v

1.6K 243 4
                                    


Mobil Jimin baru saja memasuki pekarangan Grand Palace ketika beberapa orang pengawal istana menghadang mereka. Yoongi menghela nafas, ditatapnya Jimin yang terlihat semakin cemas.

"Jin hyung, kau yakin?" tanya Jimin sekali lagi.

Jin mengangguk yakin. Jauh di dalam hatinya Jin sudah bertekad, dia akan melakukan apa pun agar bisa bersama Namjoon. Apa pun.

Yoongi dan Jimin hanya bisa menatapnya dalam diam. Mereka menyerahkan segala keputusan pada Jin, ini tentang hidupnya, mereka tak berhak turut campur. Bersamaan mereka turun dari mobil. Yoongi dan Jimin berdiri melindungi Jin saat para pengawal istana itu melangkah menghampiri mereka.

"Kami mendapat perintah untuk membawa anda kehadapan Yang Mulia Kéisar," kata seorang pengawal yang berdiri di paling depan.

"Jin!"

Jin tersentak, belum sempat dia menjawab, sudah dilihatnya Namjoon yang berlari dengan wajah panik menghampirinya.

"Berani kalian menyentuhnya, kalian berhadapan denganku!" bentak Namjoon, membuat beberapa pengawal istana melangkah mundur.

Pengawal istana itu membungkuk hormat pada Namjoon. "Tapi ini perintah dari Yang Mulia, Prìns Namjoon. Kami hanya melaksanakan apa yang diperintahkan."

"Katakan pada Kéisar, aku meminta waktu untuk bicara dengan kekasihku. Ini perintah," kata Namjoon, dingin.

Para pengawal istana itu terlihat ragu, tapi kemudian mereka mengangguk. "Baik, Prìns."

Namjoon mengangguk, dihampirinya Yoongi, Jimin dan Jin. "Ke Obìeze, sekarang!" perintahnya.

"Aku tak punya banyak waktu, Kéisar akan memerintahkan pengawal untuk menjemputmu kemari. Maka dari itu Jin, dengarkan aku," kata Namjoon. Diraihnya jemari Jin, digenggamnya dan dikecupnya berkali-kali. "Tenangkan dirimu, sayangku. Aku tahu kau punya keyakinan untuk menolak apa pun yang akan Kéisar katakan tentang kita. Tapi aku mohon, ini demi kebaikan kita."

Jin menatap Namjoon, matanya melirik ke arah pintu dimana Hoseok, Yoongi dan Jimin berjaga di depannya. Dia tahu pintu itu bisa terbuka kapan saja dan pengawal datang untuk menjemputnya.

"Pergilah kemana pun kerajaan mengirimmu. Jungkook sudah menjamin kau akan berada di tempat paling aman. Dia sudah berjanji padaku dan aku tahu dia tidak akan mengingkarinya. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menjauhkan dirimu dariku, sebab kau pasti tahu aku tak bisa. Aku tak pernah bisa jauh darimu, Jin," Namjoon mencium setiap buku jemari Jin sekali lagi. bibirnya bergetar, menahan tangis. "Mungkin setelah ini kita tak bisa bertemu untuk sementara waktu tapi aku berjanji, kita akan bersama setelah semuanya terlewati. Kau percaya padaku, sayang?"

Jin mengangguk. Tanpa disadarinya, air mata sudah mengalir dari sudut matanya. Demi apa pun dalam hidupnya, dia ingin membantah setiap kalimat yang keluar dari mulut Namjoon. Jin tak ingin jauh, sebab Jin sama tak bisanya dengan Namjoon. Ditatapnya dalam-dalam wajah kekasihnya yang terlihat risau, tak pernah sebelumnya Namjoon terlihat seperti itu. "Tak ada yang bisa ku lakukan selain menurutimu, Namjoon. Aku percaya pada setiap keputusan yang kau ambil selama itu untuk kebahagian kita," bisiknya.

"Sebab itu aku mohon tunggu aku, bersabarlah. Aku berjanji ini tak akan lama dan aku pasti kembali padamu. Aku mohon," bisik Namjoon. Ditangkupnya wajah Jin dengan ke dua tangannya, diusapnya air mata Jin lembut.

Jin mengangguk, diusapnya juga air mata yang mengalir dari sudut mata Namjoon. "Namjoon, kenapa semuanya terdengar sulit sekali?" tanyanya, pilu.

"Sebab cinta sejati memang selalu penuh rintangan, karena itu dia abadi."

Jin menatap senyum tipis Namjoon, terisak kuat dia. Ditariknya Namjoon dalam dekapnya. Disampaikannya betapa dia sangat mencintai lelaki itu lewat air mata yang mengalir dipipinya, lewat kehangatan yang menyelimuti keduanya, lewat bisikannya tentang betapa dia mencintai Namjoon setengah mati.

"Selama aku tak disampingmu, jaga dirimu baik-baik, Jin. Lakukan apa pun yang menyenangkan. Jangan terlalu memikirkanku, aku akan baik-baik saja di sini. Aku akan melakukan hal-hal yang juga menyenangkan sambil memikirkanmu. Aku mungkin tak bisa menghubungimu, jadi simpan rindumu sampai aku kembali. Jin, jangan tidur larut malam lagi, jangan biarkan orang lain menemanimu saat kau mencoba membuat resep baru," bisik Namjoon.

Jin hanya sanggup mengangguk, didekapnya Namjoon semakin erat. Jin takut ini terakhir kalinya dia dapat mendekap tubuh hangat ini. Jika dia bisa, akan dia simpan kehangatan dekapan Namjoon agar nanti bisa dia gunakan saat dia rindu. Dihirupnya dalam-dalam wangi tubuh Namjoon, andai dia bisa akan dia simpan juga wangi ini agar dia tak pernah lupa bahwa ini adalah wangi yang paling dia sukai sepanjang hidupnya.

"Yang Mulia Kéisar memerintahkan kami untuk membawanya ke Grand Palace."

Namjoon dan Jin tersentak mendengar suara dari balik pintu. Namjoon menarik Jin untuk berlindung di balik punggungnya. Digenggamnya erat jemari Jin yang bergetar ketakutan.

"Anda sedang berada Obìeze, itu berarti perintah mutlak berada di tangan Prìns Namjoon. Saya sebagai nöbet diperintahkan untuk tidak membuka pintu sampai sang pangeran sendiri yang mengijinkan," kali ini terdengar suara Hoseok.

"Tapi waktu yang diberikan sudah habis, Hoseok," terdengar lagi suara pengawal istana itu, mengingatkan.

Namjoon berbalik, berhadap-hadapan sekali lagi dengan Jin. "Jin, apa pun yang akan terjadi nanti di Grand Palace aku mohon jangan pernah takut, tetap tenang. Kau tak perlu takut, aku ada di sampingmu. Mereka tidak akan berani menyakitimu. Jangan pernah buang mimpimu tentang kita, Jin. Aku berjanji akan mewujudkannya. Kita akan hidup berdua dan bahagia. Aku berjanji," katanya. Didekapnya Jin untuk yang terakhir kalinya.

Jin mengangguk lagi. "Aku mencintaimu, Prìns," bisiknya.

"Aku juga mencintaimu, Jin. setengah mati," balas Namjoon. Dilepasnya dekapan mereka, lalu kemudian dikecupnya kening Jin lembut. Lalu mata, lalu hidung, lalu kedua pipi Jin, dan terakhir bibirnya. Namjoon akan mengingat baik-baik setiap rasa yang memenuhi hatinya dari setiap kecupan yang dia berikan untuk Jin. Dia tak ingin lupa, dia tak akan lupa.

Pintu yang tertutup rapat itu tiba-tiba terbuka, Hoseok menatap Namjoon. Diucapkannya permintaan maaf tanpa bersuara pada Namjoon. Yoongi berdiri disampingnya, memeluk Jimin. Namjoon menatap lima orang pengawal lainnya berdiri di ambang pintu, membungkuk sopan padanya lalu kembali berdiri tegap menatap Namjoon dan Jin.

"Kami akan membawanya ke Grand Palace sekarang, Prìns."

Namjoon mengusap air mata yang mengalir dari sudut matanya cepat. "Aku yang akan mengantarkannya ke hadapan Kéisar. Aku yang akan mengantarkan kekasihku sendiri."

Para pengawal itu mengangguk dan membungkuk hormat sekali lagi pada Namjoon. Namjoon menggenggam jemari Jin, berdua mereka berjalan beriringan melewati para pengawal, Hoseok serta Yoongi dan Jimin. Di dalam hati Namjoon berjanji, dia akan terus menggenggam jemari Jin seperti ini. Mereka akan terus berjalan beriringan seperti ini setelah semuanya terlewati nanti. Namjoon akan menepati janjinya untuk kembali. Pasti.

Tak peduli seberapa lama pun waktu yang nanti dia butuhkan untuk kembali pada lelaki yang dia cintai itu.

To Be Continue...

NordvésturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang