Serindu itu dia pada lampu yang memusat lelahnya.
Secinta itu dia pada kata-kata.
Sekenal itu dia pada pesona orang-orang di sekelilingnya.
Tetapi bukan aku.
Dia tidak begitu padaku.
Dia memang menyesap perangaiku yang cantik.
Tapi dia tidak benar-benar mengenalku.
Lalu, salahkah bila kutiraikan cemburuku?
Bila mungkin kelak bisa luruh atau tersibak?
Seringkali aku menerawang.
Menyusup pelan dalam tatapmu,
hingga kudapati wujudku dalam detak dan nafasmu.
Aku terhenti.
Kubiarkan kau lelah sendiri,
karna aku tetap menanti.
Menanti fajar silih berganti.
Hingga kau sadar akan hati,
bahwa sekecup ini bukan hanya teman bersandar,
tapi juga berbagi gurau receh tak bermakna.
18 Juli 2019
AnnisaRH
KAMU SEDANG MEMBACA
Meredam Gelisah
PoesiePuisi tentang hari ini : tentang kegelisahan, kegundahan, kesedihan dan semua kekhawatiran yang tak mampu terucapkan.