20. Blindfold

5.7K 419 38
                                    

Awas 25++ Tunjukkan KTP sebelum membaca!

"Apa ini?" Acha menatap aneh pada kain panjang berwarna hitam yang diulungkan Karel.

"Blindfold," Karel memberi tahu.

"Untuk apa?" perhatian wanita itu berpindah ke wajah tidak sabar Karel.

"Kau bilang kau ingin merasakan sensasi bercinta yang menantang?"

"Kita tidak bercinta, Karel" koreksi wanita itu.

"Oke, having sex," ralatnya.

"Tapi apa hubungannya dengan penutup mata?"

Karel melangkah ke belakang punggung Acha lalu memasangkan kain hitam itu. "Kalau indera pengelihatanmu ditutup seperti ini, maka indera yang lain akan lebih peka," jelasnya dengan desahan sensual di dekat telinga.

"Kau yakin?" Acha membiarkan Karel menutup matanya.

"Aku tahu bagaimana menyenangkan seorang Scorpio di ranjang," cicitnya sombong.

"Apa hubungannya dengan zodiakku?"

"Kau cerewet sekali!" Karel menggerutu. "Bagaimana? Masih bisa melihat?"

Acha menggeleng, "Aku tidak bisa melihat apa-apa."

"Bagus.Kalau begitu ayo kita mulai!"

"Hei! Apa yang kau lakukan dengan tanganku?" sentak Acha ketika Karel mengikat kedua tangannya di ranjang.

"Berbaringlah yang tenang. Nanti kamu juga akan menyukainya," lelaki itu membimbing Acha untuk membaringkan tubuhnya di atas sprei satin yang lembut.

"Tunggu sebentar. Aku segera kembali," sebelum Acha bisa menahan, derit pintu kamar berbunyi, menandakan Karel baru saja meninggalkannya seorang diri di kamar.

Jantung Acha berdegub kencang. Dengan keadaan seperti ini, dia sama sekali tidak bisa melihat apa pun. Antusias sekaligus rasa penasaran kini bercampur di darahnya. Menjadikan ujung-ujung sarafnya semakin tidak sabar menanti apa yang akan datang.

Karel kembali tidak lama kemudian. Acha bisa mendengar lelaki itu menaruh beberapa barang di nakas dekat tempat tidurnya. Sisi ranjangnya sedikit turun, menandakan ada seseorang yang sedang merayap mendekatinya. "Buka pahamu, sayang!" suara berat Karel terdengar begitu dominatif sekaligus sensual di telinga Acha. "Lebih lebar lagi. Tunjukkan mahkotamu yang indah itu padaku. Yes, that's right. Good girl!" Karel memulai permainan kata-katanya.

Tubuh Acha menggeliat. Dia merasakan ada sesuatu yang berbulu sedang menggelitiki badan telanjangnya. Dari leher turun ke dada, kemudian ke perut dan paha dalam. Benda itu sangat lentur dan membuat Acha risih, tapi membangkitkan gairahnya pada waktu yang bersamaan. "Karel, itu geli.." erangnya.

"Oke, next." Tanpa menunggu lama, Karel melekatkan sebongkah es batu ke puting kemerahan Acha, membuat gadis itu terjingkat seketika. "Ahh.. Karel dingin," ujarnya. Puting Acha merespon dengan sempurna. Apalagi saat Karel memutar-mutar es itu di sekitar puting mencuat gadis itu, tubuh Acha langsung bereaksi. Dia menggeliat menarik-narik tali yang membelenggu tangannya. Punggungnya sesekali melengkung, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, serta bibir bawahnya kadang kala digigit menahan sensasi dingin yang erotis.

Karel mengambil satu lagi bongkahan kecil es batu lalu menaruhnya di antara dada Acha. Dia mengigit es batu itu dan menariknya turun secara perlahan. Mengggoda perut ratanya, kemudian turun menuju paha dalamnya, lalu mengetuk-ngetuk bejolan kecil di mahkota Acha tempat sejuta saraf kenikmatan berkumpul. Acha semakin menggeliat. Sensasi dingin di tempat terpanas di tubuhnya benar-benar membuatnya kelimpungan. Setelah membiarkan Acha menanti dalam ketidaksabaran, akhirnya es batu itu masuk ke dalam vagina Acha, diikuti jari Karel yang menekan benda itu ke dalam lubangnya.

"Eungghh... Rel.. emph.." Acha berada di antara tangisan dan desahan nikmat. Jari-jari kakinya menekuk dan tangannya memegang erat-erat tali yang mengikatnya. Karel menyeringai. Dia suka bagaimana tubuh Acha bereaksi karen permainannya. Karel tidak membiarkan es batu itu keluar dari liang Acha hingga meleleh menjadi air. Dia menggunakan jarinya untuk menahan lubang mahkota Acha.

Begitu selesai, Karel membiarkan Acha mengambil nafas. Dia berjalan ke arah nakas, mengambil benda berikutnya. Acha yang didiamkan merasa semakin tidak sabar. Dia penasaran sesasi apa lagi yang akan dia dapat.

Kali ini Karel bermain dengan payudaranya. Dia menuangkan cairan kental yang terasa amat dingin hingga membalur seluruh bagian payudaranya. Acha tau itu es krim. Tanpa membuang waktu, wajah Karel bergerak turun dan menjilati es krim itu hingga bersih tak bersisa.

"Eungh.. aahh.. Karel.." Acha ingin sekali meremas rambut Karel ketika lidah lelaki itu mencumbui bukit kembarnya. Namun tangannya yang terikat menjadikan dia hanya bisa membusungkan dada. "It's so delicious baby," puji Karel begitu selesai menjilati buah dada Acha. "Sekarang kita coba yang berikutnya. Ini akan lebih menyenangkan dari yang sebelumnya."

Dada Acha bergerak naik turun tidak sabar. Karel mengambil waktu yang cukup lama untuk bersiap-siap kali ini. Sekian menit berlalu, indera pendengaran Acha mulai menangkap suara sebuah mesin yang bergetar.

"Apa itu?" tanya Acha penasaran.

Bukannya menjawab, Karel malah meletakkan benda kecil yang bergetar itu di atas perut Acha. "Bagaimana rasanya?"

Acha terkikik, "Singkirkan! Itu geli!" dia menggeliat.

"Tidak baby, ini akan sangat nikmat. Jika ditaruh di sini!"

Acha terjingkat begitu sesuatu yang bergetar hebat dipasangkan di puting sebelah kanannya. Kemudian satu lagi di sebelah kiri. Jadi ini yang namanya sex toys? Kenikmatannya bahkan ribuan kali lebih nikmat daripada lidah Karel.

Karel tidak hanya memasangkan benda kecil yang bergetar hebat itu ke pucuk payudara Acha. Dia juga memasukkan satu ke dalam lubang senggama Acha. Gadis itu menjerit merasakan ada yang bergetar hebat dipusat gairahnya. Semakin lama getarannya semakin cepat. Cairan Acha mulai merembes keluar, begitu banyak dan begitu hangat. "Aaah.. Karel.. Please.." dia memohon, mulutnya terus merancau memanggil-manggil nama Karel.

Tiba-tiba Acha merasakan sesuatu yang kaku dan tegang menyentuh bibirnya. Mulutnya yang terbuka karena sibuk mendesah menjadikan benda itu leluasa untuk meluncur masuk dan menjelajah. Karel baru saja menyumpal mulut Acha dengan kejantanannya.

Karel ikut mendesah. Matanya sampai terpejam menikmati hangatnya mulut Acha. Ini bahkan jauh lebih nikmat dari bayangannya. Akhirnya dia berhasil memerawani mulut kecil gadis cantik itu.

Acha hampir tersedak ketika ujung benda tumpul itu menyodok kerongkongannya. Karel memengangi kepala Acha dan membantunya bergerak maju mundur. Pinggul Karel ikut bergerak seirama gerakan kepala Acha. Kepala gadis itu terlalu buyar karena ketiga titik sensitifnya dirangsang sekaligus dengan vibrator yang begetar tak kenal ampun. Dia tak punya tenaga untuk melawan kejantanan Karel yang menginvasi mulutnya.

"Eungh.. Achaah.." Karel meledak di dalam mulut Acha. Ledakannya yang hebat membuat Acha tidak punya pilihan lain selain menelannya. Karel mencabut kejantanannya dan menyeburkan sisa-sisa sperma yang tidak tertelan ke wajah Acha lalu turun ke dadanya. Acha benar-benar bermandikan cairan kepuasan Karel. Bahkan di mulutnya yang sedikit terbuka masih menetes cairan Karel yang tidak tertampung di sana. Lelaki itu tersenyum. Dia begitu puas menatap mahakaryanya. 

ErstwhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang