Anaya sedang menutupi jerawatnya menggunakan concealer dan kawan – kawannya. Hari ini kencannya dengan Vino, haruslah sesempurna mungkin. menatap dirinya dikaca ia merasa tak pantas ada disamping Vino.
Mereka kenal sejak lama, saat smp dimulai saat ia kehilangan pulpen kesayangannya lalu Vino menemukannya. Sejak saat itu mereka dekat sebagai teman. Namun entah kenapa rasa nyaman itu ada dan Vino menembaknya dikelas saat kosong.
Sudah 2 tahun berlalu tapi ia merasa tambah tak pantas saja untuk Vino. ia mendesah, lalu merapikan peralatan dandannya. Hanya tinggal membubuhkan lipstik saja tapi ia memilih menunggu Vino.
Pandangannya beralih ke jendela rumah, sekarang sore pasti banyak anak kecil yang sedang bermain depan rumahnnya karena dekat sekali dengan lokasi taman. Ia melangkah untuk melihat para anak kecil yang sedang bermain, senyuman manisnya timbul.
Pantulan dirinya tersenyum terlihat olehnya sendiri, senyumnya memudar beberapa bekas jerawat yang masih sedikit terlihat dan juga lemak berlebih di lehernya menjadi bukti setiap hari dirinya semakin tidak ada apa – apanya dengan Kanya – temannya yang menyukai Vino.
Tok tok tok.
Anaya menoleh, Ibunya masuk lalu tersenyum melihat anak gadis nya sudah siap. Dia melangkah kearah Anaya lalu memijat bahunya pelan "Vino udah dateng, ayo disamper."
Anaya tersenyum tipis dan mengangguk lalu membiarkan Ibunya turun duluan. Dia menatap kaca lalu memoles lip creamnya, hatinya ragu untuk kencan dengan Vino tapi ia juga tak bisa mengabaikan bahwa sudah lama sekali mereka tak pergi keluar atau kencan.
Ia segera turun agar keraguan nya bisa sirna, saat sudah dibawah ia menemukan Vino yang sedang bercanda dengan Kakaknya. Mereka satu club bola jadi ya bisa ditebak apa yang mereka bahas. Vino menoleh ke arah Anaya dan terdiam sebentar.
Anaya kikuk, ia berjalan menghampiri keduanya Arlan menaikkan alisnya saat melihat adiknya memakai jeans.
"Tumben pake jeans?"
Anaya tersinggung "Ya emangnya kenapa?"
Arlan terkekeh "Yaelah sewot aja lu dek, dah lah Vin gua ke atas aja males kalo si anajong udah marah – marah," ia langsung berlari menghindari Anaya.
Sementara itu gadis berambut ikat itu menggerutu kecil Vino tertawa melihatnya. Entah kenapa apa yang dilakukan Anaya selalu saja konyol dimatanya, entah selera humornya yang rendah atau memang gadis itu lucu.
"Lah kok belum jalan?" ibu gadisnya datang.
Dia menegapkan badannya tersenyum sopan kepada calon ibu mertuanya nanti. Lalu melirik Anaya yang sedang memakai jaketnya.
"Sekarang mau jalan kok," ujar Anaya.
Ibunya hanya mengangguk, dan tersenyum manis ke arah Vino " Vin, jangan lama yah soalnya Ayahnya Naya mau pulang."
"Iya Bu tenang aja,"
Sang ibu tersenyum dan mengikuti Anaya yang pergi duluan ke depan. Vino mengikuti mereka sambil membayangkan betapa cantiknya Anaya Vino tidak tahu kenapa saat Anaya tambah umur dia tampak seperti bunga yang memekar. Tambah indah walau memang ia akui ada beberapa titik bekas jerawat di pipinya.
Dan ia tahu kecemasan gadis itu.
~~~
Motor itu berhenti disalah satu cafe yang sedang happening di Jakarta. Vino melepaskan helm nya sedangkan Anaya turun lalu, memberikan helmnya yang sudah lepas. Vino mengacak rambutnya membuat Anaya memajukan bibirnya.
Sumpah Vino gemas sekali dengan gadisnya.
Mereka berjalan memasuki cafe setelah Vino memarkirkan motornya. Dia memesan oglio lio, dan beef teriyaki, serta dua jus mangga dan 2 air putih. Ini lah kenapa mereka begitu langgeng karena satu selera.
Suara merdu milik salah satu penyanyi Inggris kesukaam Anaya yang Vino lupa namanya menguar di sekitar cafe. Anaya bersenandung kecil pipinya bersemu, laki – laki itu terkekeh geli masih saja cewek itu merasa malu.
Vino memegang tangan kanan Anaya, cewek itu terkesiap sudah lama sekali mereka tak berpegangan tangan. Dia tersenyum lalu lagu mulai berganti dengan Little things suasana cafe mulai sedikit romantis bagi mereka berdua.
"kenapa?"
Anaya menggeleng tersenyum malu, salah satu lagu kesukaan nya diputar disini.
Vino tertawa dia tahu sekali gadis ini, dia berdehem "Ya, jangan pake make up berlebih lagi bisa?"
Senyumnya surut, dia bingung. "Kenapa?"
Vino menggenggam erat tangan Anaya " Aku tahu kekurangan kamu ya, kamu jerawatan, bahkan berat badan kamu naik," gadisnya sedikit menggeliat untuk melepaskan tangannya namun, tak akan ia biarkan ia menggenggam erat. Tambah erat " Jangan tersinggung Ya, aku lagi berusaha jujur."
Anaya mengangguk canggung. Vino menghela nafas "Love yourself Ya banyak kok sekarang yang juga jerawatan, tapi bedanya beberapa dari mereka udah tahu kok kalo itu hormon dan mereka fine fine aja."
Anaya mengangguk terharu tak menyangka Vino sebegitu mengingatkannya, ia merasa sangat beruntung.
"Jadi mulai besok jujur sama diri sendiri ya Ya, aku gamau lagi kamu ngumpet – ngumpetin soal jerawatmu manusiawi kok jerawatan orang sekelas Kendall Jenner aja bisa jerawatan." Vino menatapnya dengan sayang "Aku ga bakal ngejauhin kamu karena itu,oke?"
Anaya berkaca – kaca dan mengangguk "Makasih ya Vin udah mau ngertiin aku. Thank you."
Vino mencium tangannya "Always Ya, Always."
Mereka menghabiskan kencan mereka dengan tambahan lega, juga sedikit keromantisan disana.
end
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist : Short story collection
Short Storyhanya kisah sehari-hari yang terinspirasi dari alunan nada yang di nyanyikan.