03. Jangan Mendekat

0 0 0
                                    

Sejak perkenalan Nando dan Alya seminggu yang lalu, mereka semakin dekat. Nando pun berusaha mendekati Senja namun, Senja menutup segala akses untuknya.

Nando melakukan segala cara untuk masuk ke hidup Senja. Meski penolakan demi penolakan terus diterimanya. Dia tidak akan patah semangat, meskipun hanya sebagai teman saja.

•••••

Senja mengetuk-ngetuk jarinya di meja dengan perasaan kesal. Alya yang sudah membuatnya menunggu seperti ini sangat menjengkelkan. Senja melirik ponselnya yang berdenting pertanda ada pesan yang masuk.

Sekejap setelah membaca isi pesan tersebut raut wajah Senja berubah drasti. Rasanya dia ingin membanting apa saja yang ada di depannya saat ini.
Bagaimana mungkin setelah sejam menunggu sendirian, seenaknya Alya membatalkan temu janji mereka.

Senja mendengus kesal tetapi, hanya bisa mengeluh dalam hati. Dia segera menghabiskan minuman yang sudah di pesannya dan dengan langkah gontai beranjak dari sana.

"Senja."

"Senja." teriak Nando dari jauh tetapi, Senja tetap berjalan tanpa menghiraukan keberadaan Nando.

"Senja, stop!."

"Apaan sih Do?"

"Aku mau ngomong sama kamu."

" Gak bisa, aku ada kepentingan lain dan aku mohon jangan dekati aku lagi. aku gak ingin kamu terluka karena, aku." Senja berlalu tanpa menunggu balasan dari Nando yang menatapnya dengan tatapan nelangsa.

•••••

Senja mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak pernah terpikir dirinya akan mengalami ini semua. Saat sendiri seperti ini, Senja merasakan kehampaan. Apalagi setelah kematian kedua orang tuanya. Senja merasa seakan hidup ini tidak adil. Tetapi, sejak memutuskan untuk melanjutkan hidupnya setelah kejadian naas itu, Senja hanya bisa berharap agar semuanya tetap pada alur yang semestinya.

Saat sedang asyik berbalas pesan dengan Alya, satu pesan dari nomor tidak di kenal terpampang nyata di ponselnya. Keningnya mengernyit heran karena, Dia seakan familiar dengan angka terakhir si pemberi pesan tersebut.
Jantungnya berdegup kencang saat mengingat jika nomor itu adalah nomor dari Angkasa. Sosok di masa lalu yang sampai saat ini masih selalu dirindukannya. Senja terpaku dengan pikiran yang tidak bisa di jabarkan dengan kata-kata.

"Hai, apa kabar?. masihkah diriku berhak menanyakan kabarmu setelah kepergianku waktu itu?. maafkan keegoisanku, aku akan kembali memperjuangkanmu."

Senja mendengus pelan membaca pesan tersebut dan melempar asal ponselnya entah kemana. Beranjak dari pembaringannya untuk membersihkan diri. Mengingat sebentar lagi adzan Magrib akan berkumandang. Semuanya pasti tidaklah sama, setidaknya akan ada yang berbeda. Perjuangan baru akan di mulai oleh yang pernah menorehkan luka di masa lalu.

••••

Di tempat lain seseorang yang baru saja mengirim pesan kepada sosok di masa lalunya. Kedua tangannya mengepal saat sadar bahwa pesan yang dikirimkan hanya di baca saja tanpa ada niat untuk membalasnya.

Angkasa menyugar rambutnya dengan kasar dan membanting dirinya di atas kasur. Dia tiba-tiba merasa bodoh dan menyesali segala yang pernah terjadi di antara mereka tanpa ingin memperjuangkan dari dulu.

••••

Areta memasuki kamar Angkasa dan berdecak pelan melihat tingkah kakaknya yang seperti orang linglung.

"Kak."

"Heum."

"Di panggil mama tuh."

"Bentar."

"Sekarang!"  tanpa menunggu balasan dari sang kakak, Areta perlahan meninggalkan kamar itu.

Angkasa mendengus melihat tingkah adiknya yang tidak mau mendengar alasannya. Angkasa berjalan keluar kamar menuju ruangan di mana sang mama sedang menantinya.

"Angkasa."

"Iya Ma."

"Kapan kamu ngenalin calon kamu ke mama?"

Areta hanya tertawa pelan sedangkan Angkasa, hanya bisa berpasrah dalam hati mendengar pertanyaan sang mama.

"Belum saatnya ma."

"Kapan saatnya itu nak?"

"Entahlah ma."

"Kamu belum bisa move on dari seseorang atau kamu memang tidak berniat menikah nak?"
Mendapatkan pertanyaan yang tanpa diduga itu Angkasa hanya bisa menatap tak percaya ke arah mamanya.

"Kakak belum ada jodoh kali ma. mama gak usah terlalu mikirin. Entar kalau udah jodoh bakalan menikah juga tuh si kakak."
Areta mencoba memberi pengertian kepada mamanya karena dia tahu bahwa pertanyaan itu pasti akan sulit untuk di jawab oleh Angkasa.

Angkasa hanya bisa meringis pelan dan menatap ke arah mamanya dengan pandangan memelas. 

Setelah kejadian itu Angkasa tidak pernah lagi mendengar pertanyaan mamanya. perihal tentang menikah dan siapa calonnya.

#sarapankata
#KMOIndonesia
#KMObatch21
#Day4

Membasuh Luka Dengan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang