1. Music and His Life Beneath It

319 30 14
                                    

Bosan adalah kata yang tepat menggambarkan perasaan seorang cowok bernama Raja Giannuca. Teman-temannya di sekolah memanggilnya Nuca. Siang ini dia sedang berada di studio sekolahnya bersama beberapa anggota ekskul band untuk membicarakan penerimaan anggota baru.

Tahun ajaran baru sebentar lagi akan dimulai. Anak-anak kelas dua belas seperti Nuca, Roy, Danny, dan Grace memang dalam beberapa bulan ke depan sudah harus mencari pengganti mereka karena mereka akan fokus seratus persen untuk UN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. 

"Menurut gue kita nggak perlu rekrut banyak orang, yang penting anggota kita ngerti dan passionate terhadap musik," Roy memberikan pendapat.

Grace langsung menggeleng. "Nggak bisa gitu dong, Roy. Lo nggak punya hak untuk membatasi keinginan mereka. Kalau emang ada dua puluh yang capable, ya dua puluh-dua puluhnya kita terima."

"Lo kate kita ekskul paduan suara sampe ngerekrut dua puluh orang?" balas Roy sinis.

Mereka berdua memang sering adu mulut. Nuca sudah hafal kelakuan dua sahabatnya ini seratus persen.

"Yaudah sih intinya kan balik ke kualitas. Kalau yang berkualitas cuma satu ya kita rekrut satu orang. Kalau yang berkualitas ada dua ribu ya dua ribu-dua ribunya kita rekrut. Gitu aja kok repot," Danny menyambung sambil memainkan stik drum.

Tiga anggota lain yang merupakan siswa kelas XI cuma mendengarkan celotehan senior-senior mereka tanpa membuka mulut. Apalagi kalau Roy dan Grace sudah menabuh genderang perang. 

"Pokokmya kita nggak boleh membatasi jumlah anggota. Jangankan jumlah anggota, kita juga nggak boleh membatasi jumlah pendaftar. Intinya itu," Grace melipat kedua tangannya di dada.

"Setuju," Nuca akhirnya buka suara.

Grace tersenyum senang. Dia sudah dibela oleh sang ketua ekskul.

"Entar pas MOS, gue minta Brian dan Cece ikut gue dan Nuca buat promosi," ucap Grace.

"Kalau itu gue nggak setuju," sahut Nuca cepat. "Gue males dateng pas MOS. Lo sama Danny dan Roy aja dah."

"Nggak bisa gitu dong, Nuc. Lo kudu ikutan. Kan elo ketuanya," tambah Danny.

"Bener tuh Kak Nuca," sahut Cece pelan. "Selain Kak Nuca ketuanya, Kak Nuca kan cakep tuh. Pasti banyak yang mau ikut rekrutmen kita."

"Ogah. Lagian tanggal segitu gue nggak di Jakarta," Nuca tetap bertahan.

"Lo mau ke mana?" tanya Roy.

"Gue mau ke Bali. Liburan keluarga."

"Gue juga nggak bisa. Gue mau ke rumah oma gue di Sukabumi," Danny tersenyum memohon maaf.

"Masa gue sama si Nek Lampir?" Roy melirik sinis ke arah Grace.

"Gue juga ogah promosi sama sad boy," Grace memutar kedua bola matanya.

Terdengar helaan nafas dari seluruh anggota ekskul. Berantem lagi. Berantem lagi.

"Brian, Cece, Grace sama Roy yang promosi pas MOS. Titik. Rapat selesai."

Nuca langsung meninggalkan studio begitu menyelesaikan kata-katanya. Tak lupa dia membawa gitar kesayangannya. 

Saat melewati lobi sekolahnya, dia melihat calon-calon juniornya yang sedang melakukan registrasi ulang. Banyak cewek yang tersenyum ke arahnya. Nuca hanya menatap mereka sekilas lalu berjalan meninggalkan mereka.

"Cakep banget loh. Kakak itu siapa, ya?" ucap seorang cewek yang rambutnya dikuncir.

"Senior kita deh kayaknya. Duh. Mirip Shawn Mendes nggak sih?" tambah yang lain.

"Kira-kira Kakak itu kelas XI atau XII ya? Gabung di ekskul mana? Gue entar join ekskul yang ada kakak itu."

"Pasti udah punya pacar deh. Nggak mungkin sekeren itu jomblo."

"Eh jangan salah. Nicholas Saputra yang cakep aja masih jomblo. Masih ada kesempatan."

"Bener juga lo. Pinter. Pantes lulus masuk SMA ini."

oOo

Nuca berjalan dengan kaki telanjang di sepanjang pantai di daerah Nusa Dua. Bali adalah salah satu destinasi liburan dalam negeri favoritnya. He can find peace and inspiration here. 

Mama, papa, serta kakaknya sedang duduk berselonjor di deck. Nuca memotret keluarganya lewat Leica yang diberikan papa Nuca sebagai hadiah karena berhasil menjadi juara umum di sekolah. 

Handphone Nuca bergetar tiada henti. Dia menggeram kesal. Pasti kelakuan Roy dan Danny.

Sambil menggantung kameranya di leher, Nuca mengecek handphone. 

Roy : LO SEMUA NYESEL NGGAK IKUT PROMOSI HARI INI. JUNIOR KITA CAKEP-CAKEP BGT, GUYS!!!

Danny : Beneran? Anjir nyesel bgt gue. Lo nggak sempat foto, Roy? kirim dong kirim.

Grace : Kayak senen depan gak ketemu aja. Please deh. Itu junior kan ke sekolah bukan cm buat MOS -___-

Roy : BERISIK LO

Danny : Grace kalah cantik ya, Roy?

Roy : Duh. Gue nggak tega mengakui kebenarannya. Tar ada yg cakied ati wkwkw

Danny : Wah. Parah lo, Roy. Jgn sepele sm Grace. Lo lupa mantannya mantan ketos peride tahun lalu.

Roy : Senior kita kayaknya khilaf waktu nembak dia wkkw. Peace, Grace. Jgn ngamuk mulu.

Danny : Mana foto juniornya???

Roy : Oh iya lupa hahahaha. Gue gak punya. Tar gue kirim. Ini ngambilnya candid. Jd maklum kalo banyak yg blur.

Nuca : Berisik lo semua.

Kemudian, Nuca mengubah setting grup menjadi mute for one year.  Nuca mengernyit saat melihat notifikasi akun Instagram miliknya. Tiba-tiba saja followers-nya bertambah drastis.

Siapa mereka?

Nuca mengecek direct message dan tangannya langsung mengurut kening saat melihat isi DM yang masuk.

Hai Kak Nuca. Perkenalkan aku Disty anak kelas X. Kakak ketua ekskul band, kan? Salam kenal ya kak :)

Kak Nuca, aku Gina junior kakak dulu di SMP. Skrg kita satu SMA. Kak aku mau gabung di ekskul band. Semoga aku keterima :D

Sore Kak Nuca, maaf mengganggu waktunya. Aku Monik. Siswa baru. Aku tau IG Kakak dari Kak Roy. Td Kak Roy presentasiin ttg ekskul band. Aku tertarik buat ikutan. 

Daripada pusing, Nuca memilih log out dari akun Instagram-nya. Ada-ada saja kelakuan murid baru di sekolahnya. Belum kenal sudah main follow dan kirim DM. 

"Nuca, sini," mamanya memanggil.

Nuca berlari kecil ke arah keluarganya kemudian duduk di atas pasir di samping sang mama.

"Ada apa, Ma?" tanya Nuca.

"Sini dong ngobrol bareng. Gimana? Seneng kan diajak liburan ke sini?" tanya mamanya sambil mengusap-usap rambut Nuca.

"Banget. Thank you, Ma, Pa."

"Sekalian dong Papa mau tanya-tanya. Apa rencana kamu ke depannya?" tanya papa Nuca.

"Maksudnya?"

"Rencana kamu setelah lulus SMA. Kamu mau kuliah di mana? jurusan apa?"

Nuca menatap pantai di hadapannya. "Kalau aku ambil jurusan musik dan kuliah di Singapore, Mama Papa setuju nggak?"

"Silakan kalau itu yang kamu mau," kata papanya.

Wajah Nuca berubah semringah. "Beneran? Nggak pa-pa aku ngambil musik dan bukan akuntansi kayak Kakak dan Papa?"

"Nggak pa-pa. Asalkan kamu nggak main-main dengan pilihan kamu, kami bertiga dukung," tambah mamanya.

"Yes. Thank you," Nuca memeluk mamanya.

Ini yang Nuca inginkan. A full support from his family to pursue his dream. To be a real and professional musician.

oOo


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBAIT LAGU UNTUK DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang