iv

1.7K 258 5
                                    

Jungkook menghela nafas berat untuk kesekian kalinya sejak tadi. Ditatapnya langit-langit kamar penuh ukiran yang sudah bertahun-tahun dia tinggalkan. Jungkook tidak pernah menyangka dia akan kembali ke Nordvéstur, kembali ke Grand Palace, kembali ke kehidupan yang setengah mati dia hindari.

Jungkook tidak membenci hidupnya. Jungkook hanya tidak suka dengan segala aturan yang terlalu mengikat.

Tiga bulan lalu, dia mendapat kabar dari Namjoon. Saudara lelakinya itu menghubunginya untuk pertama kali sejak dia meninggalkan Nordvéstur.

"Pulanglah, aku membutuhkan bantuanmu. Untuk pertama dan terakhir kalinya, Jungkook. Aku butuh kau untuk pulang."

Jungkook dan Namjoon tidak terlalu dekat semenjak kecil. Kecanggungan adalah teman mereka ketika mereka hanya berdua saja. Kesibukan Namjoon adalah salah satu alasannnya. Namjoon sudah menjalani segala hal tentang tahta kerajaan yang akan dia pikul nantinya semenjak kecil. Namjoon sudah dipersiapkan untuk itu sejak dulu. Waktu yang Namjoon punya dia habiskan hanya untuk belajar tentang Nordvéstur, kepemimpinan, pertahanan dan strategi perang, dan segala hal untuk persiapan kenaikan tahtanya kelak. Dia tak punya waktu untuk sekedar bercengkrama dengan Jungkook.

Tapi Jungkook menyayanginya. Meski dia hanya bisa menyapa Namjoon saat sarapan pagi, atau makan malam. Atau saat dia mendapat hukuman karena selalu saja mencari masalah. Saat di hukum adalah saat dimana Jungkook bisa berbicara sedikit lebih lama dengan Namjoon. Karena Kéisar selalu saja mengutus Namjoon untuk menghadapi semua masalah yang Jungkook buat.

Mengatasi setiap masalah yang Jungkook buat bahkan menjadi salah satu pelajaran untuk kenaikan tahta Namjoon.

Diulang tahunnya yang ke enam belas, tiga tahun lalu, Jungkook menyerah dengan segala aturan yang mengikatnya. Dia melepaskan embel-embel Nordvéstur dari dirinya. Bersekolah ke luar negeri adalah keputusan yang dia buat. Dan Namjoon ada di sana saat Kéisar dan Reìna menentang keinginannya. Namjoon berdiri paling depan, membelanya, melindungi setiap langkah yang dia ambil untuk kebebasannya. Seperti selalu.

Jungkook tahu, mereka saling menyayangi meski selama ini tak banyak kata yang mereka bagi.

Jungkook juga tahu tentang Jin. Tentang Namjoon yang setiap malam diam-diam menemui Jin di dapur istana. Tentang Namjoon yang mencintai lelaki sederhana itu, teramat sangat. Jungkook pernah bertemu dengan Jin sebelum dia meninggalkan Nordvéstur, sering, namun tak pernah bertegur sapa. Jungkook tak ingin ada yang curiga jika dia tiba-tiba menyapa Jin. Dia tak ingin orang-orang curiga tentang hubungannya Namjoon. Sebab Jungkook tahu Namjoon mati-matian menyembunyikan tentang Jin dari orang-orang.

Saat Namjoon memintanya pulang, tanpa menjelaskan banyak hal, Jungkook tahu apa maksud Namjoon. Dia tahu, hyungnya akhirnya sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.

Jungkook hanya ingin Namjoon berani. Jungkook hanya ingin Namjoon bahagia. Sebab Namjoon sudah membantunya meraih kebahagiannya dulu.

"Bukankah, saudara seharusnya begitu?" bisik Jungkook.

**

Jin tersentak. Dia baru saja terlelap, belum sampai lima belas menit matanya terpejam. Jin melirik jam di meja nakas, pukul satu lewat sepuluh siang. Sampai detik ini, Namjoom belum mengabarinya lagi.

Jin duduk dari tidurnya. Diusapnya wajahnya kasar. Cemas setengah mati hatinya. Berada jauh dari Namjoon tanpa tahu apa yang terjadi pada kekasihnya saat ini, membuat dada Jin luar biasa nyeri.

Jin tahu saat-saat seperti ini pasti akan tiba. Jin pikir dia sudah siap, sebab dulu saat memutuskan untuk menerima Namjoon, dia sudah memantapkan hatinya. Apa pun yang terjadi nanti, dia harus siap. Dia harus kuat. Sebab dia yakin Namjoon juga. Sebab itu yang Namjoon ajarkan padanya selama ini.

NordvésturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang