2. Meet You

824 84 32
                                    

Jungkook memijat pangkal hidungnya sejak tadi, kegiatan itu terus ia ulangi karena saat ini terlampau begitu  frustasi memikirkan nasib pernikahannya bersama Jieun. Bahkan belum genap sebulan mereka bercerai, Jungkook telah menerima kabar bahwa Jieun memutuskan untuk menerima lamaran Jingoo. Tentu saja setelah itu mereka berdua menikah, Jungkook merasa miris dengan dirinya sendiri karena harus menerima undangan pernikahan dari wanita yang pernah ia cintai selama hampir 17 tahun lebih.

Jungkook memilih menghibur dirinya dengan berjalan-jalan di pusat kota pada malam hari. Ia melangkahkan kedua kakinya itu untuk menyusuri lorong-lorong kecil dan deretan anak tangga di dekat pertokoan.

Kaki jenjangnya itu terus berjalan, Jungkook bahkan sama sekali tidak menghiraukan udara malam kota Seoul yang sangat dingin. Karena bagi Jungkook hawa dingin ini tidak akan pernah mampu menyamai rasa dingin di hatinya saat ini. Ia benar-benar merasa kesepian, terlihat begitu menyedihkan di usianya yang bahkan sudah tidak muda lagi.

"Katakan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tahu, aku memang Pria yang jahat dan akan menjadi Pria yang lebih jahat lagi karena tidak ingin melihatmu bahagia bersamanya."

Jungkook menatap langit dan kemudian tersenyum miris. Langit Malam bahkan tak sendiri di atas sana karena ia memiliki bulan dan bintang yang menemaninya di kala gelap tidak seperti dirinya yang bahkan tidak memiliki siapapun saat ini. Satu-satunya Anak Perempuan dari hasil pernikahannya bersama Jieun lebih memilih untuk tinggal bersama dengan wanita itu. Jungkook tak tahu apa penyebabnya, entah mungkin karena Anaknya itu lebih dekat dengan Ibunya atau mungkin karena tinggal bersama dengan Jungkook akan membuat hari-hari Putrinya itu jadi sangat membosankan. Jungkook tahu, Jennie mungkin tidak cukup nyaman untuk bisa tinggal bersamanya jadi ia tidak bisa memaksa Putrinya itu untuk bisa mengunjunginya setiap waktu.

Jungkook terus berjalan, ia bahkan tidak ingat kapan persisnya ia membeli 3 botol soju yang kini ada di masing-masing tangannya. Jungkook berhenti sejenak dan mendudukkan dirinya tepat di depan sebuah Toko kelontong yang sudah hampir tutup. Orang-orang tahu kapan mereka harus berhenti jika mereka merasa lelah  namun tidak dengan Jungkook yang sepertinya sudah kehilangan arah terhadap hidupnya dan juga hatinya. Satu botol sudah tandas di tenggorokannya tapi tetap saja ingatan Jungkook tentang mantan Istrinya itu  tidak bisa menghilang.

  Orang-orang bilang minuman keras biasanya ampuh untuk menghangatkan tubuh saat udara sedang dingin-dinginnya namun mengapa setelah Jungkook meminumnya rasa dingin di tubuhnya bahkan tidak mau menghilang juga. Tidak ada kehangatan yang di rasakan olehnya , justru perut mual lah yang kini menghampirinya. Jungkook sampai harus memegangi perutnya untuk menahan perasaan mualnya. Jungkook yakin  sebentar lagi isi perutnya itu pasti akan keluar. Jungkook memukul dahinya sendiri begitu menyadari bahwa hari ini ia belum makan apapun sejak pagi tadi.

Jungkook berniat memaksakan dirinya untuk berjalan namun baru satu kali ia melangkahkan kakinya  tiba-tiba saja isi perutnya itu  keluar tanpa seiizin darinya.  Jungkook buru-buru  berlari mencari tong sampah, ia hanya tidak ingin orang-orang di sekitarnya menatapnya jijik karena muntah di jalanan.

"Dasar Jungkook payah."

~~~😍😍



Pria mungil itu terus melangkahkan kaki pendeknya untuk menyusuri gang-gang kecil pertokoan. Jimin ingat tadi pagi temannya Bambam menelfonnya dan mengatakan malam ini mereka akan menggelar pertemuan besar-besaran di klub malam tempat mereka biasa kumpul-kumpul. Klub itu bukanlah tempat hiburan malam biasa melainkan surga bagi kaum LGBT yang memang memiliki penyimpangan seksual seperti halnya Jimin ini. Dari mulai Gay, Lesbian bahkan Transgender sekalipun di perbolehkan masuk ke dalamnya . Jadi bisa di katakan jika bar itu adalah surga, tersembunyi bagi Jimin dan juga kawan-kawannya.

ARE YOU GAY TOO? (KOOKMIN/JIKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang