Hana tertidur sampai acara masa orientasi siswa atau mos itu berakhir.
"Hana, bangun Han" ucap April sambil mengoyang-goyangkan badan Hana.
Perlahan Hana menbuka matanya dan segera duduk sambil menatap jam.
"Udah jam 3?" tanya Hana, April hanya menganggu yang menandakan iya.
"Hana laper" ucap Hana sambil memegang perutnya.
"Tuh roti di meja" ucap April sambil menunjukan kearah meja, Hana langsung memakannya dengan lahap tanpa berbicara, setelah habis Hana terdiam sejenak.
"Eh Laura, Heni dan Abi mana?" tanya Hana.
"Udah pulang dari tadi" jawab April.
"Oh, tapi kenapa lu nggak pulang?"
"Kalau gue pulang yang bangunin lu siapa?"
"Iya juga ya, Pril Hana mau nanya nih, kok kalian akrab banget sama mereka?" tanya Hana yang pernasaran melihat kedekatan mereka.
"Kita itu satu sekolah di smp, tapi gue murid pindahan dari sekolah mereka dan satu kelas jadi kita lumayan akrab"
"Lu pindah waktu kelas berapa?"
" Kelas 9 "
"Oh gitu, kalau Hana boleh tau nih lu pindah karna apa?" pertanyaan Hana sontak membuat April sedikit kelihatan gelisa.
"K-karna, papa gue pindah tugas jadi otomatis gue juga pindah" ucap April yang lumayan gugup, sambil tersenyum paksa.
" Ohh" ucap Hana, sambil mengagguk perlahan.
"Btw lu tinggal di mana?" tanya April
"Perumahan mentari"
"Kalau gitu kita sama, lu blok apa?"
"Hana blok A No. 3, kalau lu?
"Kalau gue blok D No. 6" jawab April, lalu Hana menganguk.
Setelah mengobrol april dan Hana pulang ke rumah masing-masing.
****
"Assalamualaikum Hana pulang!!" teriak Hana yang melengking membuat seisi rumah menutup telinganya.
"Brisik lu!!, kalau salam tuh yang bener nggak usah teriak juga kali" kata lelaki di sofa itu.
"Apa sih bang, suka-suka Hana dong mau Hana teriak, mau Hana jungkir balik, mau Ha-"
Brukk
"Yess" seru lelaki itu.
Bantal tersebut tepat sasaran di muka hana yang membuat hana mengepalkan tanganya dengan kesal, hana menatap tajam sang kakak, tanpa kata-kata Hana langsung lari menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya cukup keras.
"Kak, kamu apain adik kamu lagi" ucap ningsi sambil melipat tanganya di dada.
"Kakak cuman bercanda bun"ucap Alvin.
"Minta maaf sana sama adik mu" ucap ningsi yang menyuruh Alvin minta maaf pada Hana.
"Sekarang?" tanya Alvin.
"Sekaranglah sayang"
Alvin menghela nafas berat, "Iya iyaaa" ucap Alvin dengan malas dan langsung pergi ke kamar Hana.
Hana mempunyai seorang kakak lelaki bernama Alvin Darrell Hazel, Alvin berumur 20 tahun, Alvin kulia di salah satu universitas terkenal di indonesia.
Alvin juga alumni dari SMA TRI NUGROHO, Alvin di kenal dengan penakluk hati seribu wanita, bagaimana tidak alvin mempunyai tinggi badan 181 cm dengan kulit putih, hidung yang kaya Perosotan, lesung pipi dua biji yang melekat di pipi membuat Alvin setiap tersenyum membuat siapa pun melihatnya munkin jatuh cinta sampai author juga oleng haha, lanjutt. Tidak kalahlah sama oppa-oppanya Hana.
YOU ARE READING
The Moment of A Teen
Teen Fiction[Follow dulu dong sebelum baca] Masa remaja "masa tanpa rasa khawatir" begitulah kata mereka, Perkataan seperti inilah yang tidak biasa bagi ku, itu hanya perkataan yang konyol, terdengar biasa tapi kasar.