WC | 2 | Perjanjian

297 11 4
                                    

Alvaro menarik paksa gadis ini masuk ke dalam mobilnya. Tangannya mencengkram pergelangan tangan itu. Valeria merasakan sakit yang luar biasa. Pria ini entah darimana datangnya lalu menemuinya tiba – tiba mengajak menikah tanpa adanya sebuah perkenalan dan lamaran. Wanita manapun pasti tidak akan mau jika diperlakukan kasar seperti ini.

Valeria berhasil masuk ke dalam mobil dan mobil mulai berjalan di kota mewah ini. Alvaro duduk bersebelahan dengannya. Valeria menatap heran ke arah pria ini.  Valeria berfikir bahwa ia tidak bisa menikah dengan pria ini. Apapun caranya ia harus mengagalkan rencana itu.

"Lepaskan aku! Sudah kukatakan beberapa kali bahwa aku tidak ingin menikah denganmu. Aku tidak kenal denganmu tuan. Kumohon lepaskan aku. Tidak sadarkah kau bahwa semua ini salah. Tidak seharusnya kau mengajak seorang wanita untuk menikah denganmu tanpa adanya sebuah lamaran dan cinta" Jawab Valeria memohon. Ia sangat berharap pria ini akan mengerti yang dimaksudnya.

"Baiklah. Namaku adalah Alvaro Leonhart. Aku adalah anak tunggal dari keluarga Leonhart. Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau memberikanku keturunan. Dan untuk lamaran aku bukanlah pria romantis yang mau melakukan hal itu. Oh, satu lagi untuk cinta aku tidak butuh darimu. Aku sudah memiliki tunangan jadi jangan banyak berharap dariku."

Mata mereka bertemu kembali. Alvaro menatap tegas ke arahnya seakan – akan memberikan sebuah ultimatum bahwa hal tersebut tidak bisa dianggap biasa. 

"Apa maksudmu tuan? Memberikanmu keturunan? Lalu jika kau sudah memiliki seorang wanita untuk apa kau menikah denganku? Aku tidak ingin menjadi simpananmu!" Jawab Valeria

"Kau bukanlah simpananku. Statusmu adalah istri sahku. Ayahku mengeluarkan sebuah ultimatum jika aku tidak menikah dan memiliki anak secepatnya hak waris tersebut akan jatuh kepada sepupuku. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Dan sialnya ia memberikan syarat yang baru bahwa aku harus menikah denganmu. Putri dari sahabat ayahku sekaligus rekan kerja pada saat ayahmu masih hidup. Aku sudah bertunangan dengan wanita idamanku. Ia berada di Italia sedang menyelesaikan tugas akhir di kampusnya. Tugasmu hanyalah menjadi istriku dan memberikanku keturunan setelah itu aku akan menceraikanmu dan hak asuh anak jatuh ke tanganku." Jawab Alvaro

Tanpa disangka Valeria menampar pipi Alvaro dengan kencang. Pipi pria itu merah. Amarahnya mulai datang. Ia siap untuk menampar pria ini lagi untuk yang kedua kalinya namun tangan keras itu mencegahnya. Membuang tangan mungil Valeria dengan kasar.

"Brengsek! Beraninya kau menamparku!" Jawab alvaro marah 

"Aku brengsek? Bukankah seharusnya aku yang berkata seperti itu? Baiklah. Kuperjelas kau adalah PRIA BRENGSEK!! Aku tidak ingin menikah denganmu. Aku tidak ingin menjadi simpananmu. Apalagi anakku berada di tangan penjahat sepertimu. Itu tidak akan pernah terjadi! Lepaskan aku!" Jawab Valeria. Air mata sudah terbendung di matanya bersiap untuk mengalir melewati wajah cantiknya.

"Jangan membuatku marah dan melakukan kekerasan denganmu. Menurutlah ini hanya sementara selama 1 tahun ini aku akan memenuhi semua kebutuhanmu. Termasuk ibumu." Kali ini ada nada memohon yang dikeluarkan oleh Alvaro.

"Aku tidak ingin berpisah dari tunanganku. Aku sangat mencintainya. Ayah dan Ibuku tidak merestui hubungan kami. Aku sudah berjanji dengannya bahwa aku akan menikahinya. Kau tidak perlu khawatir dengan anak kita. Ia akan terjamin kehidupannya. Aku berjanji. Kumohon bantulah aku." Jawab Alvaro kembali. Ia mulai memegang tangan Valeria dengan lembut dan menatap mata cantik wanita ini dengan harapan bahwa semuanya akan baik – baik saja.

"Hiks ..... Aku tidak ingin kehidupanku seperti itu. Tolong lepaskan aku tuan. Kumohon aku ingin bertemu dengan ibuku. Kau bisa mencari wanita lain yang bersedia mengantikan peranku. Aku tidak ingin menikah." Jawab Valeria menangis tersedu – sedu.

"Lalu apa yang kau inginkan sebenarnya?"

"Aku hanya ingin menikah dengan pria yang mencintai diriku tanpa adanya wanita lain disisinya. Memiliki keluarga yang harmonis diantara kehidupan anak kami. Aku ingin bahagia bersamanya tanpa adanya sebuah perjanjian atau apapun." Jawab Valeria sambil menunduk menghindari tatapan mata Alvaro.

"Jika kau ingin bahagia aku bisa memberikannya. Valeria, tataplah mataku? Apa seperti ini cara berbicara calon istri kepada calon suaminya?"

Valeria mendongak menatap mata Alvaro dengan wajah yang basah oleh air mata. Ada raut ketakutan dimatanya bahwa ia tidak percaya akan ucapan pria ini.

"Valeria, aku memang tidak bisa mencintaimu seperti wanitaku tapi percayalah aku akan memberikan kebahagiaan yang kau inginkan tadi. Untuk saat ini ikutilah semua kemauanku. Percayalah aku tidak akan mengkhianatimu sesuai dengan janjiku."

"Aku ..... " Jawab Valeria bingung. Bola mata itu bergerak gelisah. Ia dilanda kekhawatiran. Tidak seharusnya ia mengikuti rencana gila ini. Tapi jika tidak menerima perjanjian ini ibunya bagaimana? Apakah ia bisa membiayai pengobatan ibunya? Jawabannya adalah tidak. Tawaran ini seperti mendapatkan sebuah berlian. Jika dibiarkan akan menyesal. Valeria yang merasa frustasi akan biaya pengobatan dan berharap bahwa kebahagiaan akan datang secepatnya mulai memberikan kepercayaan sedikit kepada Alvaro. 

"Ck, kau membuatku hilang kesabaran!" Jawab Alvaro sambil menarik wajah Valeria. Mempertemukan bibir tipis itu dengan bibirnya. Lidahnya sudah mulai bekerja untuk memberikan sensasi terbaik kepada calon istrinya. Tangan berotot itu mulai berlabuh di pinggang ramping dan tengkuk wanita ini. Ciuman ini menuntut memberikan pernyataan bahwa Valeria tidak bisa menolak.

"Hmpt ....." Valeria kaget mulai memukul dada Alvaro. Serangan tiba – tiba ini membuat pasokan oksigennya habis dan jantungnya berdebar. Ini adalah ciuman pertamanya.

"Kau masih polos. Akan kuajari setelah kau sah menjadi istriku." Jawab Alvaro sambil mengelus pipi tirus Valeria.

Cup

Cup

Valeria melotot tadi ciuman sekarang kecupan. Ia bersiap memberikan protes bahwa ia bukan wanita murahan yang seenaknya diperlakukan seperti itu tadi. Namun sebelum hal itu terjadi bibir pria sexy ini sudah mengeluarkan kata kata.

"Sebentar lagi kita akan sampai. Kau kuberikan waktu 30 menit untuk mempersiapkan diri. Mulai dari mengganti baju pengantin yang sudah kusiapkan dan merias wajahmu. Para pelayan sudah menunggumu." Jawab Alvaro

"Aku belum memberikan jawaban iya."

"Jangan main – main denganku. Ingatlah jangan membuatku marah apalagi sampai melakukan kekerasan kepadamu. Turuti semua kemauanku." Jawab Alvaro. Ia memperbaiki duduknya menghadap ke depan tanpa menoleh kearah Valeria.

"Kau pria brengsek yang pernah kutemui! Aku membencimu!"

"Wow, sebuah pujian yang bagus. Aku mulai menyayangimu" Jawab Alvaro menatap Valeria lalu memberikan senyum devilnya. 

Wedding ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang