i

5.2K 377 16
                                    

Nordvéstur adalah kerajaan modern terbesar di semenanjung Hanju. Wilayahnya berada di antara Skroviśte, kerajaan tetangga yang menjadi pusat pelayaran, dan Sud-ést yang terkenal sebagai kerajaan paling metropolitan di antara ketiganya. Dan Nordvéstur merupakan pusat pemerintahan dari ketiga kerajaan tersebut.

Kisah kali ini tentang cinta di Nordvéstur. Kisah yang tak berbeda dari roman-roman picisan yang tertimbun di rak-rak buku perpustakaan tua. Dan semoga, juga akan sama melegendanya.

*

Namjoon mengendap-endap keluar dari Odìeze, sebutan untuk istana tempat tinggal pangeran. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dan istananya terdengar sunyi seperti malam-malam biasanya.

Langkah Namjoon pendek dan pelan awalnya. Lalu ketika lorong panjang yang memisahkan Odìeze dan dapur istana terlihat, Namjoon melangkah panjang-panjang. Betapa dia bersyukur Odìeze terpisah dari Grand Palace dan lebih dekat dengan dapur istana. Hanya terpisah lorong panjang yang perlu dilewati selama beberapa menit jika berjalan pelan. Tapi bisa lebih cepat jika berjalan cepat seperti yang Namjoon lakukan sekarang.

Namjoon sesekali menunduk, menatap kakinya yang tak beralaskan apa-apa. Dia selalu bertelanjang kaki setiap melewati lorong ini di tengah malam. Sebab dia sudah pernah mencoba berlari menggunakan sepatu, lalu pengawal istana berlarian mengejarnya. Mereka mengira Namjoon pencuri.

Pintu dapur istana yang terbuat dari kayu Oak iru tampak semakin dekat. Namjoon memelankan langkahnya. Dikeluarkannya sendal tidurnya dari saku piama berbahan satin berwarna hitam yang melekat sempurna di tubuhnya. Padahal itu hanya piama, tapi cukup untuk membuat Namjoon terlihat seperti mengenakan baju yang diperagakan diperagaan busana.

Namjoon membuka pintu itu perlahan. Senyumnya terkembang saat melihat lelaki berambut pirang yang mengenakan seragam koki kerajaan sedang sibuk membolak-balik buku tua di atas meja dapur. Buku resep turun temurun kerajaan.

"Hey," sapa Namjoon, mendekat.

Lelaki itu mendongak, wajah terkejutnya lalu berganti senyum. "Hey, Prìns. Aku pikir kau lupa ada janji denganku malam ini," katanya.

Namjoon menggaruk tengkuknya sambil tertawa pelan. "Aku ketiduran sehabis bermain game bersama Hoseok. Maaf," jawabnya.

Lelaki itu tersenyum saja saat Namjoon semakin dekat dan memeluknya dari belakang. Bergetar tubuhnya saat Namjoon mencium bahunya yang berlapis seragam koki itu.

"Aku merindukanmu," bisik Namjoon.

"Aku tahu. Aku pun," balasnya. Lelaki itu berbalik. Memangku separuh berat badannya pada meja masak, separuh lagi pada leher Namjoon yang dia kalungi dengan tangannya.

"Apa yang sedang kau pelajari?" tanya Namjoon. Diliriknya buku resep yang terbuka di atas meja.

"Beberapa resep kerajaan yang belum sempat ku buat. Ada masakan kerajaan yang ingin kau coba?"

Namjoon menggelengkan kepalanya. "Aku lebih suka resep masakan yang kau buat sendiri."

Lelaki itu tersenyum malu. Ditatapnya mata Namjoon dalam-dalam. mata yang berhasil mencuri hatinya. Mata yang berhasil membuatnya berani mengambil langkah untuk kebahagiannya. Mata yang menjadi sumber bahagianya.

"Ambilah cuti akhir pekan ini. Ikut aku ke Skroviśte. Jimin merayakan hari jadinya bersama Yoongi di sana. Aku belum sempat benar-benar mengenalkan kalian," ajak Namjoon. Dielusnya punggung lelaki berwajah indah itu.

"Jimin?" Namjoon mengangguk. Ah, Jin ingat. Anak saudagar kaya raya dari Skroviśte itu pernah menyapanya ketika mereka bertemu di selasar Obìeze. Jin sedang mengantarkan makan siang untuk pangeran dan sahabatnya yang berkunjung. Untung saat itu dia mengantar makanan sendirian, Jimin menyapanya terlalu akrab untuk orang yang tidak saling mengenal. "Akhir pekan ini?" tanyanya lagi.

NordvésturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang