18

13 0 0
                                    



Wendy menggerakkan tangannya yang menulis diatas kertas kecil, sesekali dirinya tersenyum hangat. Matanya melirik ke arah Satya duduk. Mereka duduk sebelahan walau berbeda barisan, dadanya berdebar dengan kencang.

Perasaan senang nan malu menghiasinya saat ia menulis surat ini. Entah kenapa tugas bahasa indonesia menjadi menyenangkan seperti ini. Kata gurunya hal seperti ini merupakan salah satu refreshing bermanfaat, dan ia akui itu walau membuat kesehatan jantungnya tidak baik.

Tangannya gemetar, kesempatan ini sekali dalam seumur hidupnya. Dimana kamu mengungkapkan sesuatu tanpa harus malu. Oke dia memang sangat gengsian soal ini.

"Udah selesai nulisnya?" tanya gurunya.

Dijawab belum secara serempak, wendy gelagapan dan langung menyelesaikan suratnya. Setelah selesai dia melipat kertas lalu segera memberikannya kepada guru bahasanya yang baru masuk 3 bulan yang lalu.

Setelah duduk jantungnya langsung berdegub kencang kali ini lebih kencang, Indira –teman sebangkunya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan teman baiknya itu, seperti habis dicium sama Harry Styles.

"Udah sih tenang aja, dia ga bakalan tahu."

Wendy menoleh dan segera mengangguk, sebenarnya dalam surat itu ia sudah menaruh kode yang sangat jelas. Akan sangat keterlaluan kalau Satya benar – benar tak tahu. Dia melihat Satya yang maju untuk menyerahkan kertasnya. Wendy tiba – tiba berharap bahwa ia akan menuliskan pesan untuknya.

"Ndi," panggilnya.

"Apa?" tanya Indira melihat ke arah Wendy.

"Kok tiba – tiba gua ga yakin ya, gua takut banget njir." Wendy ketakutan, Indira tertawa melihat reaksinya " Udah sih Wen, sans aja kalaupun dia nyadar malah bagus dong?"

Wendy menelan ludah "Iya sih, tapi..."

" Ini udah pas ada 28 orang jadi udah ya kita mulai bacain dari sekarang? Setuju?" kata gurunya.

Semuanya mengangguk kecuali Wendy, dia menggigit bibirnya. Perutnya melilit, jatuh cinta dan reaksinya memang tak pernah enak. Sang guru mrmbuka kertas pertama, Wendy jadi mengubah doanya semoga kertas yang ini bukan miliknya.

Pada saat guru membacakan kalimat pertamanya Wendy seketika lega, ia sangat takut bahkan tak siap kalau suratnya dibacakan sekarang.

Wendy melihat ekspresi teman – temannya ketika suratnya dibacakan, Indira memegang tangannya "Kyaa Wen kertas gua tuh, ketahuan banget dah nantti kalo gua yang nulis suratnya buat Gandi."

Wendy hanya tersenyum heran sekaligus bingung kenapa ia bisa awet berteman dengan Indira. Namun tak lama guru bahasa indonesia senyum - senyum membuat gadis itu cemas.

"Wah kayanya ada yang diam – diam suka nih hihi asik deh,"para murid tergelak,"dengerin ya."

Para murid mulai diam sementara Wendy ketar – ketir " Untuk : prince chraming, Dari : Your unicorn," mata sang guru menjelajah untuk mengetahui siapa yang menulis surat manis ini.

"Pesan : terima kasih telah ada walau keadaan yang paling susah sekalipun. Aku mencintaimu."

"CIEEEEEE." Wendy menutup matanya, meski gak ketahuan yang nulis siapa ia tetap merasa malu. Indira cekikikan.

Ia melirik ke samping takut – takut ternyata Satya menatap kearahnya, ughh ia malu sekali rasanya ingin lenyap saja dari kelas ini.

Indira mendekat "Kan si Satya langsung tau."

Wendy berbisik "Rasanya pengen ngilang aja Dir," indira tertawa.

Ia meremas roknya, Satya masih melihat kepadanya. Khusus panggilan itu memang disematkan untuk mereka berdua masing – masing.

Entah sudah kertas yang ke berapa ia tak memerhatikannya, gurunya menunjukkan satu kertas terakhir. Wendy mengigit bibirnya jangan – jangan kertasnya si Satya lagi.

Nah, untuk kali ini Sang guru tersenyum lebar "Wah ada couplenya nih surat yang tadi," anak –anak langsung ramai mendengarnya, wendy melirik ke arah cowok yang juga menatapnya, mata mereka bertatapan membuat Wendy malu, dan langsung mengalihkan pandangannya.

"Dengerin lagi ya," ia berdehem " Untuk : kamu, Dari ; Aku si penyanyi kesukaan mu, Pesan : mungkin aku yang terlalu berharap pada rasa yang terpendam, tapi si pengecut ini tahu malu, Aku mencintaimu."

Wendy menelan ludah langsung menengok ke arah Satya yang juga membalas tatapannya. Sial ini mimpi kan? Perasaan yang terbalas merupakan impian setiap orang.

Tatapan Satya yang tak terbaca membuatnya bingung, sebenarnya benarkah yang menulis ini Satya atau malah orang lain?

Hape disakunya bergetar dia mengambilnya dan membuka Line dari Satya

Satya Pamungkas

See you in our secret room.

Wendy melihat ke arah Satya yang sedang berbicara dengan Riski,. Baik mungkin kisah ini mulai memperlihatkan sebuah jalan yang mungkin Wendy tak pernah tahu bagaimana ujungnya. Dia tersenyum kecil dia menaruh harapan kecil disetiap doanya.

Tapi ternyata Tuhan tau yang lebih baik, pada umur 18 tahun dia merasa cinta ini semakin kuat dan akan terus kuat setiap harinya

End.

Playlist : Short story collectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang