Usapan serta pelukan entah sudah berapa kali ia terima sepanjang sepuluh menit berdiri di area pemakaman yang pagi ini dipenuli pelayat berbaju hitam. Sudah bosan rasanya merapikan lagi rambut cokelat yang takkan bertahan lama sebelum kembali diusap, jadi ia biarkan rambut cokelatnya berantakan, mirip seperti anak yang tak terurus.
Mata cokelat hangatnya menatap wajah sang ayah yang sembab dan pucat akibat tidak tidur semalaman, kemudian beralih pada wajah-wajah pelayat yang datang, seolah mereka sepakat memasang wajah yang sama sebelum datang ke sini, ada apa dengan mereka sebenarnya?
Tiga ekor burung gereja melongok keadaan, berbaris rapi di dahan pohon sambil bercuit-cuit, mungkin sibuk mengucapkan kalimat yang semenjak malam diterima olehnya:
Yang sabar ya, Mama sudah tenang di sana.
Yang sabar ya, Mama sudah enggak sakit lagi.
Yang kuat ya, nanti Mama sedih di sana.
Jangan sedih ya, kasihan Mama nanti lihat.
Kalimat tersebut diucapkan dengan tambahan mengusap air mata dan gumaman, "enggak tahu nasib anaknya nanti gimana" dan berlalu.
Semuanya memintanya untuk sabar dan kuat, namun tak seorang pun dari mereka sadar bahwa ia hanya anak berumur 10 tahun, ia cukup pintar untuk tahu kenyataan esok takkan bertemu dengan ibunya lagi, tetapi perasaan berat di dadanya terasa aneh.
Mereka menyuruhnya untuk jangan menangis, untuk kuat demi Mama, lupa bahwa yang diminta untuk tak menangis hanya anak berusia 10 tahun yang bahkan tak mengerti mengapa rasanya ia ingin berteriak dan menangis.
Bagi orang dewasa, kehilangan merupakan bagian paling menyakitkan yang harus dialami dan tak bisa dihindari, satu-satunya jalan adalah berduka hari ini dan kembali bangkit di kemudian hari.
Namun bagi anak-anak, perasaan sedih yang tak bisa diterjemahkan menjadi emosi yang lebih sederhana tersebut adalah hal baru, kekosongan yang ada di antara dunianya yang cerah, gelap pertama yang datang tiba-tiba.
Bagi anak-anak, duka adalah asing.
***
Halo, jumpa lagi...
Kali ini teenfic, biasa nulis misteri suruh nulis teenfic, bikin nanges.
Selamat berkenalan dengan Saga dan kawan-kawan Orion dari Buana Cendekia.
Orionis: DELTA Saya dan Naya
Orionis: EPSILON oleh Saya
Orionis: ZETA oleh naya_hasan
KAMU SEDANG MEMBACA
Orionis: EPSILON [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilMISI PENYELAMATAN: Pacarin Saga. Buat dia tutup mulut. Jangan sampai terbongkar. Orion, sang Pemburu, memiliki tiga bintang berjajar yang paling mudah dikenali di langit malam: Delta, Epsilon, Zeta. Di SMA Buana Cendikia, mereka adalah Sasmitha, Sa...