chapter 3

127 7 0
                                    

Sasuke berjalan santai menuju ke kafe yang sudah ditunjukkan. Lokasi kafe yang dekat, membuat Sasuke memilih untuk berjalan kaki saja. Padahal, ibunya sudah menyuruh dirinya untuk mengendarai mobil dengan maksud agar bisa mengantar Hinata pulang sampai ke rumah. Namun, Sasuke membalas perintah ibunya dengan mengucapkan bahwa apabila dia harus mengantarkan Hinata sampai ke rumah, itu berarti dia dan Hinata tidak jadi bertemu di dalam kafe. Ibunya sepakat untuk mengizinkan dirinya bertemu dalam waktu 10 menit. Sehingga, mengantarkan Hinata pulang adalah kegiatan yang dapat melanggar aturan.

Sasuke sumringah mengingat momen ekspresi ibunya yang tidak bisa berkutik sama sekali. Dia sedikit lega karena ibunya masih bisa dia kontrol, ditambah kakaknya yang selalu membantu dia untuk lari menyelamatkan diri dari omelan sang ibu yang sudah tidak masuk ke logika lagi. Anak SMA baru tingkat dua sudah dijodohkan? Lalu kalau sudah kuliah langsung dinikahkan, begitu? Kulot sekali dan tidak lagi populer, kan? Tentu saja!

Ingin rasanya meneriaki wajah ayah dan ibunya yang seakan sedang bermain rumah-rumahan dengan Sasuke sebagai bonekanya. Lagipula, usia yang pantas untuk menikah itu Itachi. Seharusnya dia yang dijodohkan. Apa mungkin alasannya karena jarak usia Hinata dan Itachi terpaut jauh sehingga kedua orang tuanya tidak tega membiarkan putri kesayangannya menikahi om-om? Bisa saja begitu. Tapi kupikir itu lebih baik, karena Itachi orang yang penyayang dan dia bisa menerima dengan mudah segala sesuatu, tidak seperti dirinya yang ingin memberontak terus menerus.

Sepanjang perjalanan, Sasuke selalu menggumamkan kekesalannya. Rasa dongkol yang tidak bisa dikeluarkan. Lebih tepatnya, Sasuke melakukan heart to heart dengan alam. Baginya, alam tidak akan pernah tidur dan mereka merupakan saksi yang baik serta penjaga rahasia yang dapat dipercaya. Alam juga tidak akan menghakiminya seperti yang dilakukan seluruh teman-temannya. Sasuke sendiri tidak terlalu memperdulikan apabila dia harus dijauhi oleh teman dekatnya. Menyakitkan sih, tapi dia masih sanggup menahan semua itu. Hanya saja, apakah sikap tahan banting itu juga ada dalam diri Hinata? Sasuke rasa tidak. Mengingat kejadian kemarin, dimana dia mendatangi Sakura di kelas dan berbuat masalah. Sasuke yakin, Hinata ingin hubungan bersama sahabatnya tidak rusak.

Perjodohan ini membuat kedua insan yang disatukan tidak lagi memiliki kehidupan normal layaknya anak muda. Seharusnya, berkencan itu penuh dengan cinta. Bukan kewajiban untuk melakukannya.

.
.
.

10 menit Sasuke bergumam dan menggerutu sepanjang jalan menuju kafe, membuat kedua kakinya tidak merasakan lelah padahal dia sudah berjalan sejauh 3 kilometer. Secara otomatis kedua kakinya berhenti melangkah setelah dia berdiri di depan sebuah gedung kafe dengan papan nama Toho Coffee di dinding bagian atas dekat atap. Tanpa basa basi, Sasuke berjalan masuk ke dalam kafe. Dia mendorong pintu kafe untuk membukanya, Sasuke melangkah masuk dan pintunya pun bergerak perlahan menutup kembali setelah tangan Sasuke melepaskan pegangannya dengan gagang pintu tersebut. Dia tidak langsung mencari tempat duduk, namun Sasuke memandangi setiap kursi di dalam kafe tersebut untuk melihat pengunjung yang sudah datang. Melihat waktu di jam tangan, Sasuke menyadari bahwa tidak terlalu banyak warga yang minum kopi di sabtu pagi. Biasanya, ketika dia datang di senin sampai dengan jumat pagi, kondisinya selalu ramai dan konter kasir tidak pernah sepi pelanggan yang antri memesan minuman atau makanan.

"Bagus deh dia telat." Sasuke menyeringai penuh kemenangan ketika Hinata belum sampai di kafe tersebut. Waktu bertemu pun berkurang satu menit. Sehingga, sisa waktu yang digunakan untuk bertatap muka tinggal 9 menit lagi. Kemudian, Sasuke berjalan mendekati konter kasir untuk memesan minuman.

"Reguler Ice Hazelnut Belgian Chocolate satu." Ucap Sasuke kepada mas-mas kasir yang sedang telaten mengelap permukaan meja kasirnya yang mulai disinggahi debu.

Mas-mas penjaga kasir pun melirik kepada Sasuke, lalu tersenyum ramah. "Oh, baik, mas! Maaf saya tadi sedang membersihkan konter." Penjaga kasir itu mulai menekan-nekan layar mesin kasirnya untuk mencatat pesanan Sasuke.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Eyes Not On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang