1 || Saga

13.8K 1.5K 456
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah lima menit mobil sedan keluaran California berpelat B tersebut terpangkir tak jauh dari tukang cukur rambut yang penjaganya sedang tidur pulas dengan mulut terbuka juga volume televisi yang membuatnya tahu bahwa si istri baru di sinema azab salah satu stasiun swasta tersebut hanya mengincar harta suaminya. Klasik.

Tepat pukul tiga lewat dua belas menit, seperti yang diperhitungkan, Riam menunjuk spion yang tergantung di atas kepala mereka, mengalihkan Saga dari menguping sinema azab ke kelompok berjumlah dua puluh anak SMA berpakaian putih-abu sedang tertawa terbahak-bahak membaenggakan prestasi pengecut mereka satu lawan lima pagi tadi.

Saga memberi kode agar Riam ikut keluar dengan tepukan di dada.

Begitu membuka pintu mobil, Saga disambut panas matahari sore yang sedang mengemban tugas dari pengrajin ikan asin untuk bersinar terik. Saga meraih topi bisbol hitam, menyisir rambut cokelatnya, dan mengenakan topinya, tak lupa cemilan kesukaannya ia dekap baik-baik, Cheetos Puff rasa keju.

Saga dan Riam bersandar di kap belakang mobil, berdiri bersisian, membuat perbedaan tinggi sebanyak enam belas senti tersebut semakin kentara.

SMK Tunas Siswa, musuh bebuyutan SMA Buana Cendekia, menyadari keberadaan Saga dan Riam, refleks menghentikan langkah dan mengatur barisan, membuat benteng pertahanan seperti pin boling di ujung lintasan.

Seseorang dari tengah barisan dengan kepala plontos dan badan seperti kuli angkut pasar; legam berotot dan kumis tipis, muncul ke barisan depan. Wakil ketua Tunas Siswa, Gumala. Ia mendecih melihat Saga dan Riam menghadang jalan mereka.

"Ngapain lo berdua ke sini? Ngantar nyawa?" kemudian meludah ke arah kanan. Bagi Gumala yang berpenampilan sesuai stereotipe anggota geng sekolah langganan tawuran merasa bahwa dua orang di hadapannya adalah banci; kulit bersih, pakaian licin, dan wangi, terutama Saga yang bibirnya selalu berwarna merah. Melawan Saga artinya merendahkan harga dirinya sebagai pria sejati. "Mending ganti dulu celana lo jadi rok, baru dateng lagi ke sini." Kemudian disambut tawa dari anggota lain.

Saga membuka bungkus Cheetos-nya, mencomot satu buah Cheetos berlumur saus keju. "Gini," Saga mengosongkan mulutnya terlebih dahulu, "tadi pagi gue denger ada yang nyayurin anak Orion, lima orang, yang satu giginya kayak Dono," Saga melihat tepat ke mata Gumala yang kebetulan giginya lebih panjang dari ukuran gigi manusia normal. "Berniat ngaku?"

Hening.

"Kalau ada yang ngaku, sisanya boleh pulang, gue cuma mau nyayurin balik yang beraninya main keroyokan kayak banci."

Gumala mendengkus. "enggak usah lo ngomong banci ke gue kalau lo masih pake bedak."

"Jadi, enggak ada yang mau ngaku nih?"

Mata Gumala sedikit melirik anggotanya, meminta mereka bersiap. "Lo pikir kita bakal gemetaran dengar ancaman lo? Sori, enggak ada menyerahkan diri di kamus kita, Bencong." Perlahan para anggota di belakang Gumala mulai menjatuhkan tas sekolah mereka dan memungut apa pun yang ada di lokasi, mulai dari batu hingga balok kayu.

Orionis: EPSILON [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang