26. Sakit

8.1K 418 106
                                    

"Hatchuu.." sudah lima belas kali ini Acha bersin. Hidungnya mampet karena pilek. Karel yang merasa bertanggungjawab telah menyebarkan virusnya ke Acha mengambilkan tissue lalu membersihkan hidung Acha.

"Aku bikinin teh panas ya?" dia menawarkan.

"Maunya vodka," suara Acha mulai serak.

"Nggak tequila sekalian!" Karel menantang.

"Boleh sini kalau ada," jawab Acha seenaknya.

"Udah gila kamu!" sentak lelaki itu.

"Yang gila tuh kamu. Udah tau bawa virus masih aja nyebar-nyebarin. Hatchuu..!" Acha bersin sekali lagi yang langsung dilap oleh Karel.

"Ya maaf. Udah sini balikin lagi virusnya. Aku aja yang sakit. Kamu jangan. Kalau kamu sakit kan aku nggak bisa ngewe," bibir Karel mengerucut manyun.

"Ngewe terus yang dipikirin!  Hatchuu.. Gini nih kalau otak pindah selangkangan!" sentak wanita itu.

Karel memangku wajahnya dengan kedua tangan. Pandangannya turun ke arah perut rata Acha."Perut kamu kok nggak buncit-buncit ya Cha?" celutuknya tiba-tiba.

"Ngapain coba perut gue buncit segala?" mata Acha membelalak.

"Ya kan gue rajin mompa," jawab Karel sembari memainkan jarinya.

"Enak aja. Aku rajin nyemil pil. Nggak ada acara buncit-buncitan segala!" wanita itu menghardik.

"Yah, udah semangat-semangat berenang, eh terjadi pembunuhan massal," Karel cemberut.

Gemas, Acha menangkupkan tangannya di pipi Karel lalu memberikan sedikit tekanan hingga bibirnya bertambah mengerucut, "Bawel bener ini bujang tua. Udah sana bikinin aku teh anget. Dikasih lemon dikit aja. Awas kalau keasaman!"

"Siap tuan putri. Dikasih cium banyak-banyak juga enggak?" celotehnya sedikit menggoda.

"Mau ketularan sakit lagi!" hardik wanita itu.

"Galak bener. Orang cuma nanya. Dikasih alhamdulillah nggak dikasih ya nyolong."

Cup.

Karel mencuri satu ciuman di bibir Acha lalu kabur menyelamatkan diri.

"Karel..!!" teriakan wanita itu memecah telinga.

***

"Dah nih, diminum! Aku tambahin madu biar kamu nggak jadi flu." Karel membantu Acha menegakkan tubuhnya lalu mendekatkan cangkir berisi lemon tea panas ke bibir Acha.

"Kok rasanya aneh gini?" wanita itu mengernyit.

"Aku tambahin pelet tadi, biar kamu makin jago melet-melet," candanya.

Acha menghabiskan minumnya dengan tatapan ingin mencekik leher Karel. Pria itu benar-benar jago bersilat lidah.

"Kalau udah tidur lagi sana. Aku udah suruh pulang itu jet pribadi yang mau jemput kita. Besok aja pulangnya kalau kamu udah sehat!" Karel bergabung dengan Acha di bawah selimut.

"Aku kan cuma bersin-bersin doang. Terbang sampai Jakarta juga masih kuat!" cerca wanita itu.

"Pasien nggak boleh bandel. Udah bobok aja, aku kelonin sini!" tanpa permisi, Karel mendekap Acha ke pelukannya.

"Karel!" Acha mencoba melepaskan diri namun lelaki itu mendekapnya lebih erat.

Sehari itu hanya mereka habiskan saling bergumul di atas tempat tidur. Terkadang Karel mengambil kesempatan hanya untuk menyelipkan wajahnya di antara bongkahan payudara sintal Acha atau meraba-raba paha mulusnya. Merasa kesal karena tidurnya terganggu, Acha sering kali menggeplak kepala Karel atau mengigit lengannya yang nakal.

ErstwhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang