Day8 [Narasi]

514 103 33
                                    

Senam jari dulu yuk, tekan bintang di pojok kiri bawah!











Suasana restaurant tempat Kuanlin akan bertemu calon mertuanya terbilang ramai. Banyak yang menghabiskan waktu makan malam dengan orang-orang terkasih mereka karena ini weekend.

Jantungnya bertalu-talu. Padahal biasanya dia tidak pernah segugup ini saat akan bertemu dengan dosennya itu. Namun mengetahui fakta bahwa dosen yang cukup dekat dengannya itu adalah ayah dari Jihoon membuat Kuanlin merasa begitu gugup.

Jihoon melirik Kuanlin yang berjalan di sampingnya dan menghela napas dalam berkali-kali. Bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis begitu menyadari bahwa adik tingkatnya ini sedang gugup.

"santai aja sih, cuma makan malam juga"

Mendengar perkataan Jihoon membuat Kuanlin mengalihkan pandangannya pada lelaki imut itu, "kak boleh minta tolong nggak?"

"apa?"

"pegang tanganku dong" ucap Kualin cepat.

Namun melihat Jihoon yang menautkan kedua alisnya membuat dirinya sadar bahwa Jihoon sedang salah paham padanya, "nggak kak bukan lagi modus kok ini. Beneran. Lagi gugup aja. Lihat nih" Ia menunjukkan telapak tangannya yang berkeringat.

Matanya melebar saat dengan cepat Jihoon menyambar tangannya dan membawa tangan besarnya dalam sebuah tautan, "Ayah nggak akan ngapa-ngapain lo. Ngapain sih tegang gini"

Jihoon berjalan lebih dulu dengan menarik tangan Kuanlin yang masih ia genggam, "itu Ayah" lanjut Jihoon dengan nada sedikit naik, menandakan dirinya sedang berbicara dengan semangatnya dan menggenggam tangan Kuanlin lebih erat karena ia mempercepat langkahnya.

Laki-laki tinggi yang ditarik tangannya hanya bisa berkedip beberapa kali sambil terus menatap tautan tangan mereka berdua yang terasa begitu pas.



















"ayo dimakan Lin"

"hehe iya Pak"

Dongho tertawa pelan, "kamu takut sama saya?"

"nggak sih Pak cuma deg-degan aja" jawab Kuanlin sambil tersenyum memperlihatkan giginya canggung.

"kamu itu. Pas cerita ke saya soal anak saya kemarin semangat banget perasan. Kenapa sekarang jadi diem gini kamu" goda Dongho sambil memasukkan satu potong daging ke dalam mulutnya.

Kuanlin melirik Jihoon yang memakan daging sambil menahan senyum, "ya kan waktu itu saya nggak tau kalau
Bapak itu ayahnya kak Jihoon" jawab Kuanlin dengan suara memelan di akhir kalimat.

Perkataan laki-laki tampan itu membuat Dongho tertawa keras, "jadi gimana hubungan kalian?"

Kedua orang yang ditanya itu hanya saling melirik tanpa berniat menjawab. Lagipula mereka juga bingung mau menjawab apa.

"loh? Belum ada perkembangan?" tanya Dongho dengan alis bertaut.

Jihoon kembali melirik Kuanlin yang hanya menunduk. Kemana perginya si hiperaktif Kuanlin? Mana juga yang katanya akan mengatakan sayang padanya saat di depan Ayahnya?

"perkembangan apa sih Yah. Hubungan kami cuma sebatas adik dan kakak tingkat kok"

Dengan cepat Kuanlin menatap Jihoon yang sudah kembali memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.

Haha. Hanya sebatas adik dan kakak tingkat ya... Batin Kuanlin nelangsa.

























Chatting ⭐ PanWink [Fakechat] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang