Day6 [Narasi]

485 99 12
                                    

Gunakan jarimu untuk vote dan komen agar lebih bermanfaat :)




















Pagi hari yang berbeda dari biasanya. Apartemen Jihoon terasa lebih ramai karena kehadiran satu makhluk tinggi nan tampan yang sekarang sedang mencuci piring di dapurnya.

Jihoon memerhatikan Kuanlin dari sofa. Entah apa jadinya kalau kemarin Kuanlin tidak datang ke apartemennya. Mungkin dia sekarang benar-benar sedang skarat seorang diri.

Telinganya sedikit risih mendengar Kuanlin yang mengomelinya sedaritadi karena dia bercerita kalau sakit gara-gara sempat kehujanan kemarin.

"lain kali kalau nggak enak badan tuh langsung bilang gitu loh kak. Gimana kalau kemarin aku nggak kesini? Siapa yang jagain kamu???"

Jihoon diam. Dia hanya sedang tidak ingin berdebat. Dan kebetulan juga apa yang dibilang Kuanlin itu ada benarnya.

Tangan Kuanlin dengan telaten membilas piring yang digunakan Jihoon sarapan bubur tadi lalu setelah merasa bersih ia segera menaruh piring itu di rak.

Dengan wajah kesal ia menghampiri Jihoon. Duduk di sofa single yang ada di depan sofa panjang apartemen Jihoon. Matanya menatap Jihoon yang masih tiduran di sofa panjang sambil bermain ponsel.

"jawab kali kak" lanjutnya setelah tidak melihat respon apapun dari kakak tingkatnya itu.

Yang lebih tua menghela napas dalam, "berisik banget ya lo. Udah tau gue sakit malah diomelin" katanya dengan suara lebih pelan dari biasanya.

"ya aku tuh khawatir sama kamu kak" jawab Kuanlin cepat.

Jihoon segera mengalihkan pandangannya dari Kuanlin. Kemana pun asal mereka tidak saling berpandangan. Entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat saat pria itu selesai dengan kalimatnya barusan.

"lo.. Bukannya ada kuliah? Sana berangkat"

"mau bolos. Jagain kamu"

"heh! Nggak nggak. Gue bisa jaga diri. Sana berangkat"

Kuanlin terdiam. Sebenarnya hari ini dia hanya ada satu kelas tapi itu kelasnya Pak Dongho jadi ia bingung juga harus berangkat atau tidak. Dan lagipula dia juga ada janji dengan Pak Dongho sepulang kuliah.

"beneran bisa ditinggal?"

"iya bocil. Sana pulang ganti baju terus berangkat. Gue nggak ada baju seukuran badan lo"

"beneran ini bisa ditinggal? Aku khawatir ah sama kamu"

"gue anak kuliah bukan anak SD. Udah sana cepetan"

Bukannya segera keluar dari apartemen Jihoon, Kuanlin malah memandang Jihoon dengan tatapan ragu. Takut kalau-kalau terjadi apa-apa pada Jihoon.

"gue bisa sendiri, Guan. Ini juga demamnya udah turun kan. Pusingnya juga udah nggak begitu kerasa. Nanti pulang kuliah kalau mau kesini, kesini aja tapi gue nggak mau lo bolos-bolos gini gara-gara gue"

"yaudah deh aku pulang. Pindah ke kasur sana"

"iya ntar"

"sekarang kak. Apa perlu aku gendong?"

Jihoon memandang Kuanlin dengan malas lalu berdiri dan pindah tiduran di ranjangnya.

Kuanlin yang melihat itu tersenyum kecil. Tidak menyangka Jihoon mendengarkan perkataannya. Kata teman-temannya termasuk Daehwi Jihoon itu tipe-tipe orang yang mudah bergaul tapi jika melibatkan perasaan lebih dari teman sangat sulit di dekati. Namun melihat Jihoon yang seperti ini tiba-tiba saja kepercayaan dirinya muncul dan yakin bahwa ia sudah memiliki sedikit tempat di hati pria itu.

"kenapa senyum-senyum?"

Yang lebih muda menggelengkan kepalanya beberapa kali masih dengan senyum bodohnya lalu menarik selimut Jihoon lebih ke atas. Tangannya mengusap kepala laki-laki imut itu pelan, "tiduran aja ya. Aku cuma ada satu kelas kok ntar selesai urusan di kampus aku langsung kesini, oke?"

"hm"


























"ambil sapu sana. Tolong sapu ruangan saya"

Kuanlin menghela napas pelan, "iya Pak"

Sudah biasa memang, beberapa kali Pak Dongho menyuruhnya ke ruangan hanya untuk menata berkas yang berserakan di meja atau menyapu seperti ini. Entah apa tujuannya. Padahal Kuanlin yakin ruangan itu sudah ada petugas kebersihan yang membersihkan di pagi hari.

"ngomong-ngomong gimana perkembangan kamu sama Jihoon? Udah dapat nomornya?"

Wajah Kuanlin yang tadinya sedikit mendung segera berubah menjadi cerah, "sudah dong pak. Bapak kenapa sih kemarin nggak ngasih kontaknya kak Jihoon ke saya. Kan saya jadi nanya sana sini"

"ya biar kamu tuh ada usahanya gitu loh kalau mau dapetin dia"

"tau nggak Pak. Sekarang itu, saya sama dia udah makin deket. Jalan bareng, berangkat kuliah bareng, bahkan tadi malam tidur bareng"

"heh!!  Kamu apain dia??"

Kuanlin terkejut mendengar teriakan dosennya itu lalu segera menjelaskan, "bukan Pak. Maksut saya tidur bareng itu ya beneran tidur. Cuma tidur. Merem. Tapi di ranjang yang sama"

"kamu nggak apa-apain dia kan? Anak orang loh itu"

"nggak lah Pak. Lagian saya itu juga karena jagain dia yang lagi sakit"

"loh sakit apa??"

"demam sih tapi tadi pagi udah turun, katanya juga udah nggak pusing jadi saya tinggal kuliah. Ini habis ini saya mau nemenin dia lagi"

"kok nggak bilang daritadi. Yaudah sana pulang. Jagain yang bener ya"

Tangan Kuanlin berhenti menyapu, "loh.. Saya boleh pulang ini pak?"

"iya. Sana. Kasihan dia kalau nggak ada yang jagain"

"Ya Allah Pak. Makasih banyak ya Pak. Saya beneran pulang ya ini Pak!"

Setelah meletakkan sapu ditempatnya, Kuanlin segera menyalami tangan dosennya sekaligus menegaskan untuk ijin pulang.














"tungguin ya sayangku, cintaku, manisku, pujaan hatiku. Baik-baik di apartemen. ini calon pacarmu udah mau jalan kok" gumam Kuanlin sambil berjalan dengan semangat 45 menuju parkiran.




Terimakasih untuk kalian yg selalu vote atau komen 😇

Chatting ⭐ PanWink [Fakechat] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang