1. Eks

14.2K 631 51
                                    

X.

Satu huruf yang bisa membuat dunia Acha jumpalitan. Saat umurnya empat tahun, X adalah sebuah huruf yang menyenangkan. Satu dari boneka figur milik kakaknya, Aldrich, yang ia juluki X-man selalu menggantikan posisi Ken untuk barbie-barbie mahalnya.

Disaat usianya bertambah, X menjadi sebuah huruf yang sangat menyebalkan karena satu huruf itu selalu muncul di pelajaran Matematika yang membuat pusing kepala Acha.

Kini, bagi gadis berusia dua puluh dua tahun itu, huruf X semakin membuatnya alergi. Teman-temannya selalu menggunakan kata eks untuk menyebut mantan kekasih. Satu hal yang sangat ingin Acha hapus dari ingatannya.

Mantan sekaligus cinta pertamanya berlabuh saat Acha menduduki bangku SMP. Nathan, kakak kelas paling hot itu telah mencuri ciuman pertamanya. Tapi cinta monyet pada anak sulung pewaris tahta keluarga Ardhana itu pun harus berakhir tepat di pesta kelulusan sekolah.

Tidak butuh waktu lama bagi gadis belia seusia Acha untuk jatuh cinta lagi. Kali ini dengan teman sekelasnya kala dia sudah berseragam putih abu-abu. Fariz, sang ketua kelas yang dengan wibawa dan kharismanya menemani tiga tahun perjalanan Acha di SMA. Namun lagi-lagi, kisah cinta paling manis yang pernah Acha rasakan itu harus pupus di hari kelulusannya. Alasannya sederhana, Acha harus bangun dan menjalani kehidupan sesungguhnya.

Achalista Quileena, atau yang biasa dipanggil Acha, adalah anak bungsu bos entertainment Indonesia. Keluarga merupakan pemegang saham tertinggi di MegaTV, sebuah saluran televisi nasional yang menjuarai dunia entertainment Indonesia. Bisnis mereka kini mengembangkan sayap ke ranah hiburan tanah air, salah satunya menaungi artis-artis besar ibu kota.

Bagi kaum konglomerat atas, sejak dini mereka telah dikenalkan sistem kasta dalam lingkungan pergaulan. Kelas satu ditempati oleh anak-anak pewaris manajemen perusahaan keluarganya. Biasanya anak sulung, seperti Nathan dan Aldrich, yang digadang-gadang akan menggantikan posisi sang ayah. 

Kelas kedua adalah untuk mereka yang tidak akan menempati posisi nomor satu di perusahaan keluarga tetapi sudah memiliki saham tanpa harus bersusah payah. Anak perempuan atau selain anak sulung biasanya menempati posisi ini. Tidak terkecuali Acha. Si bungsu cantik itu tentu saja harus mengalah karena kakak laki-lakinya lah yang akan mendapatkan lebih banyak harta warisan. Tugasnya sebagai anak perempuan bukanlah untuk menjalankan bisnis, namun memperkuat ikatan bisnis dengan pernikahan. Ya, bagi kaum burjois pernikahan tak ayal hanya lah investasi bisnis jangka panjang. Begitu menyelesaikan pendidikan tinggi biasanya orang tua sudah memilihkan partner yang sederajat untuk anak-anak mereka. Karena keegoisan klasik inilah Acha harus berpisah dengan Fariz.

Meskipun Fariz adalah lelaki sempurna di mata Acha, tetapi tidak bagi keluarganya. Fariz bahkan tidak masuk ke dalam kelas ketiga, kelas anak-anak menteri, hakim, dan mereka yang menduduki jabatan kehormatan di kursi pemerintahan. Fariz hanyalah anak seorang karyawan di perusahaan ayah Nathan, dan itu membuatnya berada pada kasta paling rendah.

Sejak dikirim ayahnya untuk sekolah ke luar negeri, belum pernah sekalipun Acha bertatap muka dengan Fariz. Sesekali, diam-diam dia membuka sosial media hanya untuk mendapat sedikit kabar tentang mantannya. Acha kira hal itu bisa mengobati sedikit kekosongan di hatinya, tapi nyatanya malah membuat rasa rindunya semakin membuncah. Pernah juga gadis itu mencoba berkencan dengan laki-laki lain, tapi Fariz tak bisa dengan mudahnya digeser lelaki manapun.

"Seneng banget gitu ketemu gue?" Tita, teman sekelasnya waktu SMA  yang kini berstatus sebagai tunangan mantan pertamanya, Nathan, jauh-jauh terbang ke Boston untuk memberi Acha undangan pernikahan.

"Lo kan udah jauh-jauh dateng ke Boston Tit, masak ya enggak gue sambut" senyum merekah terpampang nyata di bibir merah cherry gadis bermata cokelat itu. Padahal bukan undangan pernikahan sang cinta pertama dengan sahabatnya yang membuat Acha bahagia, tetapi ada hal lain.

"Nama gue Tita. Bukan Tit. Tat tit tat tit mulu lo manggil gue." koreksi wanita di hadapannya.

"Iya Titaaaa." sengaja Acha memperjelas huruf terakhir yang diucapkannya.

"Gue tau lo bahagia banget ketemu gue karena mau cari tau info tentang Fariz kan?" Tita memang tidak mudah dikelabuhi.

"Enggak. Siapa bilang?  For me past is just past. Just like me and your husband-to-be. Everything is ended. No string attached" kilah Acha penuh percaya diri.

"He is fine. More than fine actually" tanpa diminta Tita menyampaikan kabar tentang Fariz. Tita dan Fariz sudah saling mengenal sejak kecil. Tentu saja gadis itu yang paling tau kabar terbaru tentang Fariz dibandingkan teman-teman Acha lainnya.

Putri bungsu konglomerat industri hiburan itu bersedekap, "Whatever. I don't care about him anymore"

"He is starting his own business" lanjut Tita.

"I'm not interested" masih saja Acha bersikap seolah tidak peduli.

"Dan dia lagi deket sama cewek"

Refleks Acha menggebrak meja dihadapannya, "Hah? Siapa?  Anak mana?  Lebih cantik dari gue? Kasih gue fotonya" ucap Acha tanpa jeda. Tapi begitu Tita menarik alisnya ke atas, Acha segera sadar akan apa yang baru saja dikatakannya. "Ups" dia menutup mulut. "Gue cuma bercanda kok. Siapa juga yang penasaran soal dia. Gue udah move on ya. MOVE ON. Lo tau sendiri kan berapa banyak cowok yang udah gue pacarin di sini. Mana mungkin gue ada rasa lagi sama dia, haha.." tawa yang dipaksakan jelas terlepas dari bibir Acha.

"Yakin?" Tita menggoda.

"Seratus persen. No, seribu persen yakin" ucap Acha mantap.

"Oke kalau gitu. Lo liat aja sendiri ntar ceweknya di nikahan gue. Palingan Fariz gandeng dia ntar." jawab Tita sellow sambil mengulurkan undangan pernikahannya. "Gue cabut dulu. Masih harus fitting baju pengantin di Brooklyn. See you," Tita pun melambaikan tangan meninggalkan Acha yang mengigiti bibir bawahnya sebal.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ErstwhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang