part|10✔

282 6 0
                                    

3 hari kemudian..

Hari-hari telah berlalu, hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu keluarga Hanna dan Alvaro. Kalian pasti tau kan? Hari ini adalah hari spesial buat keluarga mereka.

Di kediaman Hanna..

Kini Hanna tengah duduk di meja rias di temani oleh seorang wanita yang tengah mendandani nya. Hanna menatap cermin di depan nya, matanya berkaca-kaca, air matanya berasa akan menerobos di kelopak matanya.

Tes.. Satu tetesan berhasil jatuh membasahi pipi tirus dan menggemaskan yang di miliki Hanna.

"Nona, kenapa menangis?"ucap wanita itu seraya mengubah posisinya menjadi menatap Hanna.

"Aku gak nyangka aja kak, secepat ini aku harus menikah bahkan aku masih SMA.."jawab Hanna lirih seraya tersenyum kecil. Wanita itu tersenyum lebar kepada Hanna, Hanna mengeryitkan dahinya, bingung.

"Kakak kenapa?"tanya Hanna kebingungan.

"Ya bagus dong, kalau Nona nikah muda kan jadi jika Nona berduaan dengan Tuan Alvaro tidak menimbulkan fitnah, karena kalian sudah halal. Jadi Nona Hanna jangan takut yah, Nona berd'oa saja dan saya do'akan semua Nona Hanna dan Tuan Alvaro bisa samawa sampai maut memisahkan dan InsyaAllah hingga ke Jannah-Nya Allah.. Dan pernikahan itu Ibadah loh, Bukan buat main-main.."ujar wanita itu panjang lebar dengan senyuman yang terus terpampang di bibirnya. Hanna terlihat tengah berfikir dan membenarkan setiap ucapan wanita itu.

Ada benarnya juga ucapannya, buat apa aku harus takut untuk menikah.. Ya walau sebentar lagi aku harus berpisah dengan Umi dan Abi, dan aku harus selalu berada di sisi suamiku.ucap Hanna dalam hati.

"Iya juga sih kak, makasih yah kak sudah membuat ku menyadari semua ini"ucap Hanna tulus dan tersenyum sangat manis.

"Yaudah sini biar saya rapih kan kembali make-up nya"jawab wanita itu membalas senyuman Hanna.

****

Di sisi lain, kini Alvaro tengah uring-uringan di dalam kamarnya, lebih tepatnya ia saat ini sedang mondar-mandir tak jelas.

Ia melirik ke arah jam dinding nya, sebentar lagi ia akan pergi kerumah Hanna, calon istrinya. Jantungnya berdebar-debar, ia takut. Entahlah, intinya saat ini semuanya sangat membuatnya gugup dan ragu. Tapi ia sadar, ia tidak boleh ragu karena keraguan adalah godaan setan.

Ia pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka menadakan ada orang yang masuk ke dalam kamarnya. Ia pun bangkit dan duduk seperti semula, ternyata benar seorang wanita muda cantik, berpipi tirus, yang memakai gamis brukat putih yang senada dengan jilbab nya.

Varo mengernyitkan dahinya menatap kakak perempuannya, Nisa.

"Kenape lu? Cantik yah gue pakai gaun ini!"ujar Nisa tersenyum bangga sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya Allah, orang ini geer banget sih."ucap Varo di buat-buat.

"Heh dasar lo, by the way lo di panggil Bunda noh suruh ke bawah, kita mau berangkat sekarang!"ujar Nisa seraya berjalan kearah cermin di hadapan Varo. Refleks Varo melongo dan tatapannya kosong. Dari sorotan cermin terlihat wajah Varo yang tengah melongo seperti itu, Nisa tertawa melihat ekspresi adiknya itu, tawanya sangat keras di seisi ruangan ini.

"Ya ampun tuh muka minta di bayar yah!"ucap Nisa di sela-sela tawanya.

"Apaan dah lo gak jelas! Sana pergi lo! Awas yah lo, kalo bukan kakak gue udah gue cakar kali lo!"ujar Varo sinis dan menatap tajam mata Nisa yang menampakkan kesejukan di dalamnya.

Perjodohan Berakhir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang