Part 5

8.8K 1.2K 181
                                    


Jaemin hanya bisa berlutut menahan beban tubuhnya dengan kedua tangan dan lututnya. Yang bisa dia lakukan hanya menggigit bibir bawahnya ketika cambukan ibunya membuat banyak darah keluar dari kulit punggung siswa berambut pink tersebut.

Anak itu menggigit bibir bawahnya agar tak merintih. Jika ada sedikit saja suara keluar dari mulutnya, ibunya akan menendang kepalanya. Ia ingin sekali berteriak atau menyumpah serapah karena perih di punggungnya membuat keringatnya bercucuran.

"Kau.. sudah membuat kesalahan fatal," ucap ibunya datar. Tidak ada emosi di wajahnya. Tangannya terus mengayunkan cambuk ke arah punggung putra semata wayangnya. "Bagaimana bisa kau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan pekerjaanmu!" teriak ibunya kini.

Wajah cantik yang tadinya terlihat tanpa emosi sudah berubah mengerikan karena amarah. Johny yang berdiri di belakang ibu Jaemin hanya bisa menatap punggung penuh luka dan darah milik tuan muda kesayangannya.

"Mianhae, eomma." Jaemin memejamkan mata, berusaha menahan perih di punggungnya. Jika dihitung, sudah 78 kali cambukan ibunya menggores kulit halusnya dan meninggalkan banyak luka disana.

"Jika besok kau masih membuat kesalahan, ibu akan menghukummu lebih dari ini!" Ibu Jaemin membentak, menyiapkan seluruh tenanganya untuk melayangkan cambukan terakhir pada Jaemin.

Pats!

"Arg—" Jaemin menahan suaranya. Ia memejam erat menahan rasa sakit sebisanya. Rasanya sudah tak kuat lagi. Punggunggnya mulai mati rasa karena terlalu banyak luka cambuk disana. Setelah cambukan terakhir, ibu Jaemin memberikan cambuk tersebut kepada Johny.

"Malam ini ibu akan pergi. Besok ibu ada pekerjaan di Singapore sampai bulan depan. Johny akan ikut bersama ibu. Tak akan ada pelayan di rumah. Kau harus urus semuanya sendiri. Terutama pekerjaan. Kau mengerti?!"

Jaemin yang tadinya berlutut membelakangi ibunya, kini berbalik menghadap wanita yang melahirkannya tersebut. "Iya, eomma. Aku mengerti." Jaemin bersujud di depan ibunya hingga dahinya hampir menyentuh lantai.

Yang tadinya berekspresi kesal dan marah, kini ibunya memandang anak semata wayangnya itu dengan tatapan sendu. Ia lalu memegang kedua bahu Jaemin, membantunya berdiri hingga bisa dilihatnya wajah Jaemin yang sudah pucat dan penuh keringat dingin. "Oh, Nana sayang, maafkan ibu.. ibu hanya ingin kau menjadi lebih baik dari ibu atau ayahmu.. kau pewaris tunggal keluarga ini sayang.."

Setelah berkata begitu, ibunya mengecup kening Jaemin dan memeluk anaknya tersebut sebelum benar-benar berlalu menghilang dari balik pintu besar bersama Johny yang tentu saja berpamitan lebih dulu sebelum mengikuti nyonya besarnya.

Jaemin menjatuhkan dirinya tengkurap di atas lantai, tubuhnya yang telanjang dada kini bertemu dingin dan kerasnya lantai marmer di rumah besar nan luas itu. Tangannya merogoh ponsel di saku celananya dan mengirim pesan kepada Jeno.

'Jeno-ya, aku butuh bantuanmu lagi. Tolong ke rumahku sekarang.'

Selang beberapa menit, suara mobil Jeno sudah terparkir di depan rumah Jaemin. Sahabatnya itu datang tidak sendirian, melainkan membawa Mark bersamanya. "ASTAGA JAEMIN!" teriak Mark saat melihat tubuh Jaemin penuh luka dan darah tengkurap di atas lantai tak berdaya.

Jeno hanya mendecak dan memasang wajah kesalnya saat melihat Jaemin lagi-lagi dihukum oleh ibunya sendiri. Jeno dan Mark pun dengan berhati-hati membantu Jaemin kembali ke kamarnya di lantai atas.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Mark masih berusaha menenangkan diri dari rasa paniknya melihat Jaemin.

Jaemin terus merintih saat ia akhirnya berhasil tengkurap di atas kasur king size empuk di kamarnya.

The Student ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang