"Pagi guys!" pekik Reni yang berjalan memasuki kelas dengam senyum cerianya.
"Pagi juga teman sebangkuku yang cantik jelita bak putri-putri di dalam cerita," Reni menarik bangkunya, meletakkan tasnya di atas meja lalu menatap Arumi gemas.
"Pagi juga Ren," sapa balik Arumi.
"Tok... Tok..." ketukan pintu mengalihkan fokus anak-anak kelas X-2, serentak mereka menatap orang yang sudah mengetuk pintu kelas mereka. Beberapa murid perempuan menatap Reyhan dengan mata seorang pemangsa yang siap menerkam buruannya.
"Yang namanya Arumi mana ya?" tanya Reyhan.
"Cieeeee,"
"Piwiiit,"
"Hebat bener baru masuk sehari udah disamperin cogan guys,"
"sikat Rum sikat!"
Beberapa siswa menggoda Arumi. Sedangkan Arumi hanya menatap Reni heran, seakan matanya bertanya kepada Reni siapa laki-laki itu. Reni yang seakan tahu maksud dari tatapan Arumi hanya menggeleng.
Mata Reyhan pun mencari Arumi. Reyhan tersenyum ketika orang yang dia cari telah ia tangkap dengan matanya. "Hi Arum," sapa Reyhan sambil melambaikan tangannya. Senyum Reyhan pun melengkung indah. Arumi hanya tersenyum kaku. Reyhan berjalan mendekati meja Arumi diikuti oleh anak buahnya.
"Benerkan tebakan gue, ada bidadari bray," Reyhan menarik tangan Arumi, "Gue Reyhan, kalo sama cewek secantik lo gue bisa jadi pangeran," perkenalan diri yang sangat epik.
"Dan tentu aja..."
"Arumi putrinya," sambung anak buah Reyhan yang makin membuat riuh suasana kelas.
Sepertinya Reyhan lebih pantas dikenal dengan rayuan gombalnya. Ini jauh dari kata hangat. Tapi tidak salah juga kalau Reyhan menyebut dirinya sebagai pangeran. Karena dengan tubuh setinggi itu dan wajah tampannya. Reyhan pantas disebut pangeran. Dan anak-anak Nusa Bangsa menyebut Reyhan sang pangeran dari kelas XI IPA 1. Selain wajahnya yang tampan, Reyhan juga pintar. Sem-pur-na!
"Ganjen!" kata yang keluar dari mulut Nino yang sedari tadi berdiri dan memperhatikan Arumi dari balik jendela.
"Rum kalo Lo gak mau, kasih gue ajaaaaa!" bisik Reni yang bisa didengar oleh Reyhan bahkan oleh seisi kelas!
Reyhan mengeluarkan jurus senyuman mematikannya, semua anak perempuan yang ada di kelas menjerit histeris seakan senyuman Reyhan menusuk tepat di jantung mereka tapi tidak dengan Arumi. Dia masih menatap Reyhan dengan bingung.
Lamunan kebingungan Arumi musnah saat jendela yang ada di sebelah Arumi diketuk dengan keras. Sudah ada Nino yang berdiri menatapnya dengan wajah seram. "Ikut gue," perintah Nino yang membuat Arumi menarik tangannya yang masih di genggam oleh Reyhan.
Suasana di kelas Arumi makin tegang. Beberapa anak perempuan menatap Arumi dengan perasaan iri. Hey bagaimana bisa mereka tidak iri? Sekarang ada dua cogan yang saling melempar tatapan sinis seakan-akan mereka sedang memperebutkan Arumi.
"Ke-lu-ar," Nino mengulang perkataannya tentu dengan penekanan dan juga sorot mata yang penuh dengan paksaan.
Jantung Arumi berdebar kencang. Bukan karena telah jatuh cinta di antara dua cogan yang terus-menerus menatapnya. Arumi takut Nino akan marah dan mengamuk lalu membuat hidupnya makin susah. Arumi bangkit dari duduknya, dia melewati Reyhan begitu saja. Wajah panik Arumi membuat sebagian orang yang melihat mulai membuat spekulasi tersendiri.
"Bisa jadi gosip hawt nich!" pekik seorang siswa yang entah dari mana asalnya.
Reyhan hanya bisa melihat Arumi meninggalkan kelas dengan kesan sesak di dadanya. Tidak ada satu cewek pun di Sekolah Nusa Bangsa yang tak terpikat oleh pesonanya. Tapi Arumi, gadis itu pergi begitu saja.
"Ayo cabut Gue bete!" Reyhan pergi begitu juga dengan anak buah yang mengekorinya.
Sedangkan Arumi mengikuti Nino sampai ke taman belakang sekolah. Nino berdiri dengan kedua tangan yang tersimpan di saku celananya. Arumi bolak-balik melempar pandangannya dari muka Nino ke rumput yang diinjaknya. Nino berjalan mendekati Arumi menarik tangan gadis itu dengan paksa. Arumi meringis sakit tapi Nino seolah tidak peduli. Dia menyeret Arumi sampai ke sela-sela tembok pagar pembatas dan dinding kelas. Mungkin jarak mereka tak lebih dari 5 cm nyaris tak ada celah.
"Kak-"
Psssst! Nino membekap mulut Arumi dengan salah satu tangannya. Ada yang ngikutin elo, bisik Nino.
"Bikin sial banget sih lo! Nyusahin tau gak," sambung Nino. Matanya masih sibuk memperhatikan beberapa anak yang sedang mencari keberadaan mereka berdua. Tangan Nino yang masih membekap mulut Arumi basah. Air mata Arumi meluncur begitu saja tanpa sebuah aba-aba. Hatinya merasa tercubit mendengar perkataan Nino.
Mata Nino langsung kembali pada Arumi. Nino melepas bekapannya. Arumi menarik tangannya yang masih dipegang erat oleh Nino. Dia keluar dari celah sempit itu. Tempat itu hanya membuat dirinya merasa semakin sesak. Tanpa sepatah kata pun Arumi pergi meninggalkan Nino. Arumi setengah berlari sambil menutupi separuh wajahnya.
Nino melayangkan buku-buku jarinya ke tembok. Mukanya memerah. Dia marah! Tapi amarahnya bukan hanya untuk Arumi tapi juga untuk dirinya sendiri. Air mata yang Arumi teteskan tadi terasa berbeda. Air mata Arumi membuat Nino ingin mengutuk dirinya sendiri!
"Sial!" rutuk Nino sambil meninggalkan tempat itu.
Sebelum kembali ke kelas, Arumi mampir ke toilet. Dia mencuci wajahnya, menghilangkan jejak tangisnya. Belum juga hati Arumi merasa tenang dia sudah dibuat kaget kembali dengan suara hentakan pintu kamar mandi. Tyas keluar dari salah satu bilik dengan muka angkuhnya.
"Hebat juga lo ya Rum," kata Tyas sambil memulas bibirnya dengan lip tint yang dia keluarkan dari saku baju.
Arum masih sibuk membasahi mukanya dan air yang mengalir dari kran pun berhenti. Siapa lagi kalau bukan Tyas yang mematikan.
"Mau kamu apa sih!" bentak Arum yang memang sedang merasa kesal.
"Kirain Gue kagak bisa teriak," ledek Tyas dengan tangan yang bersedekap di depan dada. Tyas melangkah maju jari telunjuknya yang lentik itu mendarat di bahu Arumi. Tyas mendorong Arumi pelan, "Kagak usah keganjenan Lo ya!" ancam Tyas.
Kesabaran Arumi sudah berada di batas maksimal. Dia menjambak rambut Tyas yang terurai panjang. Didorongnya Tyas sampai jatuh ke lantai. Arumi naik ke badan Tyas dan terus menjambak rambut gadis itu hingga Tyas merasa kepalanya akan lepas karena ulah Arumi.
"Hellooooooooo!" suara Tyas membangunkan Arumi dari imajinasi liarnya. Arumi hanya menatap Tyas jengah. Arumi merasa baterai yang tertanam di tubuhnya sudah hampir habis. Arumi hanya ingin pulang dan tidur. Hanya itu!
"Udah selesai ngomongnya?" tanya Tyas dengan wajah super lelah.
Nampaknya Tyas pun tak ingin mengganggu Arumi lebih jauh lagi. Tyas meninggalkan Arumi begitu saja. Arumi kembali mengguyur wajahnya dengan air, seakan itu bisa mendinginkan amarahnya.
.
.
.
.
.
.
Tinggalkan vote dan comment kalian zeyeng-zeyengku....
KAMU SEDANG MEMBACA
QUE SERA SERA
Teen FictionDi sekolah gak ada yang boleh tahu hubungan Nino dan Arumi! Mereka di sekolah ibarat dua orang asing yang gak pernah ketemu satu sama lain. Itu maunya Nino sih. Tapi semenjak Arumi di kelilingi para cogan, Nino mulai mengusik hidup Arumi di sekolah...