakan utusan dewan keamanan.

Tanpa kata Fajar langsung mengiyakan. Terdengar nada sambung, dan...

"Halo?" Terdengar serak jawaban disebrang sana.

"Mas Anjani hilang. Dari semalem gak balik - balik abis dari toilet." Ujarnya cepat menyamai kereta express.

"Hahh..? An-jani? Ohhh."

"Ehmm,, gini Jar, kamu jangan khawatir Anjani aman sama saya. Semalem saya bawa dia ke puskesmas terdekat. Dia sakit."

"Ohh gitu mas, yaudah deh kalo emng baik-baik aja, kita sudahi pencarian."

"Oke. Saya tutup Jar."

"Iya mas. Thank you infonya."

Begitu sampungan terputus Fajar langsung menginfokan apa yang didapatnya kepada teman-teman dan raut cemas pada mereka perlahan menghilang digantikan kelegaan.

🍀🍀🍀🍀🍀
Disebuah kamar Ares terbangun karena suara deringan yang berasal dari ponselnya. Melihatnya dan menemukan nama Fajar.

"Halo?" Dengan nada serak yang khas akan bangun tidur.

"Mas Anjani hilang. Dari semalem gak balik - balik abis dari toilet"ucapnya terlalu cepat.

"Hahh..? An-jani? Ohhh." Seakan baru tersadar dari kantuknya. Dia melihat ke samping kiri tempat tidurnya dan yang didapat  Anjani  sedang memunggunginya.

"Ehmm,, gini Jar, kamu jangan khawatir Anjani aman sama saya. Semalem saya bawa dia ke puskesmas terdekat. Dia sakit." Ucapnya menenangkan.

Namun dalam hati dia terus menggumamkan kata maaf kepada sang ibu dan juga terus beristigfar demi menenangkan hati yang sedang bergemuruh.

Bergegas, dia kembali menggunakan pakaian yang semalam berhasil lolos dari tubuhnya, lalu...

"Anjani bangun jan" perintahnya sambil menggoyangkan pundak mungil Jani.

"Ngghh.... ehh mas loh, kok?"terkaget karena yang dilihat pertama kali saat membuka mata adalah Ares, lalu sekelebat bayangan semalam membuat pipinya memerah.

"Astaga mas" Anjani menaikan selimut lebih tinggi lagi . Merasa malu.

"Saya tunggu diluar. Kamu bisa membersihkan diri kamu Anjani. Setelah itu kita bicara."perintahnya tegas dan berlalu meninggalkan  Jani seorang diri.

Namun Anjani agaknya masih kaget akan kejadian semalam, dalam hati dia terus bergumam bahwa ini semua adalah mimpi.

Tapi pada saat dia berdiri dan mendapati selangkangannya yang berdenyut nyeri dia bisa memastikan sendiri bahwa ini adalah mimpi buruk yang menjadi nyata.

"M-Mas Ares?"
Dilihatnya Anjani sedang berdiri membuka pintu dari dalam.

"Ayo Mas" berjalan mendahului, dan langsung saja menyita perhatian Ares karena melihat cara berjalan Anajani yang dibilang seperti anjing pincang?

"Maaf" seketika rasa bersalah menyelimuti hati Ares.

Anjani berbalik mendengar kata pertama dari Ares kemudian dia tersenyum lembut. Menenangkan.

"Mas, ini bukan salah kamu. Aku tau kamu...cuma nolong aku." Entahlah kenapa dia berbicara seperti itu, alih - alih meminta pertanggung jawaban.

"Anjani kalau kamu lupa saya udah mengambil sesuatu yang berharga pada diri kamu." Dan lagi-lagi respon Anjani mengejutkan. Dia terkekeh sambil berkata

"Kalau mas lupa mari aku ingatkan"ucapnya menirukan gaya bicara Ares. "Aku yang meminta kamu melakukannya mas, so kamu ga usah ngerasa bersalah gitu, toh keperawanan di zaman sekarang gak terlalu penting kok." ungkapnya menjelaskan.

"Anjani saya tetap harus bertanggung jawab." Ucpanya keras kepala. Lagi ,respon Anjani membuatnya tercengang.

"Aku gak perlu tanggung jawab mas, anggap aja kejadian semalem  gak pernah ada."

Ares diam dengan segala umpatan yang bercokol dihatinya, bisa- bisanya dia nenolak pertanggung jawaban dirinya setelah apa yang sudah dia perbuat. Ketelaluan. Apa yang ada dipikiran gadis ini? Batin Ares.

"Gimana kalau kamu hamil dan itu anak saya?

"Aku pastikan itu gak akan pernah terjadi, jadi mas tenang aja"

Setelah mengucapkan itu Anjani berlalu meninggalkan Ares, namun terhenti di ambang pintu dan berbalik

"Aku akan pulang mengikuti rombongan mas, kuharap mas melupakan kejadian ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AstamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang