2 | pain both ways

159 29 3
                                    

"Wan, kita udah ngerencanain makan malem ini nyaris dua bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wan, kita udah ngerencanain makan malem ini nyaris dua bulan. Sadar nggak sih kamu?" Kata Yoongi masih dengan pelan, tapi wajah Yoongi datar dan susah dibaca.

"Iya, Yoon." Jawab Seungwan menunduk.

"Liat aku, Wan." Kata Yoongi. Seungwan mendongak, menatap Yoongi dengan takut-takut.

"Kamu ngerti nggak sih kenapa aku nggak mau kamu pergi? Itu bukan karena aku posesif atau gimana, aku bener-bener khawatir sama kamu. Setiap kamu nggak bisa aku hubungi, aku rasanya mau nangis, perutku rasanya kayak di puter. Nggak enak banget rasanya."

"Iya, Yoon." Kata Seungwan.

"Aku tuh khawatir sama kamu karena aku tau polisi itu bakal berbuat apa ke pembalap liar kelas kakap kayak kamu, apalagi kamu juga udah masuk most wanted list. Setiap hari ayahku ngomongin kamu dan gengmu." Kata Yoongi. "Udahlah, sayang. Cukup."

"Enggak, Yoon." Kata Seungwan lalu menatap Yoongi sebentar lalu bangkit. "Maaf aku harus pergi."

Yoongi bangkit dan langsung menyusul Seungwan keluar dari restoran. Seungwan yang mendengar langkah kaki Yoongi dibelakangnya semakin ingin menangis. Walaupun adegan ini bukan sekali dua kali terjadi tapi ini tidak pernah mudah bagi Seungwan. Nyaris tidak ada minggu yang terlewati tanpa mereka bertengkar dan berakhir Seungwan pergi dan Yoongi kecewa. Setiap kali Seungwan pergi, hatinya semakin teriris dan semakin terluka. Tapi itu bukan hanya terjadi pada Seungwan, melainkan Yoongi juga.

"Bisa nggak kamu nggak pergi ditengah-tengah kita ngobrol?" Kata Yoongi nada bicaranya naik sedikit. "Everything was alright! Tapi tiba-tiba kamu pergi, selalu begitu."

Udara diluar jauh lebih dingin dari biasanya. Bahkan nafas mereka sampai beruap saking dinginnya. Mungkin cuaca sedang minus, cuaca yang sempurna untuk menggulung diri di tempat tidur dengan selimut tebal. Tapi apa untungnya untuk Yoongi? Mau menggunakan selimut setebal apapun, tempat tidurnya akan tetap terasa dingin tanpa Seungwan.

Seungwan berhenti, matanya terpejam berusaha untuk mengubur rasa sakitnya sambil terus berkata pada dirinya sendiri kalau ia akan baik-baik saja.

"Ya, Seungwan. Semua ini juga buat Yoongi."

Seungwan menghela nafas, lalu berbalik. "Kamu mau aku kayak gimana?"

"Jangan kayak gini, Wan–"

"Kayak gini, gimana? Kalaupun aku izin ke kamu, kamu nggak akan ngasih izin kan?" Selak Seungwan.

"Aku nggak ngasih izin karena aku–"

"Yaudah, selama kamu kayak gitu, aku juga gak akan izin."

Yoongi menatap Seungwan dengan lekat dan penuh arti. "Kamu kenapa sih?"

Seungwan sudah nyaris menangis. Tenggorokannya panas, dadanya sesak. Kenapa sih keadaannya harus seperti ini? Seungwan berterimakasih dengan udara dingin, dengan begitu ia tidak terlihat seperti menahan nangis karena hidungnya sudah merah dan matanya sudah berair karena kedinginan.

"Aku cuman pengen makan malem sama pacarku, memangnya salah? Aku cuman mau spending time sama pacarku." Kata Yoongi. "Kenapa sih, kamu seakan gak mau jalan sama aku? Setiap kita pergi, pasti berakhir aku pulang sendiri karena kamu harus ngurus urusan pentingmu itu."

Seungwan terdiam. Ia menarik ingusnya karena semakin lama ia semakin kedinginan, belum lagi mengingat ia menggunakan dress yang cukup terbuka. Rasanya Seungwan sudah membeku hingga tulangnya terasa ngilu.

Yoongi melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Seungwan. Melihat perlakuan manis Yoongi makin membuat Seungwan ingin menangis karena Seungwan merasa ia selalu menyakiti Yoongi tapi pacarnya itu selalu peduli padanya seperti biasa. Pantaskah Seungwan diperlakukan seperti itu?

"Mau sampai kapan kamu balapan? Kamu udah cukup lama loh di dunia kayak gitu. Semakin lama kamu disana, semakin sulit kamu keluar." Kata Yoongi dengan lembut, nyaris berbisik karena jarak mereka yang terlalu dekat.

Seungwan hanya membuang tatapannya kearah lain dan memasang ekpresi wajah sedatar mungkin supaya Yoongi tidak tau kalau ia masih berjuang untuk melawan rasa tangis yang sedikit lagi meledak itu. Yoongi merapihkan jaket yang kebesaran di tubuh Seungwan lalu mengecup kening gadisnya. Dihati Yoongi, ia berdoa supaya Seungwan ini selalu aman dan dalam keadaan yang baik-baik saja.

"Hati-hati dijalan." Kata Yoongi dengan pelan dan pasrah. Yoongi sudah memahami Seungwan –pacarnya yang sangat keras kepala. Tidak ada yang bisa menghentikan Seungwan, jadi Yoongi harus mengalah dan melapangkan dada. "Aku tunggu kamu di apartemen. Ya?"

Seungwan mengangguk samar. Yoongi menghela lagi saat melihat respon singkat dari pacarnya. Setelah itu Yoongi berjalan ke tempat dimana ia memarkir mobilnya. Didalam mobil, seperti yang ia kira, terasa dingin. Tapi tidak ada yang lebih menusuk dari wangi parfum Seungwan yang menyeruak didalam mobil, tapi tak ada Seungwan disana.

¤¤¤¤¤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙍𝙖𝙘𝙚𝙧𝙨 ➷ wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang