Day2 [Narasi]

726 101 11
                                    

Vote!























Suasana kantin masih sama seperti dulu saat Jihoon dan Woojin begitu sering menghabiskan waktu disini. Perbedaannya, sekarang ia dan Woojin duduk berjauhan dengan Woojin yang datang bersama dengan orang lain.

Orang-orang terdekat Jihoon selalu mengatakan agar Jihoon membuka hati setelah putus dengan Woojin, Laki-laki yang sudah hampir 3 tahun menemaninya menjalani kehidupan tahun terakhir sebagai siswa SMA hingga ia menjadi mahasiswa tahun kedua di salah satu universitas Negeri.

Tentu saja mengatakan untuk membuka hati adalah sesuatu yang mudah bahkan dia sendiri meyakini jika dirinya sudah cukup membuka hati untuk orang lain hanya saja memang belum ada yang bisa menggantikan sosok itu. Atau memang apa yang dikatakan orang-orang benar bahwa dirinya belum seberusaha itu mengenyahkan sosok Woojin. Masih berharap untuk kembali bersama dan lain sebagainya.

Mulutnya sendiri mengatakan bahwa dirinya sudah move on tapi saat melihat Woojin bersama dengan orang lain ada bagian di hatinya yang merasa sakit. Dadanya juga merasa sesak. Hanya saja dia tidak mau mengakui itu.


Alasan Jihoon tidak seberusaha itu membuka hati untuk orang lain adalah karena ia tidak ingin menjadikan seseorang yang tulus menyukainya hanya menjadi pelampiasan cintanya yang masih mengharapkan Woojin.

Jika jodoh pasti akan kembali, itulah panutan Jihoon hingga hampir setengah tahun ini begitu akhirnya ia dan Woojin putus dengan alasan klasik, bosan. Bukan, bukan dia yang merasa bosan tapi Woojin. Laki-laki itu tiba-tiba datang ke apartemennya dan mengajak putus begitu saja di satu sore yang mendung.

Jihoon sudah berusaha bahkan berkali-kali untuk mengajak Woojin kembali memulai semuanya. Tapi hingga lima bulan kemudian akhirnya Woojin memperkenalkan pacar barunya di aplikasi instagram. Dan itu artinya dirinya memang sudah tidak diharapkan lagi kan?

"kak"

Jihoon sedikit tersentak dari lamunannya. Ia menoleh pada sosok yang segera duduk di sampingnya.

"lo...

"Kuanlin. Aku Kuanlin" jawab Kuanlin sambil tersenyum lebar.

Beberapa detik Jihoon sempat mengagumi sosok tinggi di depannya namun ia segera menggelengkan kepala, "mana Daehwi?"

"nanti nyusul katanya. Kakak udah pesen?"

Jihoon hanya menggelengkan kepalanya kaku.

Melihat Jihoon yang sepertinya canggung, Kuanlin hanya tertawa lalu pamit untuk memesan makanan untuk mereka.

Netranya kembali melirik dua laki-laki yang duduk cukup jauh darinya.  Pandangan mereka bertemu namun Woojin segera mengalihkan pandangannya pada laki-laki imut di depannya membuat Jihoon hanya bisa tersenyum miris.

"nggak usah dilihatin mulu kali ah" ujar Daehwi yang baru datang sambil meletakkan bukunya di meja.

"darimana lo?" tanya Jihoon untuk mengalihkan topik.

"ketemu kak Jinyoung bentar"

"kok nggak lo ajak kesini?"

"nggak ah lagi berantem"

Yang lebih tua hanya menganggukkan kepala mengerti. Sudah biasa melihat pasangan Jinhwi ini bertengkar. Pasti karena masalah sepele dan beberapa jam lagi mereka sudah kembali memamerkan kemesraan.

"gimana Kuanlin? Ganteng kan?" Daehwi tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.

Jihoon mengangkat bahunya, "lumayan lah"

"gila. Dia tuh cowok paling diminati sengkatan loh kak. Kayak,  nggak ada yang nggak kenal dia eh dia ngdatengin gue terus minta nomor lo. Kagetlah gue"

Mendengar ucapan Daehwi membuat Jihoon reflek memandang sesosok laki-laki tinggi yang sedang mengantri makanan untuknya.

"dia hidupnya susah ya Hwi?"

"siapa?"

"Kuanlin"

"susah gimana?"

"dia katanya kuliah sambil kerja"

"ohh iya emang, soalnya kan dia cakep tuh terus banyak yang nawarin dia jadi model gitu. Bukannya kerja karena dia susah. Anaknya pengusaha loh dia"

"katanya papanya udah nggak ada?"

"hah?? Orang tadi di kelas masih vidcall sama papanya kok. Ngarang banget papanya udah nggak ada"

"anjir, jadi gue dibohongin sama bocah???"








Next, day2 [Chatting]...

Chatting ⭐ PanWink [Fakechat] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang