Part 4

8.7K 1.3K 181
                                    


Setelah selesai membayar di kasir dan merasa telah membeli cukup banyak snack dan minuman untuknya juga Jaemin, Renjun melenggang keluar dari supermarket. Ia berjalan setengah berlari dengan hati gembira. Hari ini ia akan menghabiskan banyak waktu bersama laki-laki yang sudah beberapa lama ini menetap di pikirannya.

"Jaemin, aku kembali!" seru Renjun ceria. Melangkahkan kakinya masuk ke apartemen, ia mendapati Jaemin menangis memeluk Jwi, anjing kesayangannya.

"J—Jaemin?" Renjun memanggil nama Jaemin ragu. Dilihatnya tubuh berbulu Jwi dalam pelukan Jaemin, tanpa hembusan nafas, kaku dan dingin selayaknya mayat.

"Injunaa, aku tidak tahu apa yang terjadi, Jwi tiba-tiba saja begini..." tangis Jaemin tersedu-sedu.

Terlalu cepat bagi Renjun untuk menerima kejadian tersebut, perasaan bahagianya yang membuncah karena bersama Jaemin yang tadinya mendominasi secepat kilat digantikan oleh perasaan bingung dan takut. Dadanya sesak, ia tidak bisa berpikir. Nafasnya memburu, ruangan di sekitarnya menjadi berputar-putar.

Air mata Renjun sudah keluar begitu banyak kala tangannya meremas dadanya yang sesak. Kedua mata kecilnya menutup rapat berusaha melawan rasa pusing luar biasa yang membuat kedua telinganya berdenging keras. Kakinya tak punya kekuatan untuk menumpu tubuhnya, lututnya melemas hingga akhirnya ia terjatuh hampir membentur lantai.

Sedetik sebelum Renjun jatuh menghantam lantai yang keras nan dingin, Jaemin sudah menangkap tubuh kecil Renjun. Ditahannya beban tubuh Renjun tanpa usaha. Ringan, seolah Renjun tidak pernah tumbuh sejak 7 tahun yang lalu. Dibawanya Renjun ke pelukannya. Jaemin memeluk Renjun erat tanpa ada keinginan untuk melepaskannya.

"Injun, tenanglah.." ucap Jaemin menenangkan. Dibawanya kepala Renjun dalam dekapannya, bibirnya sibuk menciumi puncak kepala Renjun.

Tubuh Renjun masih bergetar, air matanya keluar deras tak bisa dihentikan. "Jwi.." rintihnya sambil memandangi mayat anjing kesayangannya. Tangannya mencengkeram kaos Jaemin erat, ia takut sendirian, tak mau ditinggalkan oleh Jaemin. Dipeluknya tubuh laki-laki berambut pink itu seerat yang ia mampu. Ia tumpahkan semua tangisnya dalam pelukan Jaemin, menenggelamkan wajahnya pada dada Jaemin hingga kaos siswa itu basah kuyup karena air mata Renjun.

Renjun hanya ingin menangis sampai puas. Biologi tak lagi ia pikirkan, ia hanya ingin menangis dalam pelukan Jaemin.

X

X

Renjun hanya duduk sambil melamun di sofa ruang tamu saat dokter hewan kenalan Jaemin datang dan memeriksa penyebab kematian Jwi. Ia bersikeras duduk disana tanpa suara ketika Jaemin memberi tahunya bahwa Jwi terkena heat stroke dan mati seketika. Air matanya terus mencuri kesempatan untuk menetes membasahi pipinya, membuat hati Jaemin sakit melihatnya.

"Renjun, aku akan mengubur Jwi di pekarangan dekat apartemenmu. Kau mau ikut denganku?" tanya Jaemin, mengelus kepala Renjun lembut dan memberikan senyuman andalannya.

Renjun hanya menggeleng. Tatapannya kosong ke depan, melihat sang dokter hewan menggendong mayat Jwi bersiap membawanya keluar dari apartemen. "Renjun, kau yakin?" tanya Jaemin lagi, memastikan. Jempolnya menghapus air mata Renjun yang menetes sealiran.

Tidak mendapat jawaban, Jaemin hanya menghela nafas pasrah. "Aku keluar dulu, jika semuanya sudah selesai, aku akan kembali." Setelah berkata begitu, Jaemin mencium dahi Renjun cukup lama.

Di bawah, menuju ke pekarangan untuk menguburkan Jwi, Jaemin mengobrol bersama dokter hewan palsu yang tak lain dan tak bukan adalah kepala pelayan di mansion ibunya, John Seo atau Johny. "Tuan muda Na, siapa sebenarnya laki-laki tadi? Apa dia target tuan yang selanjutnya?" tanya kepala pelayannya.

The Student ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang