Fajar telah terbit di ufuk timur pertanda malam telah di gantikan oleh mentari untuk menyinari bumi. Sejak pagi Senja telah sibuk di dapur untuk menikmati hari weekendnya. Alya berjanji akan menebus janji yang kemarin batal di tepatinya. Senja sendiri hanya mengiyakan dan berusaha untuk tidak bersikap acuh pada sahabatnya itu meski sudah membuat moodnya down.
Tepat jam 10 pagi, Alya sudah ada di kediaman Senja. Senja segera mempersilahkan sahabatnya itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Senja." Alya berusaha untuk membut Senja menoleh ke arahnya.
"Heum." Senja menatap kepada Alya dan meneruskan kegiatannya membuka kulkas dan mengeluarkan segala bahan yang di perlukan untuk bereksprimen hari ini di temani oleh Alya.
"Aku minta maaf." Alya berucap pelan.
"Sudahlah Al, aku udah maafin kamu kok." Senja terkekeh geli melihat tampang bersalah Alya.
Alya sendiri hanya bisa mendesah kecil dan mengguman lega karena, Senja tidak benar-benar marah kepadanya perihal kejadian kemarin di kafe tempat mereka berdua janjian.••••
Senja dan Alya duduk bersisian sejak 15 menit yang lalu dan belum ada ucapan yang terlontar di antara mereka. Senja sibuk dengan pikirannya sedangkan Alya sibuk memilah kata untuk mengajak Senja untuk hunting fhotografy.
"Senja."
"Iya, Kenapa Al?"
"Udah sore nih, mau hunting fhotografy gak?"
"Hunting fhotografy? Buat apa Al?" Senja memokuskan tatapannya kepada Alya.
"Buat refreshing aja sih." ujar Alya kalem
"Sorry gak bisa, aku ada kegiatan setelah ini." Senja berupaya memberi pengertian kepada sahabatnya itu.
"Kegiatan apaan?" selidik Alya berusaha mencari kebohongan di wajah Senja namun, tidak ada. Hanya kejujuran yang terlihat.
"Aku mau ke panti." ujar Senja pelan.
"Kamu masih sering ke sana?"
"Hu'um." Senja mengiyakan.
"Apa tempat itu mengingatkanmu akan seseorang?" Alya bertanya pelan sambil memperhatikan raut wajah milik Senja.
"Mungkin iya, tetapi, semua telah jadi masa lalu kan.". Gumam Senja
Alya hanya merespon dengan keterdiamannya, Senja pun tidak ingin repot untuk tahu, perihal apa yang ada di pikiran sahabatnya itu.••••
Senja menatap terpaku pada sosok, yang telah membuatnya terluka. Tentang hubungan yang tak pernah saling memiliki. Angkasa sendiri benar-benar kaget, tidak menyangka akan bertemu kembali, dengan wanita yang pernah menjadi mimpinya, dan akan di perjuangkannya saat ini.
"Halo, apa kabar Jingga?"
Angkasa mengulurkan tangannya, tepat kearah Senja. Sedangkan, Alya hanya bisa menatap mereka berdua sembari mendengus pelan.Senja masih terpaku dengan panggilan Angkasa kepadanya. Namun itu, semua tidak lama karena, Senja segera berlalu dari sana. Tanpa merespon kalimat, serta uluran tangan Angkasa. Alya bergegas menyusul langkah Senja namun, di hadapan Angkasa, dia berhenti dan menatap lelaki itu dengan pandangan tajam.
"Jangan lagi mengusik Senja." Alya berucap sambil melanjutkan langkahnya menyusul Senja.
Angkasa hanya bisa terpaku, dengan ketidakpedulian Senja terhadapnya.
Mengusap wajah dengan kasar, Angkasa melangkah untuk menemui Senja, meski dia telah mengetahui bahwa, wanita itu tidak akan mudah untuk memaafkannya. Tetapi, dia sudah bertekad untuk mendapatkan kembali, apa yang pernah keinginan terbesarnya.Angkasa bersyukur dipertemukan kembali, dengan Senja. Sosok yang selalu dia sebutkan, namanya dalam sepertiga malam.