02. Menata Hati

0 0 0
                                    

Bab 2. Menata Hati

Sejak kedua orang tua Senja meninggal, dia tidak pernah lagi memikirkan rasa kecewanya kepada Angkasa. Apapun itu semua sudah digariskan oleh yang maha kuasa. Dia yakin Allah SWT tidak akan pernah memberi ujian di luar kemampuan hambanya.

Seiring waktu yang berjalan, Senja kembali menata hatinya. Mencoba mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Dukungan dari keluarganya serta sang sahabat, menjadi pemantik kobaran semangat untuknya.

Telah banyak lelaki yang mulai mendekatinya namun, Senja masih menutup pintu hatinya. Dia tidak ingin mengalami kekecewaan yang berulang kali. Karena harapan yang tak sesuai realita.

Alya juga cukup berperan banyak dalam pendekatan beberapa lelaki yang menginginkan Senja. Tetap saja Senja tidak ingin memberi harapan untuk orang lain saat hatinya sendiri tidak menginginkan hal itu.

Senja hanya bisa tersenyum jika ada yang bersikap jahil kepadanya. Seperti saat dia sedang melaksanakan pekerjaan yang mengharuskannya dekat dengan lawan jenis.
•••••
Sejak tadi Alya mengoceh sambil memasukkan beberapa potong makanan ke dalam mulutnya. Senja sendiri malah asyik dengan ponselnya. Tak menghiraukan Alya yang sudah mendengus sebal.

Senja juga tidak menyadari jika sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya. Semua aktifitas yang di lakukannya itu, tidak luput dari perhatian sang lelaki. 

Alya yang menyadari keberadaan sang lelaki, hanya bisa tersenyum meringis melihat tingkah laku Senja. Yang sangat bertolak belakang dengan dirinya yang dahulu sebelum kehilangan kedua orang tuanya.

Alya berusaha menyenggol lengan Senja yang saat ini sudah berhenti memainkan ponselnya. Tidak memakan makanan yang sudah ada di depannya sejak tadi. Namun, respon yang di berikan oleh Senja membuat Alya merasa ingin mencekik sahabatnya itu.

"Kenapa sih?"
Senja akhirnya menatap Alya yang sudah seperti cacing kepanasan itu

"Kamu dari tadi cuma main ponsel dan gak menghiraukan makananmu?" Alya berucap dengan jengkel. Senja sendiri hanya tertawa kecil menghadapi kejengkelan sahabatnya itu.

"Aku lagi gak berminat buat debat sama kamu, Alya." dengus Senja berusaha memusatkan perhatiannya pada makanan yang sejak tadi diabaikannya.

Lelaki tadi perlahan berjalan mendekat kearah meja yang kini di tempati oleh Senja dan Alya.

"Boleh gabung?". Tanya lelaki itu.

"Boleh banget". Alya menjawab cepat takut Senja akan menolak kedatangan lelaki yang sejak tadi ini sudah dilihatnya.

Lelaki itupun langsung duduk di depan Senja, tanpa tahu bahwa Senja sangat tidak menyukai kedatangannya itu.

"Meja banyak banget yang kosong, Kenapa kamu lebih milih bergabung di sini?" Ucap Senja datar  sambil berlalu pergi.
Tak menghiraukan Alya dan lelaki itu yang sudah membola kaget karena kelakuan Senja.

Alya hanya bisa meringis serta menggumam pelan. Lelaki itu hanya tertawa santai tanpa menyadari Alya sudah menatapnya dengan tatapan yang memuja.

"Aku atas nama sahabatku, meminta maaf sama kamu."

"Santai saja."

"Terima kasih. kenalin aku Alya. kamu?"
Alya mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Nando. senang berkenalan denganmu, Alya."
Alya hanya menganggukkan kepalanya dan Nando hanya tersenyum tipis.

#sarapankata
#KMOIndonesia
#KMObatch21
#Day3

Membasuh Luka Dengan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang