Ouw Yang Bu Kie tertawa besar, kipasnya di buka ditutup dengan sangat ringan memaksa
miring pedang Kong Ku, sedang tangan kirinya dengan menggunakan jurus "Suat Ciang Jui
Sin" atau telapak salju pembetot hari memukul ke arah Kong ku.
Arah dengan tenaga pukulan yang dilancarkan oleh Kong ku segera bertemu, diantara suara
getaran, arak itu berubah menjadi uap, berturut2 melancarkan serangan lagi.
Kong Ku tak berani berayal, kaki kirinya segera menutul tanah, dan melompat satu kaki lebih
ketengah udara, pedangnya diputar sedemikian rupa dan melancarkan ilmu pedang 'Mee
Huang Kiam Hoat" yang pernah menggetarkan sungai telaga, dalam sekejap mata saja sinar
pedang berkelebat memenuhi ruangan, sebentar santar perlahan tak henti-hentinya
menerjang ke arah Ouw Yang Bu Kie serta Toan Bk Cie-Jien, Ouw Yang Bu Kie disebut orang
sebagai Kiam Shan Suat Ciang atau si kipas emas pukulan salju, sudah tentu kepandaian
silatnya sanagat tinggi, ilmu "Ceng Thian Liok Shan' serta ilmu "Chieh Hun pan Ciang"nya
bersamaan waktu dilancarkan keluar menerjang kearah Kong Ku, Toan Bok Ci Jien tertawa
kalap, dengan gentong araknya dia menahan setiap serangan yang dilancarkan oleh Kong Ku .
Ketiga orang itu begitu bertempur secara bersungguh-sungguh, diatas loteng Oei Hok Lo itu
diliputi oleh angin taupan yang menyambar-nyambar, membuat orang sukar untuk bernapas.
Bu Kie Chie dengan dingin memandang sekejap ketengah kalangan, sedang dalam hatinya
diam-diam menjadi cemas, pikirnya:
Bagaimana jadinya masih tidak ada yang datang ...!"
Dia memandang sekejap keluar jendela, dengan nada yang berat bentaknya:
"Tahan, kalau tidak senjata pusaka Thian liong Suo ditanganku tak akan sungkan-sungkan lagi.
Sahut Kong Beng Sang dengan dingin. "Bu Kie Chie, saat kau melepaskan senjata pusaka Thian
Liong Suo tersebut dari tanganmu berarti saatnya pula bagi kematianmu"
Perkataan tersebut diucapkan dengan nada yang sangat dingin, tanpa terasa hatinya merasa
agak berdesir.
Dia mendongakkan kepalanya memandang ke arah Kong Beng Sang, dalam tubuhnya kini dia
menyimpan tiga buah senjata Thian Liong Suo, tetapi waktu dia melancarkan senjata Thian
Liong Suo yang pertama, senjata yang kedua memangnya belum diambil keluar, dan saat itu
dirinya sedikit pun tak terdapat penjagaan bagi dirinya.
Suara bentakan itu begitu keluar dari mulutnya, tetapi ketiga orang yang berada ditengah
kalangan itu bagaikan tidak pernah mendengarnya, jago-jago berkepandain tinggi waktu
bertempur harus memusatkan seluruh perhatian nya kepada jurus-jurus serangan yang
dilancarkan pihak lawan, mana mereka sempat untuk mendengarkan segala perkataan yang
diucapkan orang-orang di samping.
Bu Kie Chie menjadi termangu-mangu kemudian sambil tertawa dingin ujarnya:
Aku telah melupakan kau berdua yang masih berdiri disamping, kalian kalau tidak mau