15 | Akhir dari Jean [END]

1K 49 3
                                    





"Semesta gue mohon jangan lagi memberi luka."


***

Jean menghadiri pemakaman kakeknya. Mata Jean memerah sembab, ia sudah menangis sedari tadi.

Meskipun terkadang perlakuan Ardinata kurang mengenakan, Jean tidak pernah berpikir sedikitpun jika akhirnya akan seperti ini.

Andai saja Jean tidak menandatangani perjanjian itu dan menuruti permintaan Papah, kakeknya pasti masih hidup hingga saat ini. Jika saja Jean tidak egois, tentu tidak akan seperti ini jadinya. Jean merasa bersalah, lagi-lagi ia menjadi penyebab kematian seseorang. Apa yang dikatakan Ardinata mungkin benar adanya, jika Jean hanyalah anak pembawa sial.

Jean kembali terisak, Gisel yang kini berada disampingnya mengelus pundak Jean berkali-kali mencoba menenangkan cowok itu. Gisel sendiri tidak menyangka jika Ardinata akan berpulang secepat ini. Gisel bahkan baru mengetahui kabar duka tsb ketika kemarin ia berkunjung ke rumah Jean —untuk mencari keberadaan cowok berlesung pipi itu.

"Udah, Je. Jangan nangis." Gisel kembali mengusap pundak Jean yang tengah berlutut dihadapan makam Kakeknya itu. Jean menarik napas dan mencoba untuk tidak menangis, tetapi lagi-lagi usahanya tidak berhasil. Air mata itu selalu saja jatuh membelah kedua pipi Jean. Membuat Gisel mendekapnya erat. "Ikhlasin, Je. Kakek lo pasti udah bahagia disana."

"Ini salah gue, Sel."

"Udah, Jean." Gisel menangkup kedua pipi Jean, ia menghapus air mata cowok itu kemudian menggeleng pelan. "Ini bukan salah lo. Ini udah takdir." Kata Gisel.

Jean menghela napas lalu tersenyum lembut. Cowok berlesung pipi itu mulai mengukuhkan hati beserta pikirannya.

Dan detik itu, dibawah sang surya, Jean berjanji pada sang Pencipta. Ia akan tetap bahagia sekalipun semestanya kembali terluka.

Dan tolong biarkan Jean untuk memperbaiki semuanya.








- S E L E S A I -

JEAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang